Apa itu FOMO?

Fear Of Missing Out
Fear Of Missing Out (Sumber: Penulis)

Salah satu contoh perilaku yang mempengaruhi manusia akibat dari penggunaan media sosial yang berlebihan lebih tepat nya TikTok. Yaitu perilaku “Fear Of Missing Out” atau yang lebih sering kita dengar FOMO.

Perilaku ini ternyata dapat menyebabkan efek samping terhadap perilaku manusia. Menurut (Stead & Bibby, 2017). Penggunaan internet bermasalah juga dipengaruhi oleh fear of missing out (FOMO). Perilaku FOMO berkaitan dengan daring internet.

Karakteristik pada FOMO daring internet adalah seseorang selalu memiliki keinginan untuk terus menerus ingin mengetahui apa yang orang di sekitaran nya lakukan dengan cara mengakses internet dan memantau melalui media sosial dan media online lainnya.

Bacaan Lainnya
DONASI

Mereka juga selalu berusaha agar selalu terhubung sehingga ia tidak tertinggal dengan orang di lingkungan nya. Sebagai contoh perilaku yang dilakukan oleh individu yaitu problematic internet use.

Young mengungkapkan bahwa problematic internet use adalah penggunaan internet untuk berbagai aktivitas daring (online) yang dilakukan secara berlebihan sampai ke pada tahap yang dapat memberikan dampak negatif bagi kondisi fisik, kesehatan mental, lingkungan sosial, kemampuan akademik, hubungan dengan orang lai, dan banyak bidang dalam kehidupan lainnya.

Fear Of  Missing Out atau yang sering kita dengan “FOMO” adalah ketakutan atau kecemasan yang dirasakan seseorang ketika orang lain mendapatkan pengalaman berharga namun individu tersebut tidak merasakan nya. Menurut (Fullerton, 2017) Jika tidak menggunakan media sosial, Anda akan merasa terasing dari teman-teman Anda.

FOMO ditandai dengan keinginan untuk tetap berhubungan dengan apa yang dilakukan orang lain (Pryzbylski et al., 2013).

Menurut Pryzbylski (2013), dimensi yang mewakili aspek Fear of Missing Out adalah:

  1. Kebutuhan psikologis yang belum terpenuhi akan koneksi kebutuhan seseorang untuk terus merasa terhubung dengan orang lain. Interpretasinya adalah kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi menjadi koneksi. Orang memiliki keinginan untuk terhubung dengan orang lain dan merasa dilibatkan.
  1. Belum terpenuhinya kebutuhan psikologis diri dalam hal otonomi dan kompetensi. yaitu, kebutuhan akan otonomi dan kompetensi psikologis yang belum terpenuhi.

FOMO menjadi konflik sosial karena telah terbukti menjadi prediktor berbagai perilaku berbahaya. Salah satunya adalah ingin selalu terhubung dengan media sosial, sehingga rela menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial untuk mempelajari aktivitas orang lain dan mengabaikan aktivitasnya sendiri.

FOMO akan menjadi sangat mengganggu seseorang ketika sedang melakukan suatu aktivitas atau aktivitas sehari-hari yang dapat membahayakan aktivitas sosial orang tersebut, maka media sosial itu sendiri bisa menjadi aktivitas yang menyita waktu dan dapat digunakan untuk mengikuti kehidupan dan aktivitas orang lain. Menjadi wadah yang mengabaikan aktivitas anda.

Aktivitas demi kepentingannya diri sendiri. oleh karena sibuk dengan aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Permasalahan yang muncul di masyarakat seiring berjalannya waktu berkaitan dengan aspek sosial budaya.

FOMO muncul dari kebiasaan yang berulang-ulang dan menjadi masalah sosiokultural di masyarakat karena masyarakat menjadi ketergantungan untuk tidak ketinggalan informasi di media sosial.

Hal ini terjadi akibat seringnya mengakses internet saat melakukan aktivitas yang memerlukan konsentrasi tingkat tinggi, seperti: mengemudi, sedang berada di kelas dan aktivitas lainnya.

Dari perilaku FOMO adalah akibat dari individu yang terdapat kendala dalam penggunaan internet atau lebih sering kita dengar dengan Problematic Internet Use dari perilaku tersebut dapat berdampak ke berbagai aspek sebagai berikut:

  • Problematic internet use merupakan masalah psikologis yang sering dikaitkan dengan kecanduan internet, kedua variabel ini sangat berbeda.
  • Problematic internet use merupakan suatu kondisi psikologis yang diderita individu ketika mereka menggunakan internet secara berlebihan, sehingga menambah waktu penggunaan dan menyebabkan maladaptif.
  • Aspek dari Problematic Internet Use, Caplan mengidentifikasi aspek penggunaan Internet yang bermasalah dari sudut pandang kognitif dan perilaku pada individu yang mengalami PIU.

 

Preference for Sosial Interaction (POSI)

Preference for online social interaction Ini adalah perbedaan yang terjadi pada karakteristik kognitif individu, dan keyakinan tentang kondisi di mana individu tersebut menganggapnya lebih dapat dipercaya dan aman, dan kondisi di mana dia menjadi lebih nyaman berinteraksi dengan orang lain melalui Internet dibandingkan secara langsung disebabkan oleh:

Mood Regulation

Regulasi emosi adalah sebuah patokan perkiraan dari hasil negatif yang diasosiasikan pada penggunaan internet. Di penelitian berikutnya, Caplan juga mengatakan bahwa individu yang secara sosial mengalami kecemasan akan lebih memilih berinteraksi dengan individu lain melalui internet untuk meminimalisir rasa cemas saat mempresentasikan dirinya sendiri saat berada dalam interaksi interpersonal.

Cognitive Preocupation

Cognitive Preocupation yakni pola pemikiran seseorang yang obsesif atau keinginan yang kuat dalam menggunakan internet, seperti ketika tidak sedang mengakses internet, individu selalu memikirkan saesuatu yang dapat terjadi di dunia internet atau takut ketinggalan informasi terbaru.

Compulsive Internet Use

Keinginan individu untuk dapat terus mengakses internet meskipun dirinya tidak membutuhkannya. Seperti halnya mahasiswa yang mengakses internet dan membuka Instagram selama berjam-jam. Individu mengalami hal sulit dalam mengatur waktu yamg digunakan seharian untuk berselancar di dunia internet, serta memiliki kesulitan untuk mengontrol durasi penggunaan internet.

Negative Outcome

Negative outcome adalah pengaruh negatif yang dialami oleh pengguna internet seperti kesulitan dalam mengelola hidup, adanya gangguan kehidupan sosial adanya perasaan bersalah, membandingbandingkan dirinya dengan orang lain di media sosial, serta terjadi permasalahan dalam berbagai aspek lain.

Karakteristik individu yang mengalami problematic internet use menurut Caplan adalah saat menjalani aktivitas sehari-hari, sering muncul pikiran untuk kembali pada aktivitas online seperti bermain sosial media. Individu mengakui merasa kesulitan dalam membatasi penggunaan internet sehari-hari dibuktikan dengan masalah tidur terlalu larut malam dan adanya regulasi diri yang rendah terhadap penggunaan internet.

Individu mencari hiburan di internet saat merasa gelisah atau dalam suasana hati yang buruk ditandai dengan perilaku yang kompulsif ingin selalu kembali pada internet untuk menenangkan diri.

Oleh karena itu terdapat banyak pengaruh yang di hasilkan oleh perilaku FOMO terhadap perilaku berkelanjutan dari problematic internet use secara terus- menerus. Yang salah satunya yaitu dari aspek mood membuat seorang individu lebih memilih untuk berinteraksi melalui daring di bandingkan secara tatap muka.

Kalau di kaitkan dengan FOMO bisa di simpulkan jika seorang individu lebih memilih karena dengan daring, seseorang bisa menutupi atau tidak perlu rapi dan terlihat sempurna di dalam kelompok pertemanan.

 

Penulis: Arumdapta Fathi Rachim
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Jaya

Editor: I. Chairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI