QRIS dan Perubahan Generasi di Indonesia

Pembayaran QRIS
Sumber: freepik.com

Di era digital ini, pembayaran non-cash menjadi salah satu hal yang populer. QRIS, adalah salah satu contoh pembayaran tersebut dan sudah banyak dipakai di kota kota besar.

Namun, apakah kalian sadar bahwa pemakaian QRIS masih jarang digunakan di daerah-daerah yang jauh dari kota? Bahkan orang-orang disana lebih menyukai pembayaran tunai. Bagaimana bisa?

Di kota-kota besar, seperti kota Malang hampir semuanya memakai QRIS. Minimarket, kafe, bahkan pedagang di jalanan pun sudah memakai metode pembayaran ini.

Namun, di daerah yang jauh dari kota, QRIS masih belum banyak digunakan oleh penduduknya.

Bacaan Lainnya

Contohnya, di kabupaten Malang, yaitu Bululawang. Salah satu faktor karena jaringan atau akses internet yang belum stabil. Biasanya di daerah terpencil, jaringan internet sering kali tidak stabil dan membuat transaksi dengan QRIS susah digunakan.

Faktor lain yaitu masih berprinsip bahwa uang tunai lebih aman karena uang tunai lebih nyata dan terkadang mereka takut akan kesalahan sistem, entah khawatir salah scan atau tidak masuk ke dalam rekening.

Selain itu, juga terdapat faktor yang lain, yaitu kurangnya pengetahuan tentang teknologi. Masyarakat disana banyak yang belum mengetahui cara kerjanya dan bagaimana penggunaannya sehingga mereka lebih memilih pembayaran tunai daripada QRIS.

Baca Juga: QRIS: Solusi Pembayaran Anti Ribet untuk Kaum Milenial

Biasanya faktor ini lebih banyak ada di kalangan orang tua atau generasi tua karena mereka tidak terbiasa dengan teknologi terutama dalam hal pembayaran berbasis aplikasi dan juga mereka merasa metode tersebut kurang aman karena khawatir akan penipuan atau kesalahan dalam penggunaannya.

Selain itu, QRIS membutuhkan pemahaman yang baik seperti memindai kode QR, mengisi saldo e-wallet dan memastikan koneksi internet stabil.

Proses ini dianggap rumit bagi sebagian orang tua yang kurang familiar dengan teknologi. Maka dari itu, generasi orang tua lebih suka pembayaran langsung karena bersifat realistis.

Berbeda lagi dengan anak muda sekarang, mereka yang telah menyatu dengan teknologi dan lebih cenderung menggunakan pembayaran digital.

Mereka merasa bahwa transaksi digital atau QRIS lebih praktis karena tidak perlu membawa uang tunai dan tidak perlu khawatir akan kehilangan uang, yaitu cukup dengan membuka aplikasi digital saja.

Namun, sebagian ada yang berpikir bahwa menggunakan transaksi tersebut bisa membuat pengeluaran menjadi boros. Karena merasa sering mengeluarkan uang secara tidak langsung untuk hal-hal kecil sehingga nominalnya menjadi besar dalam sebulan.

Baca Juga: Memperkenalkan QRIS: Solusi Pembayaran Digital Mendorong Kemudahan Transaksi UMKM

Untuk mengatasi semua ini, perlu ada pengetahuan atau edukasi tentang QRIS untuk orang tua dan di daerah yang jauh dari kota dan juga edukasi untuk anak muda tentang pengelolaan keuangan dan pemanfaatan dengan baik.

 

Shinta Alya Nachasyi

Penulis: Shinta Alya Nachasyi
Mahasiswa Prodi Informatika, Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses