Gangguan mental perlu ditangani karena masalah yang serius, gangguan mental dapat dialami siapapun termasuk keluarga terdekat dan anak, menjaga kesehatan mental anak sama seperti menjaga tanaman yang sedang tumbuh, sama-sama penting dan perlu diawasi.
Seandainya semua orang tua di Indonesia ikut dan berperan dalam menjaga kesehatan mental pada anak-anaknya, pasti anak yang mengalami mental health di Indonesia akan berkurang.
Karena peran keluarga memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan mental dan kesehatan mental anak yang perlu dijaga dan diperhatikan, anak akan berkembang dengan baik di kehidupannya masing-masing jika mendapatkan peran keluarga dalam menjaga kesehatan mentalnya.
Misalnya anak akan lebih terbuka maksudnya anak akan melibatkan orang tua di setiap keputusan yang diambil dalam kehidupannya, anak akan lebih resilien dan mampu mengatasi stres karena peran keluarganya ada. Jika hal itu terjadi orang tua bisa mengontrol dan mendampingi dalam mengambil keputusan yang benar dan tepat bagi anak-anaknya dan anak mampu mengatasi stres.
Maksudnya anak akan lebih percaya diri dalam mengatasi masalahnya karena dia merasa selagi ada peran keluarga dia akan merasakan aman dan selalu ada keluarga yang selalu mendukung dan membantu untuk menyelesaikan masalahnya.
Baca Juga:Â Pentingnya Menjaga Mental Health pada Remaja
Lingkungan keluarga yang aman dan stabil akan menciptakan rasa aman bagi anak. Maka anak tersebut akan tumbuh dan berkembang dengan mental yang sehat dan tidak mudah stres.
Anak yang memiliki lingkungan keluarga yang stabil cenderung hidupnya akan lebih bahagia dan lebih bisa menikmati hidupnya, jauh berbeda dengan anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak stabil atau tidak mendapatkan peran keluarga dia akan merasa tidak aman dan banyak penyesalan dan ketakutan dalam hidupnya hal itu dapat membuat dia hidup tidak percaya diri.
Anak yang mendapatkan peran keluarga tidak akan mudah terjerumus dalam hal yang salah berbagai data mengatakan bahwa faktor yang mengiring anak-anak melakukan hal yang sama seperti mengonsumsi obat terlarang, pergaulan bebas dan lain-lain iyalah tidak ada peran keluarga dalam kehidupannya karena mereka merasa dengan melakukan hal-hal tersebut masalah-masalah yang dihadapinya dapat diselesaikan, padahal kenyataannya tidak seperti itu malahan hal-hal tersebut ada membuat hidupnya dilanda penyesalan.
Adapun contoh kasus anak yang tidak mendapatkan peran keluarga dalam hidupnya sering terjadi di kalangan anak remaja mengapa demikian, karena di tahap ini anak sangat membutuhkan peran keluarga dalam menjaga kesehatan mentalnya terutama pada anak remaja perempuan, sering menjadikan orang lain untuk menggantikan peran keluarga yang tidak dia rasakan terutama terhadap pasangannya.
Baca Juga:Â Pola Hidup Sehat: Investasi Terbaik untuk Kesehatan Mental
Hal itu dapat membuat anak mudah stres apabila tidak terjadi sesuai dengan harapannya karena tidak semua orang bisa menggantikan peran keluarga tersebut termasuk pasangan sendiri. Jenis- jenis Pola asuh pada anak menurut Diana Baumrind ada 3 cara pola asuh orang tua kepada anaknya yaitu:
Pola Asuh Otoritatif (Authoritative)
Menekan kedisiplinan pada anak, memantau dan menghargai kebebasan yang tidak tetap, melalui bimbingan dengan penuh pengertian dan kasih sayang antara orang tua dan anak, mengajarkan anak dengan cara objektif dan rasional jika keinginan dan pendapat anak tidak benar.
Itu adalah contoh orang tua yang menerapkan pola asuh authoritative anak yang mendapatkan pola asuh ini akan tumbuh dengan baik penuh dengan tanggung jawab, mampu berperilaku sesuai dengan norma-norma yang ada.
Ciri-ciri pola asuh otoritatif adalah: orang tua yang memiliki pendapat yang logis, penguatan yang tetap ditambah dengan kesadaran dan penerimaan pada anak.
Pola Asuh Otoriter (Authoritarian)
Pola asuh ini memiliki pengertian suatu model pengasuhan yang mengekang dan meminta anak untuk patuh terhadap kemauan-kemauan orang tua. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung menekan batas-batas yang tegas dan jarang memberi kesempatan yang besar bagi anak-anak yang ingin mengeluarkan pendapat mereka.
Ciri-ciri pola asuh otoriter adalah: orang tua yang terlalu menekan anak-anak dengan berbagai aturan dan tuntutan yang berlebihan kepada anak, jarang memberikan kepekaan terhadap kemauan anak dan jarang memberikan penjelasan kepada anak.
Pola Asuh Permisif
Pengertian pola asuh permisif adalah cara pengasuhan di mana orang tua sangat berperan di dalam kehidupan anaknya, tetapi kendali dan batasan masih sedikit di terapkan.
Ciri-ciri pola asuh permisif adalah: anak diberikan kebebasan secara berlebihan untuk memenuhi keinginannya, orang tua tidak terlalu menekankan aturan dan tuntutan.
Baca Juga: Dampak Jangka Panjang Pola Asuh Orang Tua Milenial kepada Anak di Indonesia
Pola asuh orang tua yang benar terhadap anak agar bisa menciptakan kesehatan mental yang baik pada anak adalah dengan model pengasuhan baik dengan memiliki sifat otoritatif, dimana orang tua membimbing perilaku pada anak secara masuk akal, logis dan objektif dengan menjelaskan kepada anak manfaat dan maksud dari peraturan-peraturan yang ditetapkan orang tua juga harus memotivasi anak agar bisa mematuhi peraturan-peraturan yang ada dengan kesadaran dan kemauan sendiri tanpa adanya paksaan.
Orang tua harus berperan aktif di dalam kehidupan anak untuk peka terhadap semua kelebihan dan kekurangan anak, orang tua harus bisa menghargai kualitas kepribadian yang dimiliki masing-masing anak sebagai bentuk keunikan anak. Pola asuh yang benar pada anak adalah dengan menerapkan gaya pengasuhan otoritatif karena anak yang tumbuh di lingkungan ini akan lebih aktif, percaya diri dan suka bergaul.
Penulis: Fristy Januarsih
Mahasiswa Jurusan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News