Saat ini perlakuan kasar orang tua terhadap anaknya mulai menjadi perhatian pemerintah. Tindakan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor.
Mulai dari adanya permasalahan dengan pasangan, masalah finansial, sampai adanya perasaan balas dendam orang tua karena masa kecilnya yang mengalami hal serupa.
Tindakan tersebut dapat berupa perlakuan verbal, fisik, maupun emosional. Efek negatif yang ditimbulkan dari tindakan-tindakan tersebut meliputi depresi, kecemasan, bahkan gangguan kepribadian.
Dikutip dari pafijember.org Perlakuan kasar orang tua, baik fisik, verbal, maupun emosional, meninggalkan dampak mendalam dan berkepanjangan pada kesehatan mental anak.
Anak yang tumbuh di lingkungan penuh kekasaran sering menghadapi masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan kepribadian.
Luka batin dari kata-kata dan tindakan agresif dapat bertahan hingga dewasa dan mempengaruhi pandangan mereka terhadap diri sendiri dan dunia. Perlakuan kasar bukan hanya soal fisik, tetapi juga menyentuh jiwa dan perkembangan mental anak.
Baca Juga:Â Pentingnya Peran Orang Tua dalam Mencegah Penyimpangan Seksual
Perlakuan kasar orang tua sangat merusak kesehatan mental anak dan tidak boleh diabaikan karena orang tua memiliki peran penting dalam membentuk fondasi emosional anak. Namun, kekerasan fisik, verbal, atau emosional, dapat meninggalkan luka batin yang mendalam.
Dampaknya mencakup rendahnya rasa percaya diri, mudah cemas, depresi, serta kesulitan dalam menjalin hubungan sosial, di mana anak-anak yang mengalami kekerasan cenderung menjadi curiga dan tidak percaya pada orang lain sehingga sulit menjalin persahabatan dan hubungan romantis.
Selain itu, mereka mungkin menunjukkan perilaku agresif sebagai pelampiasan dari pengalaman traumatis atau menarik diri dari interaksi sosial karena merasa tidak aman. Kekerasan juga menghancurkan rasa aman dan cinta yang seharusnya dirasakan anak, menciptakan siklus kekerasan antargenerasi.
Penurunan kepercayaan diri sering terjadi, membuat anak merasa tidak berharga dan mengabaikan pendidikan serta kesempatan sosial lainnya, yang berpotensi menyebabkan isolasi.
Anak-anak yang mengalami kekerasan juga berisiko tinggi mengalami stres pasca-trauma, yang mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam lingkungan sosial dan akademis.
Masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi dapat muncul, serta perilaku menyimpang yang mungkin mengarah pada penyalahgunaan alkohol atau narkoba di masa depan. Kekerasan orang tua terhadap anak juga berdampak negatif pada daya kreativitas anak.
Baca Juga:Â Ikatan Emosional yang Dibentuk Orang Tua dan Lingkungan Sekitarnya
Lingkungan yang tidak aman dan menakutkan akibat kekerasan membuat anak merasa tertekan dan tidak bebas untuk mengekspresikan diri sehingga menghalangi mereka dalam berpikir kreatif.
Rasa takut dan ketidakamanan yang dialami anak menghalangi mereka untuk mengambil risiko dan mengeksplorasi ide-ide baru.
Selain itu, kekerasan berdampak pada kecerdasan emosional anak, membuat mereka kurang empati, lebih agresif, dan sulit beradaptasi dengan lingkungan sosial, yang pada gilirannya menghambat kemampuan mereka untuk bekerja sama dalam kelompok atau berkolaborasi dalam proyek kreatif.
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan kekerasan sering kali meniru perilaku tersebut saat dewasa, menciptakan siklus kekerasan yang sulit diputuskan dan berdampak negatif pada masyarakat secara keseluruhan.
Perlakuan kasar orang tua sering didasari pada pandangan bahwa disiplin dan keras dapat efektif, tetapi hal ini perlu ditolak. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa kekerasan justru lebih banyak merugikan daripada menguntungkan.
Baca Juga:Â Dampak Jangka Panjang Pola Asuh Orang Tua Milenial kepada Anak di Indonesia
Kekerasan menimbulkan rasa takut, kebencian, dan trauma, bukan tanggung jawab. Pola asuh kasar juga merusak hubungan orang tua pada anak yang seharusnya dibangun dengan kasih sayang dan kepercayaan.
Metode pengasuhan yang lebih efektif melibatkan komunikasi terbuka, contoh yang baik, serta batasan tegas, tetapi penuh kasih.
Perlakuan kasar orang tua terhadap anak, baik fisik,verbal, maupun emosional, tidak dapat dibenarkan dan harus dihentikan.
Perlakuan ini menimbulkan dampak yang sangat serius, menyebabkan trauma yang dapat bertahan hingga dewasa dan meningkatkan risiko gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, dan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial.
Perlakuan kasar tidak mendidik anak tentang tanggung jawab, melainkan menciptakan ketakutan dan merusak hubungan emosional yang penting bagi perkembangan anak.
Orang tua perlu beralih ke pendekatan pengasuhan yang lebih efektif yang melibatkan komunitas terbuka, memberikan contoh yang baik, serta memberikan batasan yang tegas, tetapi penuh kasih sayang.
Perlakuan kasar orang tua sangat merusak kesehatan mental anak dan tidak boleh diabaikan karena orang tua memiliki peran penting dalam membentuk fondasi emosional anak.
Kekerasan fisik, verbal, atau emosional dapat meninggalkan luka batin yang mendalam, mengakibatkan rendahnya rasa percaya diri, kecemasan, depresi, serta kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat.
Anak-anak yang mengalami kekerasan cenderung menjadi curiga dan tidak percaya pada orang lain, berisiko tinggi mengalami stres pasca-trauma, dan menunjukkan perilaku agresif atau menarik diri dari interaksi sosial.
Kekerasan juga menghancurkan rasa aman dan cinta yang seharusnya dirasakan anak, menciptakan siklus kekerasan antar generasi yang berbahaya. Selain itu, lingkungan yang tidak aman menghambat kreativitas anak dan mengurangi kemampuan mereka untuk beradaptasi secara emosional dengan baik.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mendidik tentang kasih sayang, komunikasi sehat, dan pengendalian emosi agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan untuk perkembangan mental dan kreativitas anak.
Hal ini untuk membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan mampu menjalin hubungan sehat. Kita perlu memutus siklus kekerasan dan menciptakan lingkungan yang aman serta penuh cinta dan kasih sayang.
Penulis: Shyma Azzurra
Mahasiswa Jurusan Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News