Demi Sekolah, Mereka Menempuh Jarak Sejauh Ribuan Kilometer

Demi Sekolah, Mereka Menempuh Jarak Sejauh Ribuan Kilometer
Sumber: unsplash.com/Feliphe Schiarolli

Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantara, mendefinisikan arti pendidikan sebagai berikut, “Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.”

Pendidikan merupakan adalah sebuah proses humanisme, yang selanjutnya dikenal dengan istilah memanusiakan manusia.

Oleh karena itu, kita seharusnya bisa menghormati hak asasi setiap manusia.

Murid, dengan kata lain siswa, bagaimana pun bukan sebuah manusia mesin yang dapat diatur sekehendaknya.

Bacaan Lainnya

Melainkan, mereka adalah generasi yang perlu kita bantu dan memberi kepedulian dalam setiap reaksi perubahannya menuju pendewasaan supaya dapat membentuk insan yang swatantrata, berpikir kritis, serta memiliki sikap akhlak yang baik.

Pendidikan merupakan hak setiap anak bangsa. Namun, tidak semua anak bisa dengan mudah mengaksesnya.

Baca Juga: TK Green School Jogja: Sekolah Ramah Lingkungan dan Inklusif yang Membentuk Masa Depan Anak Bangsa

Di berbagai pelosok Indonesia, masih banyak anak-anak yang harus menempuh perjalanan jauh, melewati medan sulit, bahkan berpisah dari orang tua demi bisa bersekolah. Mereka adalah pahlawan kecil yang pantang menyerah.

Prasarana sekolah memiliki pengaruh penting dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan.

Sekolah yang nyaman dan tenang merupakan tempat yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar-mengajar.

Persebaran jumlah sekolah yang merata dapat memudahkan masyarakat dalam mengakses fasilitas pendidikan, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan angka partisipasi sekolah (Virdam dan Ariani, 2023).

Pada tahun ajaran 2023/2024, jumlah sekolah pada jenjang SMP dan SMA mengalami peningkatan dari tahun ajaran sebelumnya.

Penambahan jumlah sekolah dalam satu tahun tersebut paling banyak terjadi pada jenjang SMP, yaitu sebanyak 562 sekolah baru.

Baca Juga: Mengurangi Angka Putus Sekolah dengan Pemberian Motivasi pada Siswa-Siswi SMP Soerjo Alam

Sementara itu, pada jenjang SD dan SMK jumlah sekolah justru mengalami penurunan, yaitu sebanyak 217 SD dan 13 SMK sudah tidak melakukan aktivitas pembelajaran.

Di berbagai pelosok Indonesia, akses terhadap pendidikan masih menjadi tantangan besar. Banyak siswa yang harus menempuh perjalanan jauh dan berbahaya demi meraih ilmu.

Demi Sekolah, Tiga Siswa SD di Pangkep Tempuh 10 Kilometer Setiap Hari

Salah satu kisah inspiratif datang dari Pangkep, Sulawesi Selatan (2023). Di tengah kemajuan zaman dan digitalisasi pendidikan, masih ada kisah perjuangan luar biasa dari sudut-sudut terpencil negeri ini.

Tiga siswa Sekolah Dasar dari Kampung Kalibarang, Kelurahan Balocci Baru, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, menempuh perjalanan sejauh 10 kilometer setiap hari hanya untuk bisa duduk di bangku sekolah di SD 16 Senggerang, Kelurahan Balleangin, Kecamatan Balocci.

Perjalanan mereka dimulai saat fajar masih menyelimuti perkampungan. Dengan bekal sederhana, mereka berjalan kaki menembus hutan kecil, menyusuri jalan setapak yang tak beraspal, dan menyeberangi sungai yang tidak memiliki jembatan.

Dalam cuaca cerah, jalanan berdebu dan panas menyengat menjadi tantangan. Di musim hujan, medan berubah menjadi licin dan berbahaya, diperparah oleh derasnya arus sungai yang mereka lintasi tanpa alat keselamatan.

Baca Juga: Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Kualitas Belajar di Sekolah

Ancaman hewan liar, seperti babi hutan, ular, bahkan monyet-monyet liar menjadi bagian dari risiko perjalanan mereka. Namun, semangat untuk menuntut ilmu tetap mengalahkan rasa takut.

Ketiga siswa ini sadar bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk mengubah masa depan mereka, walaupun harus dibayar dengan kelelahan fisik dan keberanian menghadapi alam liar.

Salah satu hal yang paling menyentuh dari kisah mereka adalah solidaritas yang erat. Ketiganya selalu berangkat bersama.

Jika salah satu dari mereka berhalangan hadir karena sakit atau ada keperluan keluarga, maka dua lainnya pun memilih untuk tidak berangkat ke sekolah.

Keputusan ini bukan semata karena keengganan, melainkan ketakutan menghadapi bahaya sendirian dalam perjalanan. Kebersamaan mereka menjadi bentuk perlindungan satu sama lain.

Kisah mereka mendapat perhatian dari Bhabinkamtibmas Desa Tompo Bulu, Aipda Abd Azis, yang menyatakan, “Iya, itu siswa harus menempuh jarak 10 kilometer setiap hari untuk sampai ke sekolah.” (Sumber: detik.com)

Baca Juga: Kekurangan Tenaga Pendidik dan Fasilitas Pendidikan di Daerah Pelosok

Menanggapi situasi ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pangkep, Sabrun Jamil, mengakui bahwa tantangan geografis menjadi kendala utama dalam akses pendidikan di wilayah tersebut.

“Inilah tantangan kami di daerah Pangkep. Indeks kesulitan geografis tinggi sekali,” ujarnya. (Sumber: detik.com)

Sabrun juga menyampaikan bahwa pihaknya akan segera mengadakan pertemuan untuk membahas kesulitan yang dihadapi siswa-siswa tersebut dan mencari solusi yang tepat.

“Kami akan segera buat pertemuan dengan pihak terkait. Solusi apa yang bisa diberikan,” paparnya. (Sumber: detik.com)

Fenomena ini menjadi tamparan bagi banyak orang yang memiliki akses pendidikan lebih mudah, namun seringkali kurang bersyukur.

Ketika banyak siswa di kota mengeluh karena jarak ke sekolah hanya beberapa kilometer atau bosan dengan pelajaran daring, anak-anak di Pangkep ini membuktikan bahwa semangat belajar bisa melampaui keterbatasan infrastruktur dan akses.

Baca Juga: Sekolah Terbaik Bukan Fokus pada Akademik Saja

Pihak sekolah dan warga setempat berharap pemerintah lebih memperhatikan kondisi wilayah seperti ini, terutama dalam hal penyediaan akses transportasi dan pembangunan infrastruktur jalan serta jembatan penghubung.

Pendidikan adalah hak semua anak bangsa, dan perjuangan mereka membuktikan bahwa semangat belajar tak bisa dipadamkan oleh keterbatasan.

 

Penulis:
1. Syahira Ainun S
2. Mutmainnah
3. Hilyatul Aulia
4. Zulfaikha
Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Makassar

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses