Artikel ini mengkaji fenomena transnasionalisme di kalangan mahasiswa Ukraina yang terdampak oleh invasi Rusia pada tahun 2022. Di tengah konflik yang melanda Ukraina, ribuan mahasiswa Ukraina mencari perlindungan di luar negeri, sementara mereka tetap mempertahankan identitas dan hubungan dengan tanah air mereka.
Artikel ini menggunakan data terkini dari lembaga internasional, media berita, dan studi literatur akademik mengenai dinamika migrasi pelajar, identitas ganda, serta aktivisme transnasional. Fenomena ini memberikan wawasan tentang transnasionalisme dalam konteks krisis geopolitik global.
1. Pendahuluan
Transnasionalisme telah berkembang menjadi konsep yang esensial dalam studi mobilitas global. Dengan semakin banyaknya individu yang berpindah antar negara, mereka mempertahankan ikatan dengan tanah air mereka melalui budaya, ekonomi, dan jaringan sosial (Vertovec, 2009).
Dalam konteks konflik geopolitik seperti invasi Rusia terhadap Ukraina pada 2022, transnasionalisme memperlihatkan dimensi baru yang melibatkan identitas ganda, aktivisme global, serta peran teknologi dalam menjaga hubungan lintas negara.
Dari sudut pandang mahasiswa Hubungan Internasional, artikel ini sangat relevan karena mengangkat tema mobilitas internasional dan politik transnasional yang menjadi pokok pembahasan dalam kajian global.
Pada era globalisasi, isu migrasi, identitas ganda, dan transnasionalisme merupakan fenomena yang tidak dapat dipisahkan dari hubungan internasional, baik dalam konteks diplomasi internasional, aktivisme global, maupun pengaruh diaspora terhadap kebijakan luar negeri negara-negara besar.
Konflik Ukraina menjadi salah satu contoh nyata bagaimana situasi geopolitik memengaruhi kebijakan migrasi internasional, dinamika hubungan antarnegara, dan juga keberadaan aktor-aktor transnasional seperti diaspora dan mahasiswa internasional.
Oleh karena itu, artikel ini memberikan gambaran tentang bagaimana krisis internasional dapat membentuk pola mobilitas dan identitas baru di kalangan pelajar, serta bagaimana hal tersebut memengaruhi hubungan internasional.
Baca juga:Â Rusia & Ukraina dalam Politik Indonesia: Netralitas atau Diplomasi Main Aman?
2. Latar Belakang Kasus: Invasi Rusia dan Migrasi Mahasiswa Ukraina
Invasi Rusia terhadap Ukraina pada Februari 2022 memicu krisis kemanusiaan yang meluas, menghancurkan infrastruktur vital dan menciptakan lebih dari 7 juta pengungsi di seluruh dunia (UNHCR, 2025). Di antara mereka adalah ribuan mahasiswa Ukraina yang tengah menempuh pendidikan di universitas-universitas luar negeri.
Data dari Organisasi Pendidikan Internasional mencatat bahwa lebih dari 250.000 mahasiswa Ukraina telah meninggalkan negara mereka pada tahun 2022 dan 2023, sebagian besar melanjutkan studi di negara-negara Eropa, Kanada, dan Amerika Serikat (OECD, 2024).
Bagi mahasiswa Ukraina yang terdampak, perjalanan mereka bukan hanya soal menyelesaikan pendidikan, tetapi juga mempertahankan koneksi emosional, sosial, dan politik dengan tanah air mereka yang sedang berperang. Hal ini menciptakan bentuk baru transnasionalisme yang penuh dengan tantangan dan dinamika identitas.
Baca juga:Â Menuju Solusi: Proyeksi Masa Depan Konflik Rusia-Ukraina
3. Dimensi Transnasionalisme dalam Kasus Mahasiswa Ukraina
Identitas Ganda dan Ketahanan Sosial
Mahasiswa Ukraina yang berada di luar negeri menghadapi kenyataan identitas ganda: sebagai pelajar internasional yang hidup di negara asing, tetapi juga sebagai bagian dari bangsa yang terperangkap dalam konflik. Fenomena ini mencerminkan konsep transnational identity, di mana individu menggabungkan elemen identitas dari dua negara atau lebih (Glick Schiller, 2005).
Selain itu, mahasiswa Ukraina menjadi bagian dari komunitas diaspora yang besar dan terus berkembang, yang tidak hanya berfokus pada pendidikan tetapi juga pada solidaritas politik. Sebagai contoh, Ukrainian Student Union yang berbasis di Eropa mengorganisir berbagai kampanye solidaritas, mengajak mahasiswa untuk berbicara mengenai kondisi Ukraina dan mendesak negara-negara Barat untuk lebih aktif dalam mendukung negara mereka (Ukrainian Student Union, 2024).
Mobilisasi Digital dan Aktivisme Global
Platform media sosial telah berfungsi sebagai sarana utama bagi mahasiswa Ukraina untuk tetap terhubung dengan keluarga mereka di dalam negeri dan untuk berpartisipasi dalam aktivisme global. #StandWithUkraine, #StopRussianAggression, dan #SaveUkraine menjadi tagar populer yang digunakan mahasiswa untuk menyuarakan solidaritas. Media sosial memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam gerakan global tanpa harus meninggalkan negara tempat mereka belajar.
Fenomena digital transnationalism ini sangat memperkuat solidaritas internasional, dengan mahasiswa Ukraina menjadi bagian dari jaringan global yang mendesak negara-negara besar untuk mengambil tindakan diplomatik lebih lanjut terhadap Rusia (BBC, 2024).
Remitansi dan Dukungan Ekonomi Global
Selain kegiatan politik dan sosial, mahasiswa Ukraina yang berada di luar negeri juga tetap memainkan peran ekonomi transnasional. Banyak dari mereka mengirimkan remitansi kepada keluarga mereka di Ukraina, yang hidup dalam kondisi sangat sulit akibat perang.
World Bank melaporkan bahwa remitansi dari mahasiswa dan pekerja migran Ukraina ke negara asalnya mencapai lebih dari $2 miliar pada 2023 (World Bank, 2024). Uang ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, pendidikan, dan biaya pengobatan bagi keluarga yang terdampak konflik.
Aktivisme Politik dan Pengaruh Diaspora
Mahasiswa Ukraina yang belajar di luar negeri juga berperan aktif dalam transnational political activism. Melalui organisasi-organisasi mahasiswa, mereka memimpin berbagai aksi unjuk rasa di luar negeri yang menuntut penghentian invasi Rusia dan peningkatan bantuan kemanusiaan.
Di Amerika Serikat dan Kanada, kampanye untuk memberikan suaka politik bagi warga negara Ukraina juga semakin besar, dengan mahasiswa menjadi penggerak utama dalam mengorganisir protes dan konferensi internasional (The Guardian, 2024).
Baca juga:Â Efek Perang Rusia-Ukraina terhadap Industri Pertahanan Dunia
4. Analisis Teoretis
Konsep transnational social fields (Levitt & Glick Schiller, 2004) dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana mahasiswa Ukraina, meskipun berada di luar negeri, tetap terhubung dengan negara asal mereka dan berperan aktif dalam berbagai dimensi kehidupan global.
Mereka tidak hanya hidup dalam satu ruang sosial nasional, tetapi dalam jaringan sosial yang menghubungkan berbagai negara yang terpisah oleh perbatasan fisik namun terhubung secara digital, politik, dan ekonomi.
5. Kesimpulan
Kasus mahasiswa Ukraina pasca invasi Rusia 2022 menunjukkan bagaimana transnasionalisme berkembang dalam konteks krisis. Mahasiswa Ukraina tidak hanya berperan sebagai pelajar internasional, tetapi juga sebagai bagian dari komunitas diaspora yang memiliki identitas ganda, terlibat dalam aktivisme politik lintas negara, dan berpartisipasi dalam ekonomi global melalui remitansi dan bantuan kemanusiaan. Fenomena ini menggambarkan pentingnya teknologi dan solidaritas internasional dalam membentuk jaringan transnasional yang kuat, yang dapat merespons tantangan global, khususnya dalam situasi perang.
Penulis:Â Diandra Jasmine Fasabrina
Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya
Daftar Pustaka
- BBC. (2024, February 22). Ukrainian Students Abroad Lead Global Protests Amid War. Retrieved from https://www.bbc.com
- Glick Schiller, N. (2005). Transnationalism: A New Analytic Framework for Understanding Migration. Anthropological Quarterly, 78(1), 1-24.
- The Guardian. (2024, January 10). Ukrainian Students Protest Across Europe for More Sanctions on Russia. Retrieved from https://www.theguardian.com
- UNHCR. (2025). Ukraine Refugee Crisis Update. Retrieved from https://www.unhcr.org
- World Bank. (2024). Migration and Remittances: Ukraine’s Growing Role in the Global Economy. Retrieved from https://www.worldbank.org
- Ukrainian Student Union. (2024). Solidarity and Activism: The Role of Ukrainian Students in Europe. Retrieved from https://www.usunion.eu
- OECD. (2024). International Migration and Students from Ukraine: The Impact of Conflict on Higher Education. Retrieved from https://www.oecd.org
Editor: Rahmat Al Kafi