Saatnya Membuka Mata: Kesehatan Jiwa Butuh Akses Nyata

Mental Health
Ilustrasi Mental Health (Sumber: Media Sosial dari pixabay.com)

Kita sering mengabaikan komponen dasar yang penting bagi kesejahteraan masyarakat yaitu kesehatan mental. Kesehatan manusia dan kesehatan mental saling terkait erat.

Sayangnya, masalah ini sering diabaikan, terutama di tingkat lokal. Kesejahteraan fisik dan mental sama pentingnya. Individu, keluarga, dan tatanan masyarakat secara keseluruhan dapat sangat menderita jika mereka tidak dapat memperoleh layanan yang tepat.

Kita perlu menyadari bahwa kesehatan mental merupakan kebutuhan dasar manusia, bukan masalah yang terutama memengaruhi kelompok tertentu. Meningkatnya jumlah masalah kesehatan mental yang tidak diobati merupakan salah satu dampak paling nyata dari kurangnya layanan kesehatan mental di tingkat lokal.

Orang yang membutuhkan bantuan sering kali harus bepergian jauh untuk menemui psikolog atau psikiater di kota-kota besar. Keterbatasan waktu dan biaya membuat hal ini menjadi tugas yang sulit. Karena itu, banyak orang memutuskan untuk berdiam diri dan memendam rasa sakit mereka hingga penyakit mereka bertambah parah dan dapat menyebabkan mereka bertindak gegabah, termasuk dengan bunuh diri.

Bacaan Lainnya

Masih sangat sedikit layanan kesehatan mental yang tersedia di banyak tempat, terutama di kota-kota pedesaan dan di luar Jawa. Meskipun menjadi yang terdepan dalam kesehatan masyarakat, puskesmas biasanya kekurangan psikolog, apalagi psikiater. Kenyataannya, sangat sedikit fasilitas kesehatan masyarakat yang secara teratur menyediakan layanan konseling.

Terdapat klinik kesehatan mental, tetapi seringkali terletak jauh dari pusat kota, sehingga sulit bagi penduduk daerah pedesaan untuk menjangkaunya. Akibatnya, banyak penyandang gangguan jiwa yang tidak mendapatkan perawatan atau dipenjara.

Salah satu hambatan terbesar dalam penanganan masalah kesehatan jiwa adalah stigma yang kuat di masyarakat. Banyak orang masih menganggap gangguan mental sebagai aib atau bahkan dikaitkan dengan hal-hal mistis. Pandangan ini membuat individu yang terdampak enggan mencari bantuan, takut dicemooh atau dikucilkan.

Lebih parah lagi, pemerintah daerah pun sering kali bersikap pasif dalam pengembangan layanan ini karena khawatir akan respons masyarakat. Budaya “menyembunyikan” masalah mental menyebabkan isu ini terus terpinggirkan, seakan-akan luka yang tak terlihat bukanlah luka yang sesungguhnya.

Masalah lainnya adalah kelangkaan tenaga profesional di bidang ini. Indonesia masih menghadapi ketimpangan distribusi psikiater dan psikolog klinis, yang sebagian besar terkonsentrasi di kota-kota besar.

Di banyak provinsi, perbandingan jumlah spesialis dengan jumlah penduduk sangat tidak seimbang, menyebabkan antrean panjang dan pelayanan yang tidak merata. Akibatnya, penanganan gangguan mental sering tertunda atau bahkan tidak terjadi sama sekali.

Di banyak daerah, alokasi anggaran sering kali lebih difokuskan pada pembangunan fisik seperti jalan, pasar, atau gedung pemerintahan. Layanan kesehatan mental, yang dampaknya tidak langsung terlihat secara kasat mata, dianggap kurang mendesak.

Akibatnya, fasilitas dan layanan kesehatan jiwa menerima anggaran paling kecil, menjadikan sektor ini terus tertinggal dibandingkan sektor kesehatan lainnya.

Baca juga: Pengaruh Banyaknya Pikiran Menyebabkan Orang Mengalami Gangguan Jiwa

Sebagian besar layanan kesehatan mental saat ini masih berjalan secara terpisah dari sistem kesehatan umum. Padahal, rumah sakit umum dan puskesmas seharusnya dapat menjadi titik awal dalam memberikan layanan dasar kesehatan jiwa. Ketiadaan sistem rujukan yang jelas dan terintegrasi membuat pasien kesulitan mendapatkan perawatan lanjutan yang sesuai.

Mengabaikan masalah kesehatan jiwa sama saja dengan membiarkan penderitaan berlangsung dalam diam. Jika kita ingin membangun masyarakat yang sehat secara menyeluruh, maka kesehatan mental harus menjadi prioritas bersama. Pemerintah, komunitas medis, tokoh masyarakat, hingga warga biasa perlu bergandengan tangan dalam menyusun dan menerapkan solusi konkret.

Kurangnya fasilitas kesehatan mental di masyarakat kita merupakan peringatan bagi semua orang, bukan hanya pemerintah. Mempromosikan reformasi kebijakan, menyebarluaskan pengetahuan, dan menciptakan ruang aman bagi setiap orang yang menghadapi masalah kesehatan mental semuanya diperlukan. Bagaimanapun, kesejahteraan mental merupakan persyaratan bagi kesejahteraan fisik.

Beberapa Langkah strategis yang dapat dilakukan secara lokal yang paling mendasar adalah mengintegrasikan layanan kesehatan jiwa ke dalam pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas. Tenaga kesehatan umum perlu dibekali pelatihan untuk mengenali tanda-tanda awal gangguan mental dan merujuk pasien ke layanan yang lebih tepat. Ini akan mempercepat proses intervensi dan mencegah kondisi yang lebih parah.

Mendirikan Pusat Kesehatan Jiwa Komunitas (CMC) di tingkat desa atau kecamatan adalah cara efektif untuk mendekatkan layanan kepada masyarakat. CMC dapat menjadi pusat kegiatan seperti konseling psikologis, terapi kelompok, edukasi publik, dan program dukungan sebaya. Selain itu, CMC juga berperan penting dalam memerangi stigma dengan menghadirkan wajah manusiawi dari isu kesehatan jiwa.

Di era digital, telekonsultasi menjadi solusi inovatif untuk menjangkau individu di daerah terpencil. Platform daring yang aman dan terpercaya dapat menghubungkan pasien dengan tenaga kesehatan jiwa tanpa hambatan jarak, memberikan kemudahan dan efisiensi dalam pelayanan.

Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui kampanye yang konsisten adalah kunci menurunkan stigma. Media lokal, sekolah, organisasi keagamaan, dan tokoh masyarakat dapat dilibatkan dalam menyebarkan informasi yang benar mengenai kesehatan mental dan mendorong budaya saling mendukung.

Isu kesehatan jiwa tidak bisa diselesaikan oleh sektor kesehatan saja. Perlu adanya sinergi antara lembaga pemerintah, dunia pendidikan, organisasi sipil, dan sektor swasta untuk membentuk sistem pendukung yang kuat dan berkelanjutan.

Tidak cukup hanya dengan niat baik, upaya ini memerlukan komitmen anggaran yang serius. Pemerintah daerah harus memastikan bahwa layanan kesehatan mental mendapat porsi anggaran yang layak. Investasi ini bukan hanya soal moral, tetapi juga strategi jangka panjang dalam membangun sumber daya manusia yang sehat dan produktif.

 

Penulis: Alvin Mirza Maula
Mahasiswa Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses