Pentingnya Skill Lobby & Negosiasi dalam Bisnis

opini
Pentingnya Skill Lobby & Negosiasi dalam Bisnis

Lobby & negosiasi mengandung makna kemampuan seseorang untuk mempengaruhi pihak lain dengan mendasarkan pada kekuatan komunikasi, salah satunya komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi dalam kehidupan manusia sangat penting.

Ketidakmampuan dalam melakukan komunikasi antar pribadi dalam hal ini melakukan lobbying dan negosiasi sering membawa akibat fatal, kerap kali muncul berbagai hambatan atau perbedaan pemahaman terhadap berbagai persoalan dalam pelaksanaannya.

Bila tidak ditangani dengan baik, maka hal itu akan melahirkan persoalan lain yang lebih besar. Di sini, kemampuan lobbying yang baik sangat dibutuhkan. Istilah lobbying dalam komunikasi sehari-hari kerap kali dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat ‘negatif’.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Perencanaan dan Pengorganisasian Pesan Bisnis

Kesan seperti itu wajar, karena kerap kali dalam kenyataan, aktivitas seperti itu dilakukan hanya untuk kepentingan sepihak, yakni lobbyist (pelobi) itu sendiri. Berbagai kasus yang terjadi terutama yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, seakan-akan turut memperkuat persepsi negatif tentang kegiatan lobbying.

Tentu, lobbying sesungguhnya tidak selalu bermakna negatif. Kegiatan lobbying dimaknai sebagai upaya melakukan pendekatan secara tidak resmi.

Menurut A.B. Susanto seorang konsultan manajemen, lobbying pada dasarnya merupakan usaha yang dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandang positif terhadap topik lobbying atau memberikan dampak positif bagi pencapaian tujuan organisasi.

Lobbying biasanya dilakukan secara langsung atau bertatap muka sehingga memungkinkan setiap peserta menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun non verbal. Dalam kegiatan politik, kerap didengar istilah lobbying, yang dimaknai sebagai bentuk partisipasi politik.

Di DPR misalnya, kegiatan lobbying dilakukan tatkala terjadi kebuntuan, atau perbedaan pendapat dalam proses pengambilan suatu keputusan. Di sini, masing-masing fraksi di DPR, menempuh jalan lobbying untuk mewujudkan sebuah kesepakatan. Karena itu, makna lobbying bisa mengandung dimensi yang bersifat positif.

Dalam me-lobby kita harus memperhatikan etika sebab jika dilakukan secara berlebihan hal ini bisa terlihat negatif. Salah satu etika dalam me-lobby yaitu dilakukan dengan kejujuran dan integritas. Maksudnya pe-lobby harus jujur dengan hal-hal yang diungkapkannya serta konsisten dengan apa yang diutarakan.

Selain itu, melobi juga harus dilakukan dengan adil serta dalam menarik perhatian lawan bicara harus dengan cara yang tidak mengganggu. Kemampuan melakukan lobbying berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi. Namun tentu, untuk berhasil, para lobbyist idealnya harus memiliki perencanaan yang baik sebelum terlibat dalam kegiatan itu.

Baca Juga: Sistem Pengendalian Manajemen pada Perusahaan Properti

Seitel (2011) menetapkan beberapa hal yang perlu dilakukan para lobbyist terutama yang berkaitan dengan kemampuan mengumpulkan data, kemampuan dalam menelaah informasi, kemampuan memberikan saran, serta kemampuan mengatur atau menentukan publikasi untuk kegiatan lobbying.

Oleh karena itu, sebaiknya pelobi dan klien atau lawan bicara diharuskan membuat perjanjian guna memenuhi syarat dan kewajiban yang ada. Dengan begitu akan tercipta komunikasi yang baik dan tidak saling menyinggung atau merugikan kedua belah pihak sehingga hubungan antar kedua belah pihak tetap terjaga.

Dalam kegiatan lobbying, pelobi harus menghubungi pihak yang ingin dilobi terlebih dahulu untuk membuat janji temu dan juga menentukan tempat dan waktu perjanjian tersebut. Meskipun pesan yang disampaikan dalam melakukan lobbying dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang diharapkan akan diperoleh sesuai yang direncanakan semula.

Yang sering terjadi justru perbedaan pandangan terhadap cara menyelesaikan masalah antara pembicaraan lebih lanjut. Di sinilah teknik negosiasi dilakukan. Bila terjadi beda pendapat antara pe-lobby maka timbul dorongan untuk menang.

Keinginan untuk menang di satu sisi dengan mengabaikan kekalahan di pihak lainnya sulit tercapai, untuk itu dibutuhkan strategi. Strategi di sini yaitu ada yang harus dikorbankan dengan mengharapkan pihak lawan juga akan mengorbankan hal yang sama, sehingga kesepakatan di antara kedua belah pihak dapat tercapai.

Baca Juga: Jurusan yang Paling Dibutuhkan di Masa Depan

Lobby & negosiasi dengan konsumen atau pelaku bisnis lainnya mungkin saja berhasil mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak, mungkin tidak. Mengingat bahwa setiap kesepakatan biasanya melibatkan Lobby dan negosiasi maka kemampuan ini perlu dimiliki oleh setiap individu.

Lobbying & negosiasi terjadi apabila pihak-pihak yang terlibat secara terbuka bersedia menyerupakan ganjaran, ide, visi, dan misi. Tidak tertutup kemungkinan bahwa masing-masing pihak yang melakukan lobbying memiliki hidden agenda.

Hidden agenda adalah gagasan tersembunyi atau niat terselubung yang tidak diungkapkan secara eksplisit dalam lobbying akan tetapi merupakan hal yang sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak yang bersangkutan.

Adanya hidden agenda pada umumnya dapat dikenali karena sifatnya yang menghambat proses lobbying, sehingga proses ke arah kesepakatan sangat sulit atau bahkan hampir tidak pernah tercapai.

Bila diduga proses lobbying terlambat karena adanya hidden agenda dari salah satu maupun kedua belah pihak, proses negosiasi dapat dipilih dan mulai kembali dari gagasan-gagasan yang lebih terbuka. 

Penulis: Eka Mila F. S. dan Dwi Alditya Aryanda
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Pamulang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI