Hai, teman-teman! Pasti kalian setuju kan kalau pendidikan itu harus inklusif dan bisa diakses semua anak tanpa terkecuali?
Nah, Tim PKM RSH UPI lagi gencar nih membuat terobosan di dunia pendidikan inklusif dengan mengembangkan program yang namanya Circle of Friends (CoF). Program ini nggak cuma sekadar program biasa, tapi benar-benar terbukti ampuh untuk mengatasi bullying dan eksklusi sosial di sekolah inklusi. Menarik banget, kan?
Kenapa CoF ini istimewa? Jadi gini, penelitian menunjukkan kalau anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti gangguan belajar, autis, atau ADHD sering banget jadi korban bullying dan eksklusi sosial. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan gangguan belajar, kesulitan berpartisipasi secara sosial dan membangun hubungan dengan guru, teman sebaya, meningkatkan risiko bullying dan eksklusi (Boyes et al., 2020; Dasioti & Kolaitis, 2018).
Baca juga:Â Guru Pembimbing Khusus Sekolah Inklusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Mereka susah banget buat bergaul dan sering merasa terisolasi. Nah, CoF hadir untuk mengubah itu semua. Program ini mengandalkan dukungan dari teman sebaya (peer support) buat bantu anak-anak ini merasa diterima dan dihargai. Bayangin aja, lebih dari setengah kasus bullying berhenti saat ada teman sebaya yang berani maju membela! Keren banget, kan?
Gambar 1: Hasil Analisis Grafik Desain A-B-A dan Analisis PNDÂ pada Perilaku Sosial Emosional Siswa
Tim PKM UPI nggak main-main dalam menjalankan program ini. Mereka menggunakan desain A-B-A untuk mengukur efektivitas CoF. Hasilnya? Luar biasa! Nilai perilaku sosial emosional siswa meningkat drastis selama intervensi.
Dari nilai awal sekitar 42, naik jadi 54 selama intervensi, dan bertahan di angka 60 setelah intervensi selesai. PND (Percentage of Non-overlapping Data) juga menunjukkan hasil yang sangat efektif, yaitu 80%. Artinya, intervensi CoF ini benar-benar berhasil dan berdampak positif jangka panjang.
Meskipun begitu, ada tantangan yang harus dihadapi. Penurunan nilai di beberapa sesi terjadi karena faktor sosial emosional yang kompleks, seperti ketidakkonsistenan aturan di rumah dan perasaan kehilangan.
Tapi, hal ini nggak menyurutkan semangat tim untuk terus memberikan yang terbaik. Mereka percaya bahwa dengan bimbingan dan dukungan yang konsisten, siswa bisa mempertahankan perilaku positif yang sudah dipelajari di sekolah.
Jadi, buat kalian yang peduli dengan pendidikan inklusif dan ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana intervensi Circle of Friends bisa mengubah kehidupan siswa-siswa dengan kebutuhan khusus, yuk dukung terus inovasi-inovasi seperti ini. Siapa tahu, dengan langkah kecil kita, bisa membawa perubahan besar untuk masa depan pendidikan di Indonesia. Keep supporting inclusive education, guys!
Penulis:
- Marwa Alifa (Bimbingan dan Konseling),
- Marsha Hariani Putri (Bimbingan dan Konseling),
- Aghista Bilgis Wardhaniar (Bimbingan dan Konseling),
- Khoirun Nisa (Pendidikan Khusus),
- Salsa Arini (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi
Boyes, M. E., Leitão, S., Claessen, M., Badcock, N. A. dan Nayton, M. 2020. Correlates of externalising and internalising problems in children with dyslexia: An analysis of data from clinical casefiles. Australian Psychologist, 55(1): 62–72.
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News