Penggunaan Baju Kurung Melayu di Sekolah Setiap Hari Jumat sebagai Bentuk Pelestarian Kebudayaan di Batam

Penggunaan Baju Kurung Melayu di Sekolah Setiap Hari Jumat sebagai Bentuk Pelestarian Kebudayaan di Batam

Kota Batam, merupakan salah satu kota yang berada dalam Provinsi Kepulauan Riau Indonesia yang tengah mengalami perkembangan secara signifikan, kota yang dijuluki sebagai kota industri ini sering dianggap sebagai lambang modernitas dan multikulturalisme dikarenakan populasi Batam terdiri dari masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Dilansir dari goodstats.id 40,6% populasi di Kepulauan Riau merupakan pendatang dari berbagai daerah lain yang ada di Indonesia. Hal ini menjadikan Kepulauan Riau sebagai Provinsi dengan migran terbanyak pada tahun 2023. Di mana 5 provinsi utama asal pendatang di Kepulauan Riau yaitu Sumatra Utara (19,9%), Sumatera Barat (12,7%), Riau (12,5%), Jawa Tengah (11,4%), dan Jawa Timur (9,2%).

Hal ini didorong oleh motif ekonomi, di mana Batam menjadi tujuan utama. Lokasi yang strategis dan berstatus pusat manufaktur unggulan menjadi magnet bagi para pendatang untuk mencari peluang kerja yang lebih baik. Meskipun demikian, di tengah kuatnya arus globalisasi, nilai-nilai budaya local sering kali terabaikan.

Oleh karena itu, kebijakan mengenakan baju kurung Melayu di sekolah setiap hari Jumat adalah sebuah langkah positif yang harus diapresiasi. Kebijakan tidak hanya berfungsi sebagai seragam mingguan, melainkan wujud dari upaya untuk menjaga dan melestarikan budaya Melayu sebagai jati diri masyarakat Batam.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Gelar Penggelaran UKM Sanggar Tari Karawitan Asri Kusuma 2024 dalam Melestarikan Budaya di Era Modern

Baju Kurung merupakan salah satu jenis pakaian tradisional khas masyarakat Melayu, termasuk di Batam. Sebagai bentuk menghormati kebudayaan Melayu, kebiasaan memakai baju kurung Melayu diperkenalkan dan didorong di Batam. Dimana, setiap Jumat, seluruh siswa mulai dari SD hingga SMA diwajibkan mengenakan baju kurung Melayu tersebut.

Setiap sekolah bebas memilih warna untuk baju kurung Melayu mereka. Berbagai warna telah dipilih oleh masing-masing sekolah, mulai dari warna lembut hingga warna-warna cerah yang mencolok. Begitu pula untuk kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang juga diwajibkan mengenakan baju kurung Melayu setiap hari Jumat.

Hal ini menjadi lebih menarik karena setiap individu diberi kebebasan untuk memilih warna dan corak baju kurung sesuai keinginan mereka. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa masyarakat Batam masih sangat menghargai dan melestarikan nilai-nilai budaya Melayu.

Meskipun Batam merupakan kota dengan berbagai keanekaragaman budaya, budaya Melayu tetap berperan sebagai pemersatu dan menjadi ciri khas identitas budaya di Batam. Hal ini sejalan dengan pepatah “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.”

Menggunakan baju kurung Melayu pada setiap Jumat di sekolah merupakan langkah yang efektif untuk mempertahankan eksistensi budaya ini. Langkah ini juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama bagi generasi muda, akan pentingnya melestarikan budaya lokal.

Jika dilaksanakan secara konsisten, kebijakan ini bukan hanya sekedar menjadi rutinitas, tetapi juga membentuk gaya hidup yang menanamkan rasa bangga terhadap kebudayaan lokal.

Baca Juga: Mengenal Sedekah Bumi: Tradisi Rasa Syukur yang Menjaga Warisan Budaya dan Alam

Selain itu, kebijakan ini juga memiliki berbagai manfaat. Seperti, pertama, mengenakan baju kurung melayu secara rutin pada setiap hari Jumat dapat memperkuat identitas lokal di tengah keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Batam. Kedua, kebijakan ini juga dapat memperkuat kesadaran akan budaya lokal, khususnya dalam meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam pakaian tersebut. Ketiga, penggunaan baju kurung Melayu juga berpotensi untuk mempromosikan budaya dalam sektor pariwisata, dengan menonjolkan kekayaan budaya Melayu untuk menarik perhatian dari para wisatawan.

Penggunaan baju kurung pada setiap Jumat merupakan langkah strategis dalam upaya melestarikan budaya Melayu di tengah modernitas dan keberagaman budaya yang ada di Batam. Dengan adanya kerjasama antara pemerintah, masyarakat, serta bidang pendidikan, kebijakan ini dapat menjadi symbol kebanggakan dalam pelestarian budaya lokal yang terus berkembang. Melalui langkah sederhana ini, Batam tidak hanya akan dikenal sebagai kota modern, tetapi juga sebagai penjaga warisan budaya yang kaya.

Selain melalui kebijakan pemakaian baju kurung Melayu setiap hari Jumat di sekolah. Batam terus melakukan berbagai upaya pelestarian budaya melayu melalui berbagai kebijakan-kebijakan lainnya. Seperti, memasukkan mata pelajaran Arab Melayu ke dalam kurikulum sekolah dasar, untuk memperkenalkan kepada generasi muda mengenai aksara serta bahasa yang merupakan bagian penting dari identitas kebudayaan Melayu.

Baca Juga: Kebudayaan sebagai Cerminan Identitas setiap Daerah

Tidak berhenti sampai di sana, setiap Jumat pagi, sekolah-sekolah di Batam juga menyelenggarakan kegiatan menari bersama yaitu dengan menarikan Tari Persembahan sebagai bentuk upaya melatih generasi muda dalam menghargai kesenian tradisional.

Sebagai pelengkap dalam upaya melestarikan kebdayaan Melayu di Batam, lagu-lagu daerah Kepulauan Riau seperti Pulau Penawar Rindu, Pulau Bintan, Lancang Kuning, Zapin Melayu, Batam Kotaku, Soleram, dan lainnya kerap di perdengarkan dan juga dijadikan pilihan dalam pengambilan nilai seni budaya di sekolah.

Langkah-langkah ini tentu bukan hanya bertujuan untuk melestarikan kebudayaan, tetapi juga menumbuhkan pemahaman akan nilai-nilai kebudayaan Melayu kepada generasi penerus sebagai masa depan Batam.

Upaya pelestarian budaya tidak harus dilakukan dengan cara yang besar, melainkan cukup melalui tindakan-tindakan sederhana yang dilakukan secara konsisten. Dengan memperkenalkan kepada generasi yang akan datang akan pentingnya untuk mengenali, mengingat, menghormati tradisi, menjaga akar budaya, dan menumbuhkan kebersamaan di tengah keberagaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Kota Batam.

 

Penulis: Elvani Natasya Putri
Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik, Universitas Andalas

Referensi

Rois, I. (2009, Juni 14). Baju Kurung, Identitas Budaya Melayu. Retrieved from jalankemanagitu.wordpress.com: https://jalankemanagitu.wordpress.com/2009/06/14/baju-kurung-identitas-budaya-masyarakat-batam-dan-kepri/

Shafina, G. (2023, Agustus 06). Per 2022, Kep. Riau Jadi Provinsi dengan Persentase Penduduk Migran Tertinggi. Retrieved from data.goodstats.id: https://data.goodstats.id/statistic/per-2022-kep-riau-jadi-provinsi-dengan-persentase-penduduk-migran-tertinggi-641xP

Tanjung, E. P. (2024, Agustus 25). 7 Lagu Daerah Kepulauan Riau Beserta Lirik dan Maknanya. Retrieved from dailysports.id: dailysports.id/umum/7949/lagu-daerah-kepulauan-riau#google_vignette

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses