- Judul: Laut Bercerita
- Penulis: Leila S. Chudori
- Penerbit: PT Gramedia, Jakarta.
- Cetakan: Ke-29, Januari 2022
- Tebal Buku: 394
- ISBN : 978-602-424-694-5
- Resensi novel
Novel ini menceritakan tentang perilaku kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa di masa Orde Baru.
Tidak hanya itu, novel ini pun merenungkan kembali akan hilangnya 13 aktivis, bahkan sampai saat ini belum juga ada yang mendapatkan petunjuknya.
Cerita dalam novel ini dibagi menjadi dua bagian dengan jarak waktu yang jauh berbeda. Bagian pertama diceritakan melalui sudut pandang tokoh bernama Biru Laut beserta para kawan sesama aktivisnya seraya menyelesaikan visi atau tujuan mereka.
Sementara pada bagian kedua, kisahnya diambil dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari Laut yang mempunyai tujuan atau visi yang cenderung berlainan dengan Laut.
Bagian Pertama
Kisah dan narasi akan diceritakan melalui perspektif Biru Laut. Laut adalah seorang mahasiswa program studi Sastra Inggris di Universita Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia sangat menggeluti dunia sastra dan tentunya tidak sedikit buku sastra klasik yang dimilikinya, baik itu buku sastra bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Laut gemar membaca berbagai buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang ketika itu peredarannya dilarang di Indonesia. Hal itu yang menekatkan dirinya secara diam-diam untuk memfotokopi buku-buku tersebut di salah satu tempat yang disebut sebagai fotokopi terlarang.
Mulai dari sana, dirinya bertemu dengan Kinan, salah satu mahasiswa FISIP yang memperkenalkan Laut akan organisasi Winatra dan Wirasena. Setelah ikut bergabung dengan organisasi Winatra, Laut jadi semakin menggiatkan aktivitas diskusi buku bersama rekan-rekan seorganisasinya.
Bukan hanya buku, melainkan beberapa konsep yang hendak mereka lakukan untuk menentang doktrin pemerintah di negara ini yang telah dipimpin oleh satu presiden selama lebih dari 30 tahun.
Kegiatan Laut tidak hanya berdiskusi di organisasinya, ia juga gemar menulis. Laut kerap menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan, kemudian tulisan itu ia kirim agar dapat dimuat oleh media cetak harian. Laut juga beberapa kali bekerja sebagai translator, misal, penerjemah dari novel bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Dalam novel ini juga diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah diambil haknya oleh pemerintah, salah satunya “Aksi Tanam Jagung Blangguan”. Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan.
Diskusi kwangju yang semestinya berlangsung baik dan lancar justru terhambat karena adanya intel yang secara tiba-tiba mendatangi markas mereka. Namun, tidak ada yang tahu pelaku yang membocorkan diskusi mereka.
Beberapa anggota dari organisasi Winatra sedikit menaruh curiga pada Naratama sebab dirinya tidak pernah tampak saat penangkapan dilakukan, tetapi itu hanyalah dugaan mereka. Belum diketahui kebenaran yang sesungguhnya seperti apa.
Sesudah melancarkan aksi tanam jagung di Blangguan, Laut beserta rekan-rekannya kembali ke terminal. Mereka berpisah-pisah, ada yang ke Pacet, kemudian ada yang ke Yogyakarta.
Saat berada di ruang tunggu bis, terdapat sekelompok orang mencurigakan yang mengintai mereka. Hingga akhirnya, Laut, Bram, dan Alex, sementara yang lainnya entah melarikan diri ke mana.
Laut, Bram, dan Alex dibawa ke suatu tempat, semacam markas tentara. Di markas, sekelompok orang itu menginterogasi Laut, Bram, dan Alex. Tidak hanya diinterogasi, mereka pun diperlakukan secara tidak manusiawi, seperti disiksa, diinjak, dipukul, dan disetrum.
Pertanyaan sekelompok orang tersebut tidak lain adalah siapa dalang atas aktivitas yang mereka lakukan. Setelah kurang lebih dua hari satu malam, penganiayaan dan penyekapan itu pun berakhir. Laut, Bram, dan Alex dikembalikan ke terminal Bungurasih.
Di terminal Bungurasih, Laut, Bram, dan Alex dijemput oleh kedua kakak dari Anjani. Mereka bertiga dibawa dan ditempatkan ke sebuah tempat yang aman di Pacet. Di sana ada Daniel, Kinan, Anjani, beserta teman-teman yang lain menunggu mereka.
Singkatnya, Laut diringkus lagi oleh sekelompok orang yang tidak dikenal, tepatnya tanggal 13 Maret 1998. Semenjak mereka menjadi buronan di tahun 1996 sebab organisasi Winatra dan Wirasena dikatakan berbahaya bagi pemerintah kemudian Sunu, Mas Gala, dan Narendra secara tiba-tiba hilang. Kemudian, lambat laun beberapa rekan-rekan yang lain pun hilang entah ke mana.
Lalu, sekarang Laut disusul oleh Alex dan Daniel yang menghilang. Saat penculikan dan penyekapan itu, mereka memperoleh siksaan yang sangat tidak manusiawi, bisa dikatakan sangat sadis dan biadab.
Mereka semua dipukuli, disiram dengan air es, disetrum, digantung dengan kaki yang berada di atas dan kepala berada di bawah, ditelentangkan di atas batangan es yang sangat dingin, serta penyiksaan lainnya.
Di bagian kedua
Asmara, adik dari Laut yang menjadi sudut pandang ceritanya. berawal dari tahun 2000, tepat dua tahun sudah Laut beserta 13 temannya menghilang entah ke mana.
Terdapat hal yang menyesakkan dada, yakni saat mereka melangsungkan acara atau yang mereka sebut sebagai ritual makan malam bersama di setiap hari minggu.
Hal-hal seperti biasanya mereka lakukan, ibu yang menyiapkan makanan, serta bapak yang mengambil piring untuk wadah mereka makan.
Bapak masih menyisakan satu piring untuk Laut, berharap bahwa Laut kelak pulang ke rumah dan kembali makan bersama. Akan tetapi, hasilnya selalu sama dan nihil. Kemudian, Asmara dan kawan-kawannya memutuskan untuk mendirikan semacam lembaga khusus menangani orang yang dihilangkan secara paksa, layaknya Laut, kakak Asmara.
Asmara tidak membangun itu dengan kawan-kawannya saja, ia bekerja sama dengan berbagai orang dan keluarga dari teman-teman Laut yang belum ditemukan pula. Lembaga itu didirikan dengan harapan agar Laut beserta rekan-rekannya yang hilang itu, tidak habis dimakan waktu dan pemerintahan segera menuntaskan perkara ini.
Hingga akhirnya, dirinya mendapatkan informasi mengenai ditemukannya tulang belulang manusia di Kepulauan Seribu. Ada sebagian yang dikubur, kemudian sebagian lainnya sedang dilakukan penelitian oleh dokter forensik. Mereka semua tidak tahu, tulang siapakah itu? Akan tetapi, Asmara tidak menaruh harap bahwa itu tulang kakaknya sebab ia yakin Laut tidak akan pulang dan kembali.
8. Kelebihan
Kelebihan dari novel Laut Bercerita diantaranya adalah:
- Novel Laut bercerita ini mampu membuat pembaca merasakan emosi pada tia tokoh yang diceritakan.
- Penokohan dalam novel Laut Bercerita ini memiliki karakter yang cukup kuat sehingga pembaca bisa membedakan setiap karakternya.
- Karena penulis menulis cerita ini berdasarkan riset-riset terlebih dahulu maka tempat dan keadaan atau lainnya di ungkapkan sesuai realita yang ada.
9. Kekurangan
Kekurangan dari Laut Bercerita yaitu:
Novel laut bercerita memiliki ending yang menggantung sehingga membuat penasaran pembaca tentang kelanjutan kisahnya. Dan lur yang disuguhkan dalam novel ini berjalan lamban sehingga terkadang membuat pembaca merasa mudah bosan.
Penulis: Tri Prasetyaning Tyas
Jurusan Tadris Bahasa Indonesia UIN Raden Mas Said Surakarta