Peran Agama dalam Mewarnai Kurikulum di Negara Iran

School
Sumber: istockphoto, karya: Drazen_.

Peran agama dalam kurikulum di negara Iran sangat terkenal dan menonjol karena terintegrasi kuat dalam sistem pendidikan formal. Iran adalah negara dengan sistem pemerintahan teokrasi yang berbasis Islam Syiah. Salah satu yang menjadi tujuan utama peran agama dalam kurikulum di Iran adalah untuk mempertahankan identitas keagamaan dan ideologi negara tersebut.

Di Iran, agama memainkan peran fundamental dalam kurikulum pendidikan yang mana agama bukan hanya diadakan sebagai mata pelajaran saja tetapi juga sebagai fondasi yang mendasari seluruh sistem pendidikan di Iran. Kemudian kurikulum tersebut dirancang untuk mengintergasikan ajaran agama dalam pendidikan umum, lalu membentuk identitas keagaamaan dan menjaga ideologi negara.

Pendidikan di Iran

Pendidikan Islam di Iran diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran yang diberikan kepada siswa melalui penyisipan nilai-nilai keislaman dalam setiap materi. Pelaksanaan sistem ini diawasi oleh Komite Revolusi Kebudayaan yang didirikan pada tahun 1980. Pelajaran agama diberikan selama dua jam setiap minggu, ditambah dengan pengajaran Al-Qur’an.

Selain sistem pendidikan formal, pendidikan Islam nonformal juga tersedia di masjid atau maktab, dengan materi seperti Al-Qur’an, logika, bahasa Arab, dan nahwu. Pada dasarnya, perbedaan utama antara Syiah dan Ahlu Sunnah terletak pada pandangan mengenai penerus Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat setelah wafatnya.

Bacaan Lainnya

Kaum Syiah percaya bahwa penerus tersebut telah ditetapkan oleh Nabi dan diwariskan kepada Ali bin Abi Thalib. Sebaliknya, Ahlu Sunnah berpendapat bahwa Nabi tidak meninggalkan wasiat terkait penerus tersebut.

Pendidikan di Indonesia

Di Indonesia, ada dua aliran utama dalam sistem pendidikan, yaitu sistem pendidikan umum dan sistem pendidikan agama. Setiap aliran dikelola oleh departemen yang berbeda. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) bertanggung jawab atas sekolah-sekolah umum, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, sementara Departemen Agama (Depag) mengelola lembaga pendidikan Islam, juga mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Baca Juga: Perbandingan Pendidikan di Negara Islam

Peran Agama Islam Dalam Kurikulum Pendidikan di Negara Iran

Pendidikan di Iran dikenal dengan sistemnya yang sentralistik, dimulai dari prasekolah hingga pendidikan tinggi. Prasekolah, yang ditujukan untuk anak usia 5-6 tahun, bersifat opsional dan umumnya diselenggarakan oleh lembaga swasta sebagai persiapan sebelum pendidikan formal.

Pendidikan dasar wajib diikuti anak usia 6-11 tahun selama lima tahun, diikuti oleh pendidikan menengah pertama (usia 11-14 tahun) selama tiga tahun, yang juga bersifat wajib.

Pendidikan menengah atas berlangsung selama tiga tahun, menggabungkan teori dan praktik dalam program seperti matematika, fisika, ilmu eksperimen, sastra, dan humaniora. Lulusan jenjang ini harus mengikuti ujian masuk perguruan tinggi yang disebut Konkoor.

Pendidikan tinggi di Iran diatur oleh Departemen Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi serta Departemen Kesehatan dan Pendidikan Kedokteran. Tingkat pendidikan tinggi meliputi diploma (dua tahun), sarjana (empat tahun), magister (dua tahun), dan doktoral (tiga tahun).

Meski kurikulum pendidikan diatur secara terpusat, dosen di perguruan tinggi memiliki kebebasan dalam menentukan materi kuliah. Kurikulum Iran memadukan ilmu pengetahuan humanistik dan ilmu alam, dengan penekanan khusus pada aspek keislaman dan pendidikan moral sebagai bagian utama.

Metode pengajaran di Iran pada awalnya mengikuti tradisi maktab yang menekankan hafalan. Namun, pada awal abad ke-20, metode pengajaran aktif mulai diperkenalkan melalui sekolah-sekolah, terutama di daerah pedesaan, untuk menggantikan metode hafalan. Walaupun reformasi telah dilakukan, tantangan dalam mengubah metode lama tetap menjadi perhatian.

Pendidikan di Iran bertujuan untuk mengembangkan siswa secara fisik, intelektual, moral, dan estetis. Pengembangan fisik dilakukan melalui pendidikan olahraga dan kesehatan, sementara pengembangan intelektual diarahkan pada kemampuan berpikir kritis dan pengalaman belajar.

Aspek moral ditekankan melalui pendidikan agama dan budaya, yang bertujuan agar siswa memiliki pengendalian diri dan sikap etis. Pendidikan estetika menekankan kecintaan pada alam dan seni, memperkuat kepribadian siswa. Pembelajaran akhlakul karimah menjadi inti pendidikan, menggabungkan pengajaran moral dan intelektual.

Pendidikan Islam di Iran memiliki peran sentral dan diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran melalui nilai-nilai keislaman. Setelah Revolusi 1979, proses islamisasi pendidikan dilakukan, mengubah sistem pendidikan secara menyeluruh.

Sekolah-sekolah swasta dinasionalisasi, siswa dipisahkan berdasarkan gender, dan materi pelajaran Islami diperkenalkan. Pada tahun 1980, Komite Revolusi Kebudayaan dibentuk untuk memastikan bahwa pendidikan di Iran mencerminkan nilai-nilai Islam. Komite ini merancang 3.000 buku pelajaran baru yang menampilkan perspektif Islam.

Baca Juga: Pemikiran Modernisme Islam Muhammad Abduh dan Pengaruhnya terhadap Pembaharuan Islam di Indonesia

Pelajaran agama diberikan selama dua jam per minggu, ditambah dengan pelajaran Al-Qur’an. Bagi siswa yang ingin mendalami ilmu keislaman, tersedia fakultas teologi di berbagai universitas, termasuk Islamic Azad University, yang merupakan universitas swasta terbesar di Iran.

Pendidikan nonformal juga diajarkan di masjid-masjid dan maktab. Berbeda dengan mayoritas umat Muslim Indonesia yang menganut mazhab Syafi’i, penduduk Iran mayoritas menganut mazhab Syiah.

Iran menganggap penting pendidikan yang berakar pada nilai-nilai Islam, yang mencakup pengajaran sirah nabawiyyah dan perilaku teladan para tokoh Islam. Tujuannya adalah membentuk akhlak mulia dan mengintegrasikan nilai-nilai agama ke dalam pendidikan, sekaligus menghadapi pengaruh budaya Barat.

Ini menunjukkan bahwa pendidikan di Iran tidak hanya menekankan prestasi akademik, tetapi juga membentuk moral dan spiritual yang kuat.

Dengan menggabungkan nilai tradisional Islam dan pendekatan modern, Iran berhasil menciptakan sistem pendidikan yang menyeimbangkan ilmu pengetahuan dan akhlak.

Melalui kebijakan pendidikan yang sentralistik, Iran telah menjadikan sistem pendidikannya sebagai model unik pendidikan Islam yang memadukan nilai-nilai agama dalam semua aspek pembelajaran.

Penulis: Salma Dini
Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam Universitas Darunnajah

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses