Media sosial adalah platform digital yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan membangun jejaring sosial secara sosial.
Dengan berbagai fitur seperti berbagai foto, video, pesan teks, serta komentar, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pengaruh media sosial dalam kesehatan mental sering menjadi perhatian, baik dalam aspek positif maupun negatif.
Ciri-ciri media sosial yang berdampak pada kesehatan mental, seperti interaksi yang instan dan tanpa batas. Sifat ini dapat mendukung kesehatan mental dengan memberikan akses mudah ke dukungan sosial dan informasi.
Namun interaksi yang terlalu intensif juga bisa memicu kecemasan-kecemasan sosial, ciri kedua yaitu fokus pada representasi diri, ciri ini menimbulkan perbandingan sosial yang tidak sehat. Ciri terakhir yaitu kemudahan akses informasi. Nah pada informasi yang salah membuat kekhawatiran.
Media sosial dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi, dimana pengguna dapat menemukan informasi bermanfaat tentang kesehatan, gaya hidup, atau keterampilan baru. Namun, disisi lain pengguna media sosial yang berlebihan atau tidak terkontrol sering kali dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan mental.
Salah satu dampak negatif yang paling umum adalah munculnya cemas, stres, dan depresi. Terutama karena perbandingan sosial yang tidak realistis. Selain itu, media sosial juga dapat memicu kecanduan digital dimana seseorang merasa sulit untuk melepaskan diri dari perangkatnya.
Tidak hanya itu, cyberbullying atau perundungan daring juga menjadi masalah yang sering terjadi di media sosial, komentar negatif, penghinaan, atau kritik yang berlebihan dapat menyebabkan korban merasa terisolasi, malu, atau bahkan trauma. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental individu, tetapi tetapi berdampak pada hubungan sosial mereka.
Baca juga:Dunia Maya, Realita Baru: Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental
Salah satu contoh nyata dampak media sosial terhadap kesehatan mental adalah kasus Choi Jin-ri, yang lebih dikenal sebagai Sulli, seorang artis dan mantan anggota girlband f(x) asal Korea Selatan. Sulli sering menjadi sasaran cyberbullying di media sosial, menerima berbagai komentar negatif dan serangan pribadi terkait penampilannya serta pilihan hidupnya.
Tekanan dan intimidasi yang terus-menerus ini berdampak signifikan pada kesehatan mentalnya, menyebabkan depresi yang mendalam. Tragisnya, pada 14 Oktober 2019, Sulli ditemukan meninggal dunia akibat bunuh diri, yang diyakini dipicu oleh tekanan mental akibat cyberbullying yang dialaminya.
Kasus lain yang menunjukkan dampak media sosial terhadap kesehatan mental adalah pengalaman beberapa selebriti Indonesia. Ariel Tatum, misalnya, mengaku telah mengidap gangguan mental sejak remaja dan merasa bahwa media sosial dapat memperburuk kondisinya. Untuk itu, ia menggunakan platformnya untuk mengkampanyekan kesadaran akan kesehatan mental.
Demikian pula, Marshanda secara terbuka berbicara tentang perjuangannya dengan bipolar disorder dan depresi, serta bagaimana media sosial dapat menjadi pedang bermata dua dalam proses penyembuhannya. Selain itu, aktor Tom Holland juga mengakui bahwa media sosial memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mentalnya. Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak dari platform tersebut demi menjaga kesejahteraan mentalnya.
Kasus-kasus ini menyoroti bagaimana media sosial dapat menjadi sumber tekanan dan stres yang signifikan, terutama bagi individu yang berada di bawah sorotan publik. Interaksi di dunia maya, terutama yang bersifat negatif, dapat memperburuk kondisi kesehatan mental seseorang.
Oleh karena itu, penting bagi pengguna media sosial untuk bijaksana dalam berinteraksi dan lebih peduli terhadap dampak perkataan atau tindakan mereka di platform digital.
Namun media sosial tidak semua berpengaruh pada arah yang negatif, ketika digunakan dengan bijak, media sosial dapat menjadi alat untuk mencari dukungan emosional dan informasi kesehatan mental. Banyak komunitas online yang menawarkan ruang aman bagi individu untuk berbagai pengalaman mendapatkan dukungan, dan merasa diterima.
Dalam beberapa kasus, media sosial juga menjadi jembatan bagi individu untuk mengakses layanan kesehatan mental yang sebelumnya sulit di jangkau. Untuk meminimalkan dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental, penting bagi pengguna untuk menetapkan batas waktu penggunaan, memilih konten yang positif dan mendidik, serta menghindari terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain.
Kesadaran akan dampaknya dan penerapan langkah-langkah proaktif dapat membantu menjaga keseimbangan antara manfaat dan resikonya. Pentingnya untuk memahami batasan diri, memilih platform yang sesuai.
Menggunakan media sosial dengan bijak adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental di tengah derasnya arus informasi dan interaksi digital. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan, beserta penjelasannya secara rinci.
Yaitu, walau penggunaan, karna dirancang untuk membuat pengguna terus terlibat, namun penggunaan yang berlebihan dapat mengurus waktu dan energi, kurasi konten yang diikuti, pastikan untuk hanya mengikuti akun atau halaman yang memberikan dampak positif seperti konten edukasi, motivasi, atau hiburan yang sehat.
Hindari perbandingan sosial, sering kali media sosial hanya menampilkan momen terbaik dari kehidupan seseorang, yang dapat membuat kita merasa tidak cukup baik jika dibandingkan. Tetap terhubung dengan dunia nyata, meskipun media sosial memudahkan kita, interaksi langsung tetap memiliki nilai yang tak tergantikan.
Baca juga:Â Dampak Media Sosial terhadap Kehidupan Psikologis Generasi Z
Media sosial memainkan peran yang semakin dominan dalam kehidupan sehari-hari, dengan pengaruh yang dapat dirasakan baik secara positif maupun negatif terhadap kesehatan mental.
Di satu sisi, platform ini ini memberikan peluang besar bagi individu untuk tetap terhubung dengan teman dan keluarga, berbagai pengalaman serta memperoleh dukungan dari komunikasi yang memiliki minat atau tantangan serupa.
Namun, disisi lain, pengguna media sosial yang tidak terkendali atau berlebihan sering kali dikaitkan dengan munculnya berbagai masalah psikologis seperti meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi, terganggunya pola tidur, hingga muncul perasaan rendah diri.
Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap individu untuk menyadari pola penggunaan media sosial mereka, mengembangkan kebiasaan yang lebih sehat dalam mengakses platform tersebut, serta memprioritaskan keseimbangan kehidupan digital dan dunia.
Penulis:Â Nasyima Putri Nabila
Mahasiswa Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News