Akibat Homesick dan Peran Dukungan Sosial terhadap Mahasiswa Baru

Homesick
Ilustrasi Homesick.

Banyak mahasiswa memilih untuk melanjutkan pendidikan mereka di luar kota atau di luar negara asal mereka sebagai akibat dari mobilitas akademik yang meningkat di era modern ini.

Meskipun memberikan banyak peluang, Keputusan untuk melanjutkan Pendidikan yang jauh dari rumah juga menghadirkan banyak kesulitan, salah satunya adalah homesick.

Homesick, dapat dikenal dengan kerinduan akan rumah, dimana kondisi emosional yang umum dialami oleh mahasiswa dan memiliki efek yang signifikan pada kesehatan mental mereka. Stres yang dialami oleh mahasiswa baru yang baru saja meninggalkan rumah atau tinggal di tempat yang baru dan asing.

Homesick juga dapat didefinisikan sebagai emosi yang dirasakan seseorang ketika mereka tidak berada di rumah mereka sendiri. Rasa sakit yang dapat dialami oleh mahasiswa baru dapat  dicirikan seperti gejala fisik, emosi negatif, dan pikiran tentang lingkungan rumah yang ditinggalkan.

Bacaan Lainnya

Tidak adanya  teman, keluarga, atau lingkungan baru dapat menyebabkan reaksi tersebut. Mahasiswa rantau adalah mereka yang meninggalkan rumah dan jauh dari orang tua mereka untuk menempuh Pendidikan di sebuah universitas yang telah dipilihnya.

Mahasiswa yang mampu menyesuaikan diri ditempat baru cenderung lebih percaya diri, terbuka, dan memiliki kontrol emosi perilaku mereka sendiri.

Menurut penelitian Wahyuhadi (2019), ada hubungan positif antara kepercayaan diri dan penyesuaian diri pada mahasiswa. Semakin baik penyesuaian diri seseorang, semakin besar kepercayaan dirinya. Sebaliknya, ketidakpercayaan dapat menyebabkan penyesuaian diri yang rendah.

Mahasiswa dapat disebut sebagai Orang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik itu negeri, swasta, atau lembaga setara lainnya. Mereka dianggap memiliki kecerdasan yang luar biasa, kemampuan berpikir logis, dan kebijaksanaan yang matang.

Berpikir kritis dan bertindak cepat dan tepat adalah sifat yang biasanya dimiliki mahasiswa. Kedua sifat tersebut saling melengkapi. Mereka yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan mereka di luar kota atau di luar negeri akan menghadapi banyak masalah, Seperti bahasa, makanan, gaya hidup, budaya, dan tradisi lainnya.

Perpisahan menyebabkan jauh dari anggota keluarga dan orang terdekat. Hampir semua orang pernah merasakan rindu keluarga, tidak peduli tempat, usia, atau gender mereka.

Peran dukungan sosial juga sangat penting untuk membantu mahasiswa baru dalam mengatasi rasa rindu terhadap rumah atau homesick, dukungan tersebut dapat datang dari keluarga, teman atau organisasi kampus. Mendapatkan dukungan sosial juga membantu mahasiswa merasa aman, tenang, dan diterima di tempat baru.

Mahasiswa dapat mengatasi tantangan akademis dan sosial di perguruan tinggi dengan dukungan sosial yang membantu mereka membangun hubungan yang lebih baik dan lebih mudah beradaptasi.

Baca Juga: Fenomena Homesick dan Kesehatan Mental Remaja

Penyebab dan Akibat

Tingkat homesick yang dialami mahasiswa baru juga dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua mereka. Pola asuh otoriter, yang memberikan batasan ketat tanpa memberikan kesempatan untuk berekspresi, cenderung meningkatkan kemungkinan homesick pada remaja.

Sebaliknya, pola asuh permisif yang memberikan sedikit atau tidak ada batasan sama sekali, dapat membuat remaja merasa tidak terlindungi atau tidak didukung secara emosional. Pola asuh autoritatif yang menggabungkan kehangatan dan struktur dapat membantu remaja menjadi lebih mandiri dan mengurangi tingkat homesick.

Meskipun pola asuh dapat berbeda-beda tergantung pada individu dan tahap kehidupan mereka. Secara umum, memiliki pola asuh yang adil dan mendukung cenderung mengurangi risiko homesick. Salah satu faktor penting yang menyebabkan homesick adalah kurangnya dukungan sosial di tempat baru.

Jika mahasiswa baru tidak memiliki teman atau jaringan sosial yang dapat mendukung mereka di tempat baru maka mereka akan lebih cenderung mengalami perasaan kesepian dan isolasi.

Membutuhkan waktu dan usaha untuk membangun hubungan sosial baru, dan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru dapat memperburuk perasaan atau merasa terasingkan. Mahasiswa mungkin merasa sendirian saat menghadapi kesulitan dan perubahan jika mereka tidak menerima dukungan sosial yang cukup.

Homesick dapat menjadi lebih sulit untuk diatasi jika tidak dapat berbagi pengalaman dan perasaan dengan orang yang dapat memahami dan mendukung mereka. Salah satu faktor utama yang menyebabkan homesick adalah kehilangan kontak teman dan keluarga.

Mahasiswa rantau sering meninggalkan tempat yang mereka anggap aman dan nyaman. Perpisahan ini dapat menyebabkan perasaan kesepian dan kehilangan. Mahasiswa mungkin merindukan dukungan emosional dan kehadiran fisik dari orang-orang yang mereka cintai.

Perasaan bahwa mereka tidak dapat berbagi pengalaman sehari-hari dengan orang yang mereka kenal dapat memperparah rasa kehilangan tersebut. Selain itu, ketidakmampuan untuk kembali atau mengunjungi rumah dapat meningkatkan perasaan tersebut pada mahasiswa.

Baca Juga: Homesick: Tradisi Maba atau Fitrah Hidup?

Ciri-Ciri dan Cara Menyikapinya

Mahasiswa baru yang mengalami homesick biasanya memiliki perasaan sedih yang mendalam tanpa alasan yang jelas, tetapi perasaan tersebut bisa terjadi karena rindu terhadap rumah dan ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga merasa terasingkan dan kesulitan beradaptasi.

Selain itu, masalah kesehatan fisik yang umum bagi mahasiswa termasuk sakit kepala nafsu makan yang berkurang dan kesulitan tidur.

Menyebabkan keinginan untuk pulang ke rumah akan menghilangkan rasa sakit yang dialaminya dan mereka berharap dapat merasakan kembali kenyamanan dan kasih sayang yang telah hilang di tengah kesibukan kehidupan kampus saat mereka kembali ke rumah.

Penting bagi mereka untuk mendapatkan dukungan dari teman atau lingkungan sekitar agar dapat melewati masa homesick dengan lebih baik. Mereka juga dapat mengikuti  rutinitas sehat, seperti berolahraga secara teratur dan menjaga pola makan yang sehat untuk membantu mengatasi rasa bosan.

Bergabung dengan organisasi kampus juga dapat membantu mereka untuk bersosialisasi dan membangun hubungan baru yang membuat mereka merasa lebih nyaman dengan lingkungan sekitar mereka.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial dan menjalankan kegiatan produktif sangat penting untuk membantu mahasiswa rantau mengatasi rasa bosan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Faktor penyebab homesickness yaitu rindu rumah, keluarga, teman, dan orang spesial.

Homesicknes ini sangat mengganggu proses adaptasi mahasiswa baru di rantau ke lingkungan baru, dunia perkuliahan, dan sistem pendidikan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang luas yang mencakup dukungan sosial, gaya hidup sehat, komunikasi yang efektif, dan bantuan profesional jika diperlukan.

Metode tersebut tepat untuk membantu mahasiswa beradaptasi dengan lingkungan baru, mengatasi kesepian, dan mencapai kesuksesan akademis.

Penulis: Aditya Wulaningrum
Mahasiswa Prodi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses