Bantuan Teori Realisme Menghadirkan Penyebab dan Solusi bagi Perang Ukraina

Opini
Ilustrasi: istockphoto

Perang di wilayah Eropa timur belum menemukan solusi yang tepat dalam mengakhiri pertikaian antara Rusia dan Ukraina. Dalam melihat persitiwa tersebut, pendekatan realisme menjadi faktor pendukung dalam melihat peristiwa di Ukraina ini.

Dengan menganalisis penyebab terjadinya perang, setidaknya dapat membantu lahirnya terobosan baru bagi kedua negara dalam menggaungkan perdamaian.

Ukraina dan Rusia merupakan negara yang terletak di benua Eropa timur, kedua negara ini merupakan perpecahan dari Uni Soviet yang runtuh pasca perang dingin tahun 1991, hubungan Rusia dan Ukraina mulai renggang semenjak turunnya Yanukovych, presiden keempat Ukraina akibat dari revolusi di Ukraina yang menganggap Yanukovych pro Rusia.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Dampak Global Akibat Konflik Rusia-Ukraina terhadap Indonesia

Ditambah naiknya Zelensky semakin membuat hubungan Rusia-Ukraina menjauh, Ukraina yang sebelumnya pro Rusia kini menjauh dan pro kubu barat atau NATO, hal ini membuat Rusia mengangkat pernyataan pada Ukraina.

Situasi kian mengeruh, alhasil pada bulan Februari tahun 2022 ditandai sebagai pecahnya invasi Rusia terhadap Ukraina. Presiden Rusia tersebut menyatakan invasi militer terhadap Ukraina yang memutuskan untuk melakukan operasi militer khusus pada wilayah Ukraina. Hal ini diperkuat dari ledakan-ledakan yang terjadi di beberapa wilayah di Ukraina, salah satunya Donbas.

Pertanyaan mengenai persitiwa peperangan ini dapat dianalisis menggunakan Teori Realisme, di mana teori ini telah mendominasi dalam berkembangnya studi ilmu hubungan internasional hingga saat ini. Dengan pembahasan mengenai penyebab dari akar permasalahan ini dan solusi yang memungkinkan tercapai perdamaian di antara kedua negara tersebut.

Melihat akar permasalahan perang Ukraina

Realisme memandang power dalam menentukan kekuasaan suatu negara terhadap negara lain, seperti salah satu tokoh teori realisme, Thucydides berkata, the strong do what they can, and the week suffer what they must, kita dapat melihat kemiripan hal ini dalam konteks Rusia dan Ukraina, di mana Rusia menginisiasi penyerangan pada Ukraina dengan mengirimkan pasukan ke wilayah Ukraina seperti Donbas dan Krimea.

Di mana dari segi persenjataan, wilayah, dan pasukan, Rusia mendominasi Ukraina, namun tentu saja ini bukan akar yang menjadi masalah, hal ini hanya sebatas faktor pendukung keberanian Rusia terhadap ukraina, lantas apa penyebab peristiwa ukraina dan Rusia ini?

Terdapat faktor penyebab dari peristiwa tersebut dengan menggunakan analisis daripada teori realisme yang saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain.

Faktor paling utama ialah pengaruh NATO yang menimbulkan security dilemma bagi Rusia, security dilemma merupakan kondisi di mana suatu negara merasa terancam karena adanya tekanan dari pihak lain, seperti meningkatnya pertahanan negara lain yang membuat negara lainnya merasa tertekan.

Baca Juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina terhadap Perekonomian Indonesia

NATO sendiri merupakan aliansi eksklusif yang menaungi negara yang berada di kawasan Eropa dan 2 negara di wilayah Amerika Utara yang mengurusi masalah keamanan dan militer di wilayah tersebut. Semua anggota sepakat dalam perekrutan Ukraina dalam aliansi tersebut,

Dilansir dari KOMPASTV, dalam pertemuan dengan pejabat tinggi Rusia, Vladimir Putin menaikkan kesiagaan pertahanan Rusia terhadap pernyataan NATO yang dinilai tidak sah dan agresif.

“Saya sedang berbicara tentang sanksi tidak sah yang diketahui semua orang dengan sangat baik, tetapi para pejabat tinggi negara NATO membiarkan diri mengeluarkan pernyataan terhadap negara kita juga,” ungkapnya (28/02/2022).

Dengan ini setidaknya Rusia merasa tertekan seperti sedang diawasi oleh NATO (yang termasuk juga Amerika yang memiliki hubungan kurang baik dengan Rusia), hal ini disebabkan oleh wilayah Rusia dan Ukraina yang bersebelahan secara langsung.

Dari sinilah security dilemma dari Rusia muncul akibat tindakan dari NATO yang mencampuri perang Ukraina seperti memberi bantuan persenjataan, maka Rusia meluncurkan serangan pada Ukraina sebagai bentuk gertakan bagi NATO agar tindak mengusik wilayah Ukraina, artinya jika Ukraina bergabung dengan NATO sama saja dengan mengikuti kubu yang berlawanan dengan Rusia itu sendiri.

Kedua, ditambah dengan faktor historis sebelum Rusia yakni Uni Soviet yang kala itu menjadi suatu kekuatan besar dalam perang dingin. Meskipun sudah tiada lagi Uni Soviet, setidaknya Rusia tetap ingin menunjukkan taringnya dengan NATO sebagai bentuk bahwa mereka tetaplah sebuah negara yang memiliki kekuatan atau power yang tinggi.

Jika kita berandai dengan bergabungnya Ukraina bersama NATO yang justru menjadi ancaman bagi Rusia, itu menunjukan betapa lemahnya Rusia saat ini sampai bisa dengan artian “kehilangan” negara atau teman yang dulu juga merupakan bagian dari Uni Soviet dan pro terhadap mereka, maka dari itu bisa saja Rusia mempertahankan wilayah Ukraina dengan cara peperangan agar tidak diusik oleh NATO dan menunjukan eksistensi kekuatan kepada NATO.

Baca Juga: Misi Jokowi dalam Perdamaian Ukraina dan Rusia

Solusi perdamaian bagi kedua pihak

Lantas bagaimana solusi yang mungkin bisa menjadi juru kunci bagi Ukraina dalam mengakhiri perang yang terjadi di negaranya? Banyak solusi yang dapat disampaikan sebetulnya, namun efektivitas solusi tersebutlah yang menjadi kesulitan sampai saat ini dan justru membuat persitiwa ini semakin keruh.

hal yang dilakukan oleh Rusia telah melanggar HAM dan dikecam beberapa pihak, namun tetap saja Rusia meluncurkan serangannya, mungkin sudah terdapat beberapa solusi diplomatik, namun tetap saja sifat dari diplomasi dari teori realisme ialah self interest atau kepentingan nasional yang diluncurkan suatu negara.

Inilah yang menyebabkan sulitnya ditemukan kesepakatan, memang betul Rusia dapat menekan Ukraina untuk menyetujui keinginannya agar tidak bergabung dalam NATO, namun Ukraina juga didukung oleh NATO yang terdiri dari beberapa negara dengan kekuatan yang besar.

Solusi yang paling memungkinkan muncul dari faktor ekonomi, negara tentu akan berfikir sebelum mengeluarkan uang untuk keperluan militer.

Baik dari posisi Rusia dan Ukraina yang tentu harus berfikir dalam mengeluarkan uang agar tidak terjadi krisis ekonomi domestik dan juga NATO yang tentu memberikan bantuan senjata bagi Ukraina, tentu saja ini berdampak bagi negara-negara anggota NATO. Setidaknya faktor ekonomilah yang dapat menghadirkan perdamaian di Ukraina.

Kita melihat realitas tentu saja ekonomi menjadi hal terpenting bagi suatu negara, bagaimana tidak? Ekonomi menentukan kesejahteraan domestik dan juga dapat menentukan posisi kita di level internasional, setidaknya dengan ekonomi yang melemah akibat perang, masing-masing negara tersadar akan biaya yang berdampak pada negara mereka sendiri.

Kesimpulan

Pernyataan invasi Putin terhadap Ukraina belum juga usai sampai saat ini, jika melihat dari penyebab, maka tidak salah jika kita menyalahkan pengaruh NATO atau Barat sebagai penyulut dari geramnya Rusia, namun di sisi lain, Rusia juga tidak mau merasa kehilangan kekuatan dengan NATO yang seolah-olah memberikan ancaman pada Rusia melalui Ukraina.

Maka dari itu, security dilemma ini memainkan peran penting bagi perang Ukraina, dan juga ditambah berubahnya kepihakan Ukraina terhadap Rusia pasca turunnya Yanukovych dan naiknya Zelensky makin memperkeruh suasana.

Baca Juga: Kelangkaan Minyak Goreng dan Naiknya Harga BBM Hingga LPG

Tentu perang solusi yang efektif karena membawa kemenangan pada 1 pihak, namun perang sangat tidak manusiawi dan melanggar HAM, maka dari itu, berbagai solusi diplomasi pun telah digaungkan seperti yang dilakukan PBB.

Namun tetap saja tidak berhasil karena adanya self interest atau kepentingannya sendiri di antara negara tersebut, maka dari itu yang paling mungkin memunculkan perdamaian adalah faktor ekonomi.

Di mana kepentingan domestik akan terganggu akibat dari perbelanjaan kebutuhan militer dan membuat suatu dilema kepentingan ekonomi domestik antara Rusia, Ukraina, dan NATO karena tidak mungkin perang militer akan berlangsung selamanya.

Meskipun hal ini bisa saja berlangsung lama namun tak dapat dipungkiri, ekonomi menjadi hal penting bagi suatu negara.

Penulis: Mochamad Rayyan Buftiem
Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI