Al Mengancam Keberadaan Jurnalisme Tradisional di Era Digital

Al
Ilustrasi: istockphoto

Di era globalisasi saat ini banyak teknologi yang berkembang dengan sangat pesat, mulai dari sistem informasi hingga kecerdasan buatan. Kehadiran kecerdasan buatan atau yang disebut dengan AI (Artificial Intelligence) pada saat ini merupakan hasil nyata dari adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Keberadaan AI pada saat ini sangat membantu dalam segala aspek kehidupan manusia, baik secara akademik hingga komunikasi dan informasi. Namun, keberadaan AI justru memicu banyak perdebatan dari berbagai kalangan mengenai prediksi dampak yang akan muncul di masa depan.

Perdebatan ini muncul karena keberadaan AI yang mampu mengubah lanskap media dan pers. Hadirnya AI yang sangat kompleks memang memberikan kemajuan dan perkembangan yang luar biasa, akan tetapi kehadiran AI juga memberikan tantangan dan ancaman tersendiri bagi para jurnalisme tradisional.

Menurut (Jamaaluddin & Indah, 2021), AI sendiri merupakan sebuah teknologi yang memiliki kemampuan seperti kecerdasan manusia. AI diciptakan oleh manusia, untuk membantu dalam melakukan sesuatu, mempermudah sesuatu dan memberikan akses informasi yang cepat.

Bacaan Lainnya

AI dibentuk dengan sistem informasi yang lengkap dengan kecanggihan algoritma cerdas, sehingga memungkinkan untuk AI berkembang dan bermanfaat dengan cepat. Pada saat ini, AI sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, AI banyak digunakan oleh manusia untuk mempermudah dalam melakukan sesuatu. 

AI mampu melakukan berbagai macam pekerjaan seperti pengubah suara, pengeditan wajah, desain grafis, dan pengaturan tata bahasa yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh profesional di bidangnya. Dengan kecanggihan seperti itu membuat pengguna lebih tertarik menggunakan AI karena dinilai lebih efisien menghemat waktu dan ongkos.

Akan tetapi, di balik kecanggihan yang diberikan AI, muncul berbagai perdebatan akan dampak masa depan, salah satunya adalah peran jurnalisme yang mungkin akan tergantikan.

Beberapa waktu terakhir berdasarkan berita yang dibawakan oleh CNN Indonesia (Indonesia, 2023) mengungkapkan bahwa media China telah memperkenalkan penyiar tv bernama Ren yang berwujud AI, penyiar tersebut dibuat semirip mungkin dengan postur tubuh manusia sehingga hal ini menimbulkan banyak pertanyaan.

Apakah peran seorang penyiar berita juga akan tergantikan oleh AI visual? Jika merujuk dari contoh di atas, AI memang berkontribusi dalam dunia pers sehingga memungkinkan peran seorang jurnalisme bisa tersingkirkan. Hal ini menunjukkan keseriusan akan masa depan jurnalisme yang akan mulai terpinggirkan.

Namun, dampak yang diberikan oleh kehadiran AI bukan hanya pada bergantinya posisi penyiar tv, akan tetapi otomatisasi informasi yang mereka berikan bisa 2x lipat lebih baik daripada jurnalisme tradisional. AI dibentuk dengan perencanaan dan kecerdasan algoritma yang tinggi, sehingga mereka mampu untuk menghasilkan suatu informasi berita maupun artikel hanya dengan hitungan detik.

Meskipun begitu, AI adalah sebuah kecerdasan buatan yang kurang mampu dalam memilah berita akurat dan tidak, serta AI juga tidak bisa memberikan sudut pandang manusia yang mendalam akan sebuah informasi maupun berita yang mereka jelaskan, sedangkan dalam dunia jurnalisme, sudut pandang mendalam mengenai manusia merupakan hal yang penting.

Hal tersebut justru menghadirkan ketakutan dan dilema, karena kredibilitas serta keakuratan sebuah informasi dapat terhalang oleh keterbatasan yang dimiliki oleh AI.

Perlu diketahui kegiatan jurnalisme berkaitan dengan analisis, menyajikan informasi penting, menggali fakta dan membantu memberikan sudut pandang masyarakat sipil yang tidak berdaya untuk bersuara.  Di balik kecanggihan AI, ternyata AI juga menimbulkan adanya perang informasi karena ketidakakuratan informasi yang disajikan.

Menurut Yinka Adegoke, seorang editor Afrika di semafor yang dimuat dalam berita (Annor: 2023) mengatakan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh AI juga mempermudah penyebaran disinformasi dan kebohongan yang mendalam karena kurangnya teori dan kemampuan mereka untuk melihat dari berbagai sudut pandang.

Meskipun begitu, minat pengguna kepada AI tetap tinggi karena mereka dapat menyajikan sebuah konten atau informasi yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, sehingga pengguna lebih nyaman karena AI cenderung mampu untuk memberikan sesuatu yang sesuai dengan preferensi pengguna, bukan sebuah argumen atau hasil yang bertentangan dengan keinginan mereka.

Situasi ini merupakan ancaman bagi jurnalisme tradisional yang berpegang teguh pada prinsip keterbukaan dan keragaman sebuah informasi, hal ini juga dapat memperkecil ketertarikan masyarakat terhadap jurnalisme. Karena jurnalisme tradisional hanya memiliki sumber daya terbatas sehingga sulit untuk bersaing dengan AI yang terus dikembangkan.

Bercermin dari situasi dan kondisi yang ada, AI memang ancaman bagi dunia jurnalisme tradisional dan pers. Untuk saat ini, secara kasat mata sedikit demi sedikit peran jurnalisme semakin dipinggirkan, memang belum sepenuhnya untuk masa kini, akan tetapi jika dibiarkan dan kita tidak bisa melakukan sebuah perubahan maka dampak ini bisa dirasakan 10 hingga 15 tahun kedepan.

Meskipun dengan perubahan ini, keberadaan jurnalisme di masa depan akan tetap dibutuhkan, akan tetapi tidak akan seperti saat ini, karena jurnalisme berlandaskan pada integritas dan keterbukaan terhadap segala perspektif sehingga peran mereka sedikit dibutuhkan untuk membantu AI.

Salah satu cara yang mampu untuk menghindari kondisi ancaman tersebut yakni dengan kerjasama antara jurnalisme tradisonal dengan AI. Di mana jurnalisme harus dapat beradaptasi dengan perkembangan AI, karena tidak bisa dipungkiri bahwa peran AI dalam kehidupan saat ini sangat membantu.

Jurnalisme bisa memanfaatkan teknologi AI untuk mendapatkan perspektif yang berbeda, mempermudah dalam pengolahan data, serta kajian teori yang luas untuk mendukung informasi yang akan diberikan kepada pengguna.

Sehingga kolaborasi yang dilakukan oleh jurnalisme dan AI adalah bentuk simbiosis mutualisme yang menguntungkan kedua belah pihak, agar tidak ada pihak yang terpinggirkan akan perkembangan teknologi.

Penulis: Shevita Nurhalisa
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi

Annor. I. 2023. Is Artificial Intelligence A Threat To Journalism? (https://www.voaafrica.com/a/is-artificial-intelligence-a-threat-to-journalism-/7070199.html). Diakses pada 19 Juni 2023.

Jamaaluddin, & Indah, S. (2021). Buku Ajar Kecerdasan Buatan. Umsida Press, 121.

Indonesia, C. (2023, Maret 20). Kenalkan Ren, Penyiar TV Berambut Sebahu yang Ternyata AI. Retrieved from CNN Indonesia : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230320160519-185-927394/kenalkan-ren-penyiar-tv-berambut-sebahu-yang-ternyata-ai

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses