Media sosial merupakan alat utama penyebaran informasi, karena mudahnya perluasan berita serta menjadi perantara untuk memengaruhi opini publik.
Masyarakat merasa lebih bebas untuk berekspresi dan mengutarakan kritik terkait kebijakan pemerintah, sehingga penggunaan media sosial menjadi lanskap baru dalam manuver partai politik, terutama pada generasi muda.
Berdasarkan kajian IDN Research Institute berjudul Indonesia Gen Z Report (IMGR) 2024, nyatanya Gen Z sudah mulai meninggalkan TV dan media cetak, sehingga mayoritas Gen Z cenderung lebih memilih mencari berita melalui jejaring media sosial.
Kepribadian generasi Z memiliki karakter yang cepat beradaptasi pada tren terkini dalam era digital. Mereka cenderung lebih tertarik pada konten-konten ringan dan meghibur. Biasanya, mereka bermain sosial media seperti scroll TikTok, Reels Instagram, atau YouTube Shorts untuk melepas penat setelah seharian beraktivitas.
Sehingga, konten-konten singkat dengan bahasa yang lugas lebih diminati karena terkesan to the point dan tidak muluk-muluk. Fenomena ini terus berkembang hingga muncul meme politik sebagai pengganti alat kampanye politik tradisional terutama bagi generasi Z yang telah terdisrupsi teknologi informasi pasca pemilihan.
Meme internet didefinisikan sebagai sekelompok elemen digital yang memiliki karakteristik umum sama dalam hal format, dan/atau sikap yang diciptakan secara sadar yang dapat ditiru dan diubah menggunakan platform digital (Shifman, 2013 dalam Nabila, D., Adi, B. 2023 : 2820).
Meme internet biasanya bersifat menghibur dan berupa video, gambar, teks, dengan disisipi humor atau pesan tertentu. Di Indonesia, penggunaan meme dalam kampanye politik merupakan cara yang baru dan kreatif. Meme dalam media sosial kerap dikemas dengan bahasa dan humor yang kekinian hingga menarik minat publik dalam literasi.
Baca Juga:Â Deepfake Berita Politik dalam Bentuk Meme Melanggar Nilai-Nilai Pancasila
Meme politik dinilai lebih efisien untuk menyampaikan pesan tertentu terutama pada Gen Z karena penggunaan meme sendiri berhasil mematahkan doktrin yang menganggap bahwa propaganda politik selalu bersifat serius dan baku. Bahasa pada media meme politik juga terkesan lugas, dan menghibur hingga dapat menggiring opini publik.
Scholars have argued that traditional forms of political participation are losing their significance, especially in Western cultures (Best & Krueger, 2005 dalam Michael Johann, 2022: 151).
Tak jarang kita temukan partai politik yang mempromosikan dirinya dengan menggunakan lelucon trending. Contohnya seperti PSI (Partai Solidaritas Indonesia), di mana mereka menggunakan aplikasi TikTok sebagai media kampanye partai politik dalam membangun elektabilitas pemilu tahun 2024.
Citra yang ingin mereka bangun adalah bahwa PSI merupakan partai ‘Anak Muda’ dengan salah satu caranya yaitu penggunaan caption yang disisipi humor Gen-Z seperti “Tersamsul samsul nehhh” pada salah satu videonya.
Efriza, pengamat politik Citra Institute mengatakan, salah satu hal yang memengaruhi naiknya elektabilitas PSI sebanyak 2,3% pada pemilu 2024 ini adalah karena partai tersebut berhasil menarik simpatik para anak muda. Sedangkan Gen Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, saat ini merupakan generasi terbesar. Jumlahnya mencapai 27,94 persen dari total penduduk atau 74,93 juta jiwa.
Baca Juga:Â Dinasti Politik atau Politik Dinasti Harus Dihentikan
Berdasarkan data dari anggota KPU, Agust Mellaz, partisipan pemilih dalam pemilu 2024 didominasi oleh anak muda, yang jumlahnya berkisar 55% partisipan. Untuk itu, penting bahwa revolusi kampanye dan promosi partai perlu menyesuaikan dengan cara yang kiranya dapat menjangkau ketertarikan anak muda.
Penggunaan tren-tren terkini tentu dapat menunjang suara pemilih. Meme politik yang menghibur dan lugas menjadi strategi kampanye baru yang efisien dalam menjangkau Gen Z. Jumlah pemilih muda yang dominan dalam pemilu 2024 menunjukkan pentingnya adaptasi strategi kampanye untuk menjangkau generasi tersebut.
Terbukti dengan adanya penggunaan meme dalam kampanye politik, ternyata efektif untuk meningkatkan elektabilitas sebuah partai pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2024. Namun, penting juga bagi kita untuk tetap rajin melakukan literasi digital, guna memahami pesan-pesan politik yang beredar.
Penulis:Â Ramadhani Poetri Ristiwi
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Satya Wacana
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Daftar Pustaka
KPU. (2024, 23 Juni). 55% Pemilih Didominasi Oleh Generasi Muda, Bantu KPU dalam Penyelenggaraan Pemilu 2024. Diakses pada 19 November 2024, dari https://www.kpu.go.id/berita/baca/11684/55-pemilih-didominasi-generasi-muda-bantu-kpu-dalam-penyelenggaraan-pemilu-2024
Michael Johann. (2022). Political participation in transition: Internet memes as a form of political expression in social media. Jurnal Penelitian, 22(1), 151.
Nabila D., Adi B. (2023). Internet Meme Sebagai Bahasa Baru yang Mengglobal di Era Digital (Analisis Konten pada Meme Swole Dogs vc Cheems Doge dalam Situs Knowyourmeme.com). Jurnal Penelitian, 10(4), 2820.
RM.id. (2023, 23 November). Elektabilitas PSI Melejit, Pengamat: Gen Z Bergairah Lihat Anak Muda Memimpin. Diakses pada 18 November 2024, dari https://rm.id/baca-berita/parpol/196827/elektabilitas-psi-melejit-pengamat-gen-z-bergairah-lihat-anak-muda-memimpin
Yosafat, D. (2023, 24 November). Gen Z Lebih Suka Cari Berita di Medsos dan Dunia Digital. Diakses pada 18 November 2024, dari https://www.idntimes.com/news/indonesia/yosafat-diva-bagus/imgr-2024-gen-z-lebih-suka-cari-berita-di-medsos-dan-digital