Unik tapi memang sudah terjadi, ketika Korea Utara yang cukup terisolasi dari Internasional dan pada bulan Oktober-November 2024 yang lalu Korea Utara mengirimkan sejumlah 1.500 pasukan untuk dikirimkan ke Rusia dalam perang Rusia dan Ukraina menurut Badan Intelijen Korea Selatan.
Hal ini terjadi dengan selaras waktu adanya Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) dan Federasi Rusia yang diratifikasi pada tanggal 9 November di Rusia dan 11 November di Korea Utara.
Perjanjian ini telah menjadi perjanjian efektif pada tanggal 4 Desember 2024. Perjanjian tersebut merupakan kerja sama antara Republik Rakyat Demokratik Korea dan Federasi Rusia dalam bidang pertahanan dan keamanan dalam kedua negara tersebut.
Dalam isi perjanjian tersebut diyakini oleh negara-negara barat bahwa Korea Utara mengirimkan bantuan-bantuan peluru artileri dan rudal yang digunakan oleh militer Rusia, dan semakin diperkuat dengan adanya laporan pengiriman pasukan Korea Utara yang akan terlibat dalam perang Rusia dan Ukraina namun mereka bertempur dengan seragam-seragam militer Rusia secara resmi.
Dalam hubungan internasional, kerja sama tersebut merupakan salah satu konsep bantuan internasional sebagai alat mencari pengaruh yang berlandaskan Teori Realisme.
Teori Realisme yang dimaksud adalah sebuah teori berkaitan dengan negara-negara yang merupakan aktor utama dalam sistem-sistem internasional yang anarkis, di mana mereka berjuang untuk meraih beberapa kepentingan dalam berpengaruh seperti mendapatkan kepentingan kekuasaan dan menjaga kepentingan nasional negara-negara tersebut.
Baca Juga: Silenced Sisters: Represi Perempuan di Korea Utara
Dalam asumsi dasarnya, Realisme menganggap bahwa dunia internasional sebagai arena persaingan antar negara yang tentunya disetir oleh kepentingan nasional dan insting survival.
Membicarakan soal pakta pertahanan yang dilakukan oleh Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) dan Federasi Rusia memiliki motif cenderung saling menjaga kepentingan satu sama lain yang memiliki hampir tujuan yang sama untuk menyeimbangi geopolitik dan geostraregi yang saat ini masih didominasi oleh Barat.
Dominasi barat justru memiliki tantangan cenderung terlalu bergantung kepada Amerika Serikat yang saat ini menjadi tantangan baru bahwa Donald Trump memiliki sifat kepentingan utama Amerika dibandingkan memiliki peran-peran penting untuk menyeimbangkan geopolitik.
Dinamika yang terjadi pada saat itu, Amerika Serikat tidak menekan sebuah tindakan geostrategi, tentunya Korea Utara memanfaatkan momen untuk melakukan bantuan kerja sama internasional sebagai alat mencari pengaruh.
Saat ini masih beredar video-video tentang warga Korea Utara yang berseragam militer Rusia menandakan bahwa perjanjian ini berlaku efektif di mana Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) dan Federasi Rusia ini mengakui bahwa bantuan militer dan bantuan-bantuan lainnya mengikuti prosedur yang sesuai dengan Pasal 51 PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), yang berisikan mengakui hak negara dalam hal membela diri secara individu dan kolektif.
Baca Juga: Respon Korea Selatan terhadap Uji Coba Nuklir Korea Utara
Dalam perspektif kedua negara tersebut bahwa perjanjian ini memang harus dilakukan yang mencakup ketentuan-ketentuan bantuan militer secara langsung dan melawan serangan bersenjata, yang sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 51 Piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) maka perjanjian tersebut berlaku dan negara-negara yang terlibat akan berbagi instrumen untuk diratifikasi.
Penulis: Muhammad Maulana Ansyar Syachputra
Mahasiswa Hubungan Internasional UPN “Veteran” Jawa Timur
Aktif juga di IR UPNVJT Social Media Team
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News