Surabaya, April 2025 – Perkenalkan, saya Meiska Diah Kusumawardani, mahasiswa semester 6 Program Studi Fisika UPN “Veteran” Jawa Timur yang saat ini sedang melaksanakan program magang mandiri di BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).
Magang ini dimulai pada tanggal 3 Maret 2025 di Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya, khususnya pada bagian Aerologi. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah untuk memberikan pengalaman praktis serta pemahaman yang mendalam mengenai pengoperasian dan analisis data aerologi sebagai pendukung prakiraan cuaca dan iklim.
Pengalaman magang di BMKG pada bagian Aerologi ini memberi saya kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pengamatan atmosfer atas yang sangat penting untuk meteorologi. Di awal magang, saya diperkenalkan pada teori dasar aerologi dan berbagai alat canggih, terutama radiosonde yang menjadi fokus utama observasi.
Radiosonde adalah alat yang terangkat ke atmosfer oleh balon cuaca untuk mengukur berbagai parameter meteorologi seiring dengan ketinggian. Sensor-sensor yang terdapat pada radiosonde ini mengukur tekanan, suhu, kelembaban, ketinggian, dan arah angin.
Pengamatan radiosonde dilakukan pada pagi hari. Dalam melaksanakan pengamatan tersebut, saya mempelajari komponen-komponen radiosonde, sistem penerimaan data di stasiun meteorologi, serta peralatan pendukung lainnya.
Beberapa kebutuhan yang diperlukan selama pengamatan radiosonde antara lain balon putih, radiosonde, hidrogen/ helium, sensor transmitter radiosonde, receiver, dan PC.
Kegiatan magang ini melibatkan partisipasi aktif dalam persiapan peluncuran radiosonde, termasuk pemasangan dan pengisian hidrogen ke dalam balon.
Pada cuaca cerah, pengisian hydrogen mencapai berat 950-1000 gram. Sedangkan pada cuaca mendung atau hujan, pengisian dilakukan dengan berat 1050-1100 gram, karena tekanan saat hujan cenderung lebih berat.
Selain itu, kegiatan ini juga mencakup pemeriksaan peralatan, kalibrasi sensor transmitter agar sesuai dengan receiver, dan aktivasi MGPS2. MGPS2 berfungsi untuk memantau data yang dikirim oleh sensor radiosonde.
Setelah semua persiapan selesai, sensor transmitter radiosonde dipasang pada balon yang telah diisi dengan hidrogen, kemudian balon tersebut diluncurkan ke udara. Radiosonde berfungsi sebagai komunikasi satu arah, yaitu dari transmitter ke receiver, dan tidak dapat dikendalikan setelah peluncuran.
Namun, frekuensi yang digunakan dapat deprogram atau dipilih sebelumnya, sehingga operator perlu mengetahui dengan pasti frekuensi yang tepat berdasarkan pengalaman.
Setelah peluncuran, saya memantau penerbangan radiosonde melalui MGPS2 dan Google Earth. Data yang diterima akan menampilkan parameter meteorologi seperti suhu, kelembaban, tekanan, kecepatan, arah angin, dan ketinggian. Beberapa sistem radiosonde dilengkapi dengan pelacak GPS.
Posisi balon akan terus dipantau untuk menentukan lintasan dan kecepatan angin pada berbagai ketinggian. MGPS2 secara otomatis mencatat dan menyimpan data yang diterima dari radiosonde.
Ketika radiosonde naik sekitar 1.000 kaki per menit (300 meter per menit), sensor yang terdapat pada radiosonde akan mengukur tekanan, suhu, dan kelembaban. Sensor-sensor ini terhubung ke receiver yang mengirimkan pengukuran tersebut ke penerima di darat.
Dengan pelacak posisi radiosonde saat terbang, informasi mengenai kecepatan dan arah angin di udara juga dapat diperoleh. Penerbangan radiosonde dapat berlangsung sekitar 2 jam atau lebih, sebelum balon meledak atau sinyal hilang. Pengamatan akan terus dilakukan hingga saat itu.
Setelah balon radiosonde mencapai ketinggian maksimum dan meledak, radiosonde akan turun perlahan. MGPS2 akan terus menerima data selama proses penurunan. Penerimaan data akan dihentikan setelah radiosonde mencapai tanah atau ketika sinyal terlalu lemah. Data yang direkam akan diunduh dan disimpan dalam format yang sesuai.
MGPS2 akan memproses data mentah tersebut, melakukan koreksi dan kalibrasi, serta menghitung parameter meteorologi lainnya. Data yang telah diproses kemudian akan divisualisasikan dalam bentuk grafik (suhu, kelembaban, angin), tabel, dan diagram.
Para meteorologi akan menganalisis data dari radiosonde untuk memahami kondisi atmosfer, serta menggunakannya sebagai input untuk prakiran cuaca dan peringatan dini.
Selain melakukan pengamatan radiosonde, BMKG Juanda juga melakukan pengamatan Pilot Balloon dengan menggunakan theodolite. Pengamatan ini dilakukan pada siang hari tepatnya pukul 12.00.
Pilot Balloon merupakan metode pengamatan untuk memperoleh data arah dan kecepatan angin di ketinggian, yang sangat berguna untuk penerbangan. Theodolite adalah salah satu peralatan konvensional yang digunakan dalam pengamatan udara atas.
Balon yang diisi dengan hidrogen seberat sekitar 100 gram akan dilepaskan ke udara, dan gerakannya akan diikuti dengan theodolite. Para pengamat akan mencatat pergerakan balon dalam bentuk sudut azimuth dan elevasi.
Hasil pembacaan tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan nilai arah pembacaan tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan nilai arah dan kecepatan angin dalam kelipatan 1000 feet. Namun, kelemahan dari penggunaan theodolite untuk pengamatan udara atas adalah metode operasinya yang masih dilakukan secara manual.
Pengalaman magang ini tidak hanya memberikan pengetahuan teknis mengenai operasional aerologi, tetapi juga menumbuhkan apresiasi yang lebih mendalam terhadap peran BMKG dalam menjaga keselamatan publik dan memberikan informasi cuaca yang akurat.
Penulis: Meiska Diah Kusumawardani
Mahasiswa Fisika UPN “Veteran” Jawa Timur
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News