Satu Kata yang Mewakili

Rintik gerimis mulai terdengar dan berubah makin keras. Cinta itu sederhana tapi, tak sesederhana yang dibayangkan, dan ketika perasaan telah menangkan akal pikiran. Aku seakan tertipu dengan yang namanya harapan. Aku tahu, aku takkan pernah menemukannya, dan mungkin hanya harapan yang satu-satunya yang bisa membuatku bertahan. Bila bumi mengizinkan bulan untuk menemani, tapi kenapa kamu tidak.

Aku tergagap tanpa sempat menjawab apapun, dan tanpa peduli kau segera pergi. Aku sadar, tapi aku harus benar-benar sadar. Bahwa aku adalah penonton bukan pemeran utama. Terima kasih sahabatku, karenamu aku dapat sesuatu yang masih perlu aku benahi.

Di tempat ini, sudut ini, dan dalam kehangatan ini aku beruntung bisa mengenalmu dan hanya cukup mengagumimu. Satu katapun tak mampu kutuliskan dalam selembar kertas di hadapanku. Ketika kucoba untuk lebih dalam, kekhawatiran semakin menghantuiku, satu kata yang mewakili perasaanku adalah hampa.

Bacaan Lainnya
DONASI

Harusnya tak kubunuh hakmu untuk hidup sesuai keinginanmu. Kembalilah kepada jalan di mana kau menemukan nyawamu, dan hiduplah dengan apa yang membuatmu hidup, dan berjalanlah dengan apa yang dapat menuntunmu. Mungkin aku bahagia tapi, aku sangat bodoh. Sampai kapanpun aku memajang bendera itu, tetap saja bendera tak akan berkibar.

WALIYUDDIN WARIS

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI