Sosok Risky Altaresh, Pendiri & CEO Muda Taman School

Biografi
Risky Altaresh, Founder & CEO Taman School.

Risky Altaresh dikenal sebagai Ares merupakan seorang pendiri “Taman School”. Pria yang lahir pada tahun 1998 Ini memiliki tingkat rasa penasaran yang tinggi terhadap sesuatu. Hal tersebut sudah terlihat semenjak Ia berada di taman kanak -kanak.

Saat melihat semut, Ares kecil yang sangat aktif saat itu bahkan akan mengikuti semut hingga berkeliling menuju ke arah kemana semut itu pergi. Karakter inilah yang membawa Ia sukses sekarang sebagai pendiri dan pemimpin platform pendidikan online “Taman School”.

Taman School merupakan startup peer to peer education atau pendidikan sebaya yang memiliki misi membuat pelajar merasa aman secara akademis dan psikologis.

Bacaan Lainnya
DONASI

Perjalanan Pendidikan Risky Altaresh

Ares besar di Tangerang, hingga SMP. Ares memiliki keunggulan di bidang akademiknya. Ia juga memiliki keunggulan dalam mata pelajaran matematika. Tak heran Ia dapat masuk ke salah satu SMA terbaik sekarang yaitu SMA Negeri Unggulan M.H. Thamrin, di Jakarta Timur pada tahun 2015.

Di sinilah Ares menyadari bahwa persaingan akademik menjadi semakin ketat. Hal itu yang membuat Ares berpikir untuk mencari sisi lain dari dirinya di luar kemampuan akademiknya. Ares mulai mencoba menulis, berteater, dan mengikuti organisasi OSIS hingga menjadi ketua OSIS.

Mulai dari sinilah ide-ide kreatif Ares dapat disalurkan. Ia membuat berbagai program-program kreatif, salah satunya ialah ide program “Taman School”.

Pada tahun 2016, Ares meneruskan pendidikannya di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia.

Sesuai dengan keahliannya di bidang sains dan matematika, Ia memilih masuk ke jurusan Fisika UI. Di Tahun 2016-2019, Ares menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa yang aktif di organisasi kampus dan luar kampus.

Dokumentasi Pertamuda by Pertamina 2022.

Di awal perkuliahan Ia memulai dengan kebiasaan yang baik dengan mengikuti organisasi dan beragam kompetisi. Ares memiliki rasa penasaran yang luar biasa pada masa itu. Ia tertarik untuk mengembangkan startup pendidikan, mengikuti setiap kompetisi, dan organisasi.

Ia terus mencoba mengikuti perlombaan demi perlombaan yang ada. Ares percaya kalah pasti kita alami, namun harus tetap terus mencobanya. Di tahun 2018-2022 Ares mendapatkan beberapa pencapaian di kompetisi yang Ia ikuti, seperti:

  1. Juara pertama DILo Hackathon by Telkomsel 2018;
  2. Juara pertama Jakbee Hackathon by Baznas DKI Jakarta 2019;
  3. Top 3 finalis Ytech by Badan Ekonomi Kreatif 2019;
  4. Juara harapan 1 Ideation by OCBC-NISP 2019;
  5. KBMI by Kemendikbud-Ristek, finalis dan penerima dana 2021;
  6. Juara ketiga Pertamuda by Pertamina 2022.

Selain sukses dalam kompetisi, Ares juga sukses dalam kegiatan organisasinya. Pada tahun 2019 ini, Ares dapat menjadi ketua departemen inovasi mahasiswa di BEM UI. Ia juga aktif dalam organisasi luar kampus, yaitu organisasi Student Catalyst.

Pada saat itu, Ia dapat menjabat sebagai presiden di Student Catalyst. Tentunya pencapaian tersebut sangat tidak mudah untuk digapai jika tidak berani mencobanya.

Sembari menjalankan kegiatannya sebagai mahasiswa, Ares tetap berinovasi pada ambisi untuk mengembangkan startup pendidikan yang kini dikenal dengan “Taman School”. Ambisinya untuk mendirikan startup pendidikan juga merupakan salah satu alasan Ia mengikuti berbagai macam kompetisi.

Masa Gelap Seorang Risky Altaresh

Semua perjalanan kesuksesan pasti ada rintangannya. Siapa sangka, keaktifan Ares di organisasi, kompetisi, dan ambisinya untuk mendirikan startup pendidikan akan menjadi boomerang bagi perjalanan pendidikannya.

Pada tahun 2019 di tahun yang sama saat Ia mencapai beberapa kemenangan di kompetisi, Ia harus menerima kebenaran pahit di kehidupannya.

Ares sempat di-DO (Drop Out) dari kampusnya padahal saat itu Ia juga sedang melakukan program magang di salah satu perusahaan yang cukup ternama. Keadaan ini menjadi sebuah titik buntu bagi Ares pada saat itu. Alasan Ia hingga harus keluar dari kampus ialah karena jumlah SKS-nya yang kurang.

Hal tersebut dikarenakan Ares terlalu fokus terhadap organisasi dan kompetisinya sehingga Ia melalaikan kewajiban sebenarnya menjadi seorang mahasiswa pada saat itu.

Pada titik gelap ini Ares percaya keadaan harus dibuat dengan rasa aman supaya tidak berdampak negatif pada lingkungan sekitar. Ares tetap mencari jalan untuk bertahan di situasi terpuruknya.

Pada saat itu, salah satu dosen biologinya yang bernama Bu Retno menjadi salah satu orang yang selalu memberikan dukungan dan membantu meyakinkan pihak kampus supaya mempertahankan Ares melanjutkan kuliahnya. Namun apalah daya usaha Ares untuk tidak dikeluarkan dari kampus dan terus bertahan itu tak bisa terwujud.

Namun, akhirnya Ares dapat  kembali melanjutkan kuliahnya dengan mengikuti Simak UI dan melanjutkan kuliahnya di jurusan Fisika lagi. Kali ini Ares ingin membuktikan bahwa walaupun pernah gagal kita itu masih bisa maju.

Ares juga terus fokus pada pendirian Taman School untuk membuktikan omongannya bahwa Ia bisa mewujudkan ambisinya itu. Ia juga merasa tidak aman di pendidikannya, sehingga Ia merasa perlu menjalankan apa yang pernah Ia janjikan.

Asal-Mula Taman School Berdiri

Dokumentasi Kegiatan Program Mengajar LDKS.

Siapa sangka Taman School yang kini telah memiliki banyak murid dan telah menghasilkan pemasukan yang cukup besar itu berawal dari program untuk LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) OSIS. Pada tahun 2015, Ares merasa butuh hal yang kreatif dan bermanfaat dalam kegiatan LDKS.

Ia membuat program untuk para anggota OSIS, di mana para siswa harus terjun ke masyarakat untuk melihat permasalahan sekitar sebagai bentuk proyek LDKS.

Pada saat itu Ares sempat menerima kritikan dan cecaran dari beberapa teman seangkatannya terkait ide tersebut, karena rasa ketidakpercayaan akan terealisasikannya program tersebut. Ares bahkan sempat dikhianati oleh beberapa temannya yang tidak setuju dengan ide Ares.

Meskipun begitu Ares tetap teguh pada pendiriannya sehingga mendapatkan dukungan dari guru pembinanya dan temannya yang lain.

Kemudian program tersebut dapat terealisasikan dengan program siswa mengajarkan bahasa Inggris dan Jerman pada anak-anak sekitar Bambu Apus. Berawal dari hal ini, Ares melihat siapapun dapat menjadi guru dan program mengajar ini dapat menjadi ide program yang akan berdampak baik dan luas bagi masyarakat.

Ide itu terus dikembangkan oleh Ares sehingga menjadi ambisi bagi dirinya. Kemudian, mulai tahun 2018 Ares mengikuti berbagai kompetisi untuk mengembangkan idenya tersebut.

Mulai dari mengikuti kompetisi DILo Hackathon by Telkomsel 2018 dengan membuat platform khusus untuk orang-orang yang ingin membuat gerakan pendidikan.

Selama 2018-2019, Ares banyak mengikuti berbagai macam kompetisi, hingga Ia sadar bahwa untuk merealisasikan idenya, Ia tidak bisa terus bergantung pada perlombaan atau kompetisi.

Dokumentasi Taman School.

Akhirnya Ares memberanikan diri untuk membuka beberapa kelas persiapan masuk SMA Negeri Unggulan M.H. Thamrin dan mengajak beberapa temannya untuk bekerjasama. Sebuah awal yang baik bisa mendapatkan 60 murid pada saat pertama kali Ares mengadakan Open House “Taman School” pada tahun 2019.

Kemudian saat pandemi tahun 2020, Ares memutuskan untuk membuat kelas online dengan fokus pada kelas akademik dengan media pembelajaran melalui Zoom dan Google Meet yang pada akhirnya hal itu terus berkelanjutan.

Hingga tahun 2023 Taman School telah memiliki murid sebanyak 550 orang lebih dengan 170 orang lebih tenaga pengajar. Taman School telah mencapai pemasukan hingga lebih dari Rp850 M. Ares berharap Taman School dapat menjadi media bagi siapa saja yang ingin membuat kelas di manapun.

Penulis: Rashina Zahra Fadilla
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI