Profesi akuntansi modern kini menghadapi tantangan yang semakin kompleks dalam lingkungan global.
Seorang akuntan tidak hanya diharapkan memiliki keahlian teknis dalam pengelolaan angka dan laporan keuangan, tetapi juga dituntut untuk mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi serta pemahaman yang mendalam mengenai etika profesi dalam konteks lintas budaya.
Penelitian terbaru yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menekankan signifikansi kedua aspek tersebut bagi mahasiswa akuntansi.
Peran Krusial Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional (EQ) memainkan peran penting dalam interaksi profesional, terutama bagi mahasiswa akuntansi yang akan menghadapi klien, rekan kerja, dan berbagai situasi kerja.
Kemampuan untuk berempati dan berkomunikasi dengan baik adalah kunci dalam membangun hubungan yang efektif di tempat kerja.
Seperti yang diungkapkan Febby, “Komunikasi yang baik bukan hanya tentang menyampaikan pesan, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang positif.
Baca Juga:Â Interseksionalitas Etika: Masihkah Etika Profesi Relevan untuk Mahasiswa Akuntansi UMM?
Dalam lingkungan kerja yang dinamis, konflik mungkin terjadi, tetapi EQ yang tinggi membantu individu menyelesaikannya secara konstruktif.
Rizal menjelaskan, “Langkah pertama adalah mencari akar permasalahan, berdiskusi dengan pihak terkait, dan mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan masalah bersama.”
Etika Profesi dalam Konteks Lintas Budaya
Globalisasi telah membawa interaksi bisnis melintasi batas negara, membuat akuntan sering berurusan dengan klien dan rekan kerja dari berbagai latar belakang budaya.
Oleh karena itu, pemahaman tentang etika profesi dalam konteks lintas budaya menjadi sangat penting.
Setiap budaya memiliki nilai dan norma yang berbeda, termasuk dalam etika bisnis. Akuntan perlu menghargai perbedaan ini untuk tetap profesional dan etis.
Seperti yang diungkapkan Anis, “Kita harus saling menghormati perbedaan dan menghargai kepercayaan agar tidak terjadi perpecahan di perusahaan.”
Baca Juga:Â Etika Profesi dalam Bidang Bisnis
Selain itu, akuntan perlu beradaptasi dengan praktik bisnis lokal tanpa mengorbankan prinsip etika profesi.
Irma menjelaskan, “Kita harus mempelajari adat, norma, dan bahasa lokal untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat setempat.”
Pemahaman lintas budaya juga penting untuk mencegah miskomunikasi dan konflik. Nola menambahkan, “Komunikasi yang jelas, terbuka, dan saling menghargai sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman di tempat kerja.”
Hubungan antara Kecerdasan Emosional (EQ) dan Etika Profesi
Hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dan etika profesi sangat penting. Arief, menjelaskan bahwa seseorang dengan EQ tinggi lebih mudah menerapkan etika profesi karena mereka memahami dampak emosional dari keputusan yang diambil.
Mereka juga lebih mampu berempati dan mengelola konflik dengan baik. Misalnya, auditor dengan EQ tinggi dapat menilai situasi secara objektif dan mempertimbangkan dampak etis dari laporan keuangan.
Azalia, menambahkan bahwa EQ juga berperan penting dalam menghadapi tantangan etika di lingkungan lintas budaya.
Baca Juga:Â Penerapan IFRS dalam Pelaporan Aset Digital: Tantangan Akuntansi di Era Digital
Dengan EQ yang tinggi, seseorang dapat memahami perbedaan nilai budaya, mengelola emosi, dan menerapkan prinsip etika dengan baik.
Hal ini sangat penting bagi akuntan yang perlu memiliki integritas profesi, bekerja sama dalam organisasi, dan menunjukkan sikap profesional melalui kemampuan berempati dan menghargai perbedaan budaya.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional (EQ) dan pemahaman etika profesi dalam konteks lintas budaya memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan mahasiswa akuntansi UMM di dunia profesional.
EQ yang baik membantu mahasiswa untuk berempati, berkomunikasi efektif, dan menyelesaikan konflik dengan konstruktif, sehingga dapat membangun hubungan yang kuat dengan klien dan rekan kerja.
Selain itu, pemahaman etika profesi dalam berbagai budaya memungkinkan mahasiswa akuntansi UMM untuk menghargai perbedaan, beradaptasi dengan praktik bisnis lokal, dan menjaga integritas profesinya.
Kedua aspek ini penting untuk mendukung kinerja dan hubungan yang etis di dunia kerja.
Penulis: Arida Prihatini
Mahasiswa Prodi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News