Ekonomi dan Digitalisasi: Menjamurnya Budaya Konsumerisme

Konsumerisme

Globalisasi sudah bukan menjadi isu yang asing di telinga kita terutama para akademisi. Kemunculan sistem digital dan perkembangan efisiensi teknologi menjadikan interaksi dari batas negara menjadi lebih transparan dan mudah.

Adanya penyebaran informasi dan arus komunikasi yang begitu mudah dan massif menjadikan globalisasi sebagai episentrum dari berbagai macam perubahan yang ada di dunia. Pertukaran budaya dan kemajuan IPTEK merubah hampir segala aspek kehidupan di era modern ini mulai dari politik, sosial, budaya, ekonomi hingga lingkungan.

Namun perlu diketahui bahwa globalisasi mampu menjadi pisau bermata dua, apakah globalisasi menimbulkan dampak positif atau justru lebih membawakan dampak negative. Kemajuan di bidang IPTEK menumbuhkan banyak inovasi dan perkembangan ekonomi di dunia termasuk di Indonesia.

Digitalisasi dan westernisasi merupakan dua aspek paling menonjol dalam globalisasi perekonomian di Indonesia. Kemajuan ekonomi sendiri pada dasarnya sudah terjadi semenjak revolusi industri pertama di Inggris pada tahun 1750-an.

Bacaan Lainnya

Kunci dari globalisasi ekonomi adalah industrialisasi. Teknologi mesin uap merubah system perekonomian hingga kehidupan masyarakat dunia terkait adanya efisiensi. Lahirnya masin uap juga melahirkan system ekonomi kapitalisme dimana dulu hingga saat ini kapitalisme belum berpihak kepada rakyat kecil.

Lahirnya kelas-kelas sosial menjadi permasalahan dalam isu ekonomi terutama globalisasi yang semakin menjadi-jadi. Adam Smith mengutarakan bahwa kapitalisme dan system swasta merupakan hal yang berbeda namun tetap berdekatan.

Kapitalisme adalah sistem dimana orang borjuis memiliki kendali atas nasib ekonomi masyarakat ploretar dengan eksploitasi tenaga kerja bergaji rendah. Sedangkan sistem swasta hadir dari istilah commercial society dimana system ekonomi didasarkan atas kebebasan dari masing-masing individu dalam berbisnis tanpa ada eksploitasi.

Kapitalisme dan Commercial Society melebur dalam dunia digitalisasi modern. Abad ke-21 melahirkan banyak inovasi melalui system digital dan ekonomi mulai dari digital accounting hingga digital market.

E-Commerce atau perdagangan elektronik merupakan sebuah pasar baru ekonomi digital, kemunculan online shop seperi Shopee, Tokopedia, hingga Amazon menandakan adanya globalisasi ekonomi yang merata.

Salah satu yang menjadi fenomena globalisasi ekonomi adalah konsumerisme masyarakat. Online shop secara tidak langsung memberikan berbagai macam tawaran dalam bentuk promo hingga voucher belanja dengan potongan harga yang cukup menggiurkan.

Kemunculan aplikasi ojek online juga menjadi sumber dari roda perekonomian digital terutama dalam hal bisnis makanan. Segala kemudahan yang diberikan dari system online membentuk dinamika perekonomian digital yang memberikan berbagai perubahan mulai dari pola perilaku pembeli hingga penjual.

Fenomena digitalisasi menjadi penting sebagai bagian dari transisi industri 3.0 menuju 4.0. Permasalahan produksi sudah bukan menjadi permasalahan ekonomi abad ini. Digitalisasi dan sosialisasi secara implisit dalam kegiatan jual beli online menjadi kunci dari transisi industri 4.0.

Digitalisasi dan ekonomi mampu menjadi lahan bisnis dan pengembangan finansial bagi setiap individu secara mandiri. Kemudahan yang diberikan dari digital market mempermudah bisnis startup maupun indie. Sedangkan untuk UMKM, online shop mampu menjadi media pengembangan bisnis dan marketing bagi usaha-usaha lokal dan menengah.

E-Commerce juga mampu mendorong lahirnya usaha-usaha baru dan membuka lapangan pekerjaan secara lebih massif. Jika E-Commerce mampu menjadi batu loncatan terhadap kemajuan perekonomian di Indonesia maka hal pertama yang akan menjadi aspek perubahan adalah UMKM.

Online shop mampu menjadi invovasi jika subjek memposisikan diri mereka sebagai penjual, namun berbeda lagi jika subjek merupakan seorang pembeli.

Online shop menyuguhkan berbagai tawaran menarik hampir setiap bulannya. Voucher terbatas yang ditawarkan oleh Shopee maupun Tokopedia menjadi tantangan bagi budaya konsumerisme di Indonesia.

Pada dasarnya konsumerisme menjadi sebuah fenomena yang telah muncul sejak lama. Urbanisasi dan westernisasi membawa banyak perubahan sikap dan kebudayaan yang diserap oleh orang-orang di Indonesia.

Sistem ekonomi digital memudahkan masyarakat untuk mencari barang yang sekiranya susah dicari pada region tertentu dan cukup menggunakan pembayaran berbasis mobile banking, transaksi dapat terselesaikan.

Teknologi menjadi pengaruh yang negatif terhadap pola fikir masyarakat yang kiat hari menjadi semakin malas untuk bisa bergerak kesana kemari.

Kemudahan yang ditawarkan E-Commerce juga mampu menjadi pilihan bagi masyarakat dalam memilih tempat bertransaksi dengan adanya penilaian dari masing-masing marketplace yang ada.

Segala inovasi pembayaran juga ikut diberikan mulai dari kredit melalui paylater, digital wallet, hingga cash on delivery semakin menarik peminat dari masing-masing system yang tertera pada marketplace.

Digitalisasi juga membutuhkan persiapan di Indonesia, banyaknya individu yang berselancar secara anonym memudahkan terjadinya kriminalitas. Digital I.D mulai diterapkan di beberapa E-Commerce resmi namun belum bisa diterapkan pada E-Commerce berbasis website.

Penipuan online masih sering terjadi terutama pada orang-orang yang memang awam dengan beberapa system peminjaman online yang sudah diawasi oleh OJK.

Sistem pembayaran seperti Cash on Delivery juga masih menjadi perdebatan antara masyarakat dewasa dengan anak muda. Digitalisasi dan ekonomi mampu membawakan kemajuan jika setiap individu tau posisi mereka dan bagaimana mengolah perubahan digitalisasi ini.

Jika kesiapan dari setiap individu mampu memandang manfaat jangka Panjang dari digitalisasi, maka ekonomi digital mampu menjadi perubahan yang membangun, namun jika masyarakat masih memposisikan diri hanya sebagai pembeli dan kurang menyaring secara penuh dampak dari digitalisasi, maka konsekuensinya adalah terikat dalam lingkaran konsumerisme.

Oleh: Adila Rizki Melina Dwi Sentani
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses