Manuskrip merupakan salah satu warisan yang memiliki nilai historis, filologis dan kultural yang penting. Meskipun manuskrip ini berasal dari masa lampau, konsep-konsep yang dibahas di dalamnya tetap relevan dalam konteks pembelajaran Islam kontemporer.
Pemahaman tentang sifat-sifat Allah dan makna kalimat tauhid tetap menjadi pondasi penting dalam pendidikan Islam. Naskah ini dapat diakses secara digital yang merupakan koleksi dari Perpustakaan Nasional di DREAMSEA Repository
Kondisi Fisik
Naskah ini menggunakan pegon arab yang berbahasa jawa sehingga ditulis dari kanan ke kiri. Naskah tersebut berisi 16 halaman, dengan kondisi naskah yang baik dan ukuran naskah 25.5 cm x 17.5 cm. Naskah tersebut ditulis pada tahun 1850 dan ditemukan di Cirebon pada tahun 1950.
Kondisi naskah ini cukup baik akan tetapi, bagian bawah naskah mengalami kerusakan dan bagian sampul depan dan belakang dari naskah ini sudah hilang, sehingga wujud keseluruhannya tidak lagi sempurna. Kerusakan ini terlihat tembus hingga ke seluruh halaman, kemungkinan akibat kondisi kertas yang mulai rapuh atau pengaruh lingkungan karena seiring berjalannya waktu.
Meskipun naskah ini memiliki kerusakan fisik di bagian bawah, akan tetapi banyak memberikan informasi yang menarik. Naskah tersebut menginformasikan bahwa ditulis oleh Muhammad Iman bin Rohidin yang ditulis dalam aksara arab dengan menggunakan teknik tradisional.
Penulisan dalam naskah menggunakan tinta hitam untuk teks utama dan tinta merah untuk penekanan pada istilah-istilah penting. Naskah ini menjelaskan bahwa setiap sifat Allah itu ada (mawjud) dan keberadaan-Nya mutlak.
Naskah tersebut memfokuskan pembahasan pada kalimat tauhid “La ilaha illallah” (Tiada Tuhan selain Allah) dan pengakuan terhadap kerasulan Muhammad ﷺ. Naskah ini juga memberikan penjelasan lebih mendalam tentang makna dari kalimat tauhid tersebut dalam kehidupan seorang muslim.
Halaman Awal
Transliterasi Halaman Awal Manuskrip
Irodat kersa Allah ora kelawan pinereng Allah muhal kaserang Ilmu ngaweruhi allah ora kelawan nalar Allah muhal bodo Hayat urip allah ora kelawan ruh Allah muhal mati Sami’a miharsa Allah ora kelawan kuping Allah muĥal tuli Basoro ningali Allah ora kelawan mata Allah muhal wuta Kalam ngendika Allah ora kelawan huruf suara Allah muhal bisu Qodiron kang kuasa Allah ora kelawan perbuatan Allah muhal kang apes Muridan kang kersa Allah ora kelawan pinereng Allah muhal kang kasereng ‘Ilman kang ngaweruhi Allah ora kelawan nalar Allah muhal kang bodo Haya kang urip Allah ora kelawan Allah muĥal kang mati Sami’a kang miharsa Allah.
Terjemahan
Irodat kersa Allah tanpa paksaan , mustahil Allah dipaksa. Ilmu pengetahuan Allah tidak memerlukan nalar, mustahil Allah bodoh. Hayat kehidupan Allah tidak bergantung pada ruh, mustahil Allah mati. Sami’ pendengaran Allah tidak memerlukan telinga, mustahil Allah tuli. Basoro penglihatan Allah tidak memerlukan mata, mustahil Allah buta. Kalam firman Allah tidak memerlukan huruf dan suara, mustahil Allah bisu. Qodiron yang Maha Kuasa Allah tidak memerlukan perbuatan, mustahil Allah lemah. Muridan Yang Maha Berkehendak Allah tidak dengan paksaan, mustahil Allah dipaksa. ‘Ilman Yang Maha Mengetahui, Allah tidak memerlukan akal, mustahil Allah bodoh. Hayat (Yang Maha Hidup) Allah hidup tanpa membutuhkan ruh, mustahil Allah mati. Sami’ (Yang Maha Mendengar) Allah mendengar tanpa alat pendengaran.
Baca Juga: Mengenal Kalimat Shalawat dalam Manuskrip Pegon Arab: Warisan Doa di Nusantara
Halaman Akhir
Transliterasi Halaman Akhir Manuskrip
Manjing maring lafadz illa Allah iku papat kang dhingin sifat qodiron lan kapindo sifat muridan lan kaping telu sifat ‘ilman lan kaping pat sifat hayyan. Utawi sifat ma’ani kang manjing ing Lafadz illa Allah iku papat kang dhinging sifat qudroh lan kapindo sifat irodat lan kaping telu sifat ‘ilmu lan kaping pat sifat hayat. Utawi sifat rong puluh iku di ringkes manjing maring lafadz la ilaha illa allah. Utawi wajibe para rasul kang papat lan wenange para rasul sawiji lan para nabi kang satus ewu lan patlikur ewu nabi lan para utusan telungatus lan telulas atawi patbelas utawa limolas iku di ringkes manjing maring lafadz Muhammadur Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Tamat
Terjemahan
Masuk ke dalam lafadz “Illaa Allah” terdapat empat sifat, yaitu sifat Qodiron dan yang kedua sifat muridan dan yang ketiga sifat ‘ilman dan yang keempat sifat hayyan. Adapun sifat-sifat ma’ani yang masuk ke dalam lafadz illa Allah itu ada empat yang pertama sifat Qudroh, kedua sifat Irodat, ketiga sifat ‘Ilmu, dan keempat sifat Hayyat. Adapun sifat dua Puluh itu diringkas masuk ke dalam lafaz La ilaha illa Allah. Adapun kewajiban para Rasul ada empat, dan bolehnya para rasul adalah satu. Para nabi berjumlah seratus dua puluh empat ribu nabi, dan para utusan (rasul) berjumlah tiga ratus dan tiga belas atau lima belas. Semuanya diringkas masuk ke dalam lafaz La ilaha illa Allah
Baca Juga: Mengenal Jawi dan Pegon, Huruf Arab untuk Menulis Bahasa Melayu dan Jawa
Kesimpulan
Manuskrip pada halaman pertama secara khusus membahas tentang sifat-sifat wajib Allah yang harus diketahui dan diyakini oleh setiap muslim. Dalam penjelasannya, manuskrip ini menggunakan sistem penulisan yang unik dengan kombinasi tinta hitam untuk teks utama dan tinta merah untuk penekanan istilah-istilah penting.
Naskah kedua yang membahas tentang kalimat tauhid yang melengkapi pemahaman tentang ke-Esaan Allah dengan menghubungkan sifat-sifat Allah dengan pengakuan “La ilaha illallah”. Ini menunjukkan adanya pendekatan pembelajaran yang komprehensif dalam memahami konsep ketuhanan dalam Islam.
Kedua manuskrip ini merupakan warisan yang berharga dalam tradisi Islam Nusantara. Mereka tidak hanya menjadi bukti sejarah, tetapi juga menyediakan pemahaman mendalam tentang bagaimana konsep-konsep teologis Islam diajarkan dan disebarkan di wilayah ini. Pengkajian terhadap manuskrip-manuskrip seperti ini penting untuk memahami perkembangan pemikiran Islam di Nusantara dan metode pengajaran yang digunakan pada masa itu.
Dengan memahami isi naskah ini, kita diajak untuk menyadari bahwa setiap benda peninggalan, sekecil apa pun, memiliki peran penting dalam menceritakan sejarah kehidupan manusia. Oleh karena itu, merawat naskah ini dengan baik dan terus mempelajari isinya adalah cara untuk melestarikan warisan budaya yang berharga, sekaligus memperkuat hubungan kita dengan masa lalu.
Penulis: Rosianna Fitri Fadillah dan Dr. Iin Suryaningsih, S.S., M.A.
Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Arab, Universitas Al-Azhar Indonesia
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News