Di tengah hiruk pikuk kehidupan kampus yang penuh dengan tugas dan kegiatan, bulan Ramadan hadir membawa suasana yang berbeda. Bagi mahasiswa Indonesia, Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang kesempatan untuk melakukan perubahan mendasar dalam diri.
Ibarat sebuah DNA yang dapat berubah dan beradaptasi, Ramadan menjadi momentum untuk melakukan “DNA change” dalam kehidupan mahasiswa.
Ramadan adalah laboratorium kehidupan di mana mahasiswa dapat menguji dan melatih diri. Dengan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa, mahasiswa belajar mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan disiplin diri. Lebih dari itu, Ramadan juga mengajarkan tentang empati dan kepedulian sosial melalui kegiatan berbagi dengan sesama.
Dalam buku “Disruption” (2018), Rhenald Kasali menjelaskan tentang pentingnya “DNA change” dalam menghadapi perubahan zaman. Ramadan adalah waktu yang tepat bagi mahasiswa untuk melakukan “DNA change” dengan mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik.
Misalnya, mengubah kebiasaan menunda-nunda tugas menjadi kebiasaan mengerjakan tugas tepat waktu, atau mengubah kebiasaan begadang menjadi kebiasaan tidur lebih awal.
Selain melatih disiplin diri, Ramadan juga menjadi sarana untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dan emosional. Melalui ibadah seperti salat tarawih, tadarus Al-Qur’an, dan itikaf, mahasiswa dapat mendekatkan diri kepada Tuhan dan merenungkan makna kehidupan. Selain itu, Ramadan juga mengajarkan tentang kesabaran, keikhlasan, dan pengendalian emosi.
Baca juga:Â Bulan Ramadan: Ibadah dan Produktivitas, Menemukan Keseimbangan di Tengah Kesibukan Kuliah
Ramadan juga menjadi momen untuk memperkuat solidaritas dan kebersamaan antar mahasiswa. Kegiatan buka puasa bersama, salat tarawih berjamaah, dan berbagi takjil menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi dan membangun kebersamaan. Dalam suasana Ramadan, mahasiswa belajar untuk saling mendukung dan menguatkan satu sama lain.
Suasana Ramadan yang penuh berkah dan ampunan dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi baru bagi mahasiswa. Mendengarkan ceramah agama, membaca kisah-kisah inspiratif, atau berdiskusi dengan teman-teman dapat memberikan perspektif baru dan semangat untuk meraih mimpi.
Perubahan yang dilakukan selama Ramadan tidak boleh berhenti begitu saja setelah bulan suci berakhir. Mahasiswa perlu menjaga dan melanjutkan kebiasaan baik yang telah terbentuk agar perubahan tersebut menjadi bagian dari “DNA” mereka. Dengan demikian, Ramadan bukan hanya menjadi momen perubahan sesaat, tetapi juga menjadi titik awal transformasi diri yang berkelanjutan.
Mahasiswa Indonesia adalah generasi penerus bangsa yang memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif bagi Indonesia. Ramadan adalah kesempatan emas bagi mahasiswa untuk melakukan “DNA change” dan menjadi agen perubahan yang berakhlak mulia, cerdas, dan peduli terhadap sesama.
Perubahan Sosial Melalui Peningkatan Spiritual
Di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat, kita sering kali lupa akan pentingnya dimensi spiritual dalam kehidupan. Padahal, spiritualitas dapat menjadi landasan yang kokoh dalam menghadapi berbagai tantangan dan melakukan perubahan sosial yang positif.
Dalam buku “Change” (2005), Rhenald Kasali menekankan pentingnya kemampuan beradaptasi dan melakukan perubahan. Namun, perubahan yang sejati tidak hanya terjadi di level fisik atau intelektual, tetapi juga di level spiritual.
Spiritualitas adalah sumber kekuatan internal yang dapat membantu kita menemukan makna dan tujuan hidup. Dengan meningkatkan spiritualitas, kita dapat mengembangkan nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan empati, yang menjadi dasar bagi perubahan sosial yang berkelanjutan.
Seperti yang diungkapkan Rhenald Kasali dalam bukunya, perubahan yang berhasil adalah perubahan yang didorong oleh motivasi internal yang kuat, bukan hanya faktor eksternal.
Perubahan spiritual dapat memengaruhi perubahan sosial dalam berbagai aspek. Misalnya, dengan meningkatkan kesadaran spiritual, kita dapat lebih peduli terhadap lingkungan dan sesama manusia.
Baca juga:Â Ramadan Sehat: Pola Makan dan Kesehatan Mental Mahasiswa
Kita juga dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan dan bertindak, sehingga dapat menciptakan dampak positif bagi masyarakat. Dalam konteks ini, buku “Change” mengingatkan kita bahwa perubahan organisasi atau masyarakat dimulai dari perubahan individu.
Spiritualitas juga dapat menjadi perekat sosial yang kuat. Dengan menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kita dapat membangun masyarakat yang lebih beradab dan harmonis.
Dalam buku “Change”, Rhenald Kasali menyoroti pentingnya kepemimpinan yang berintegritas dan berorientasi pada nilai-nilai luhur. Kepemimpinan seperti ini hanya dapat terwujud jika didasari oleh spiritualitas yang kuat.
Di era disrupsi yang penuh dengan ketidakpastian, spiritualitas dapat menjadi kompas yang menuntun kita dalam menjalani kehidupan. Dengan berpegang pada nilai-nilai spiritual, kita dapat tetap tenang dan fokus dalam menghadapi berbagai tantangan. Kita juga dapat lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi dan inovasi untuk kebaikan bersama. Seperti yang diungkapkan Rhenald Kasali, perubahan yang bermakna adalah perubahan yang membawa kemajuan bagi peradaban manusia.
Penulis:Â Ismail Suardi Wekke
Cendekiawan Muslim Indonesia
Ikuti berita terbaru di Google News