Dibalik Indahnya Kota Dubai

indahnya dubai
Foto: Pixabay.com

Seperti yang kita tahu Kota Dubai merupakan kota yang sangat mewah yang memiliki lebih dari satu gedung-gedung pencakar langit. Dubai masih menjadi salah satu tempat tujuan wisata favorit masyarakat hamper di seluruh dunia. Dubai yang terletak langsung di Gurun Arabia itu banyak ditumbuhi rumput liar dan pohon palem kurma, tetapi juga banyak tempat-tempat mewah yang bisa menarik perhatian. Hampir tidak ada mobil biasa yang melintas di jalanan kota Dubai melainkan mobil sport berharga milyaran rupiah. Namun ternyata di balik indahnya kota Dubai terdapat sesuatu yang kita tidak duga.

Meskipun sumber daya minyak Dubai telah mengering, minyak masih bukan bahan berharga mahal di negara ini. Karena seluruh Uni Emirat Arab masih memiliki cadangan minyak yang terbesar ketiga di dunia. Dengan dukungan dan komplementeritas dari Big Brother-nya Abu Dhabi dan Emirat lainnya, penduduk asli Dubai memiliki kepercayaan diri untuk terus tumbuh. Dubai masih menjadi salah satu kota utama di Timur Tengah dan bahkan di Asia. Meski penduduk Dubai relatif kaya-raya dengan segala kemewahan yang dimilikinya, seperti mobil sport dan sejumlah emas serta benda-benda berharga lainnya. Akan tetapi siapa sangka bahwa kota yang beribu kota Abu Dhabi itu memiliki sisi kelam yang tidak terduga bagi siapa yang baru mengetahuinya.

Sulitnya untuk Menanam Tumbuhan

Kota ini memang banyak pohon, akan tetapi di baliknya ada fakta memilukan di mana pohon-pohon ini tidak bisa bertahan secara alami, seperti dikatakan Toutiao. Masih dari sumber yang sama, Dubai memiliki iklim padang pasir dengan curah hujan sangat sedikit dan sejumlah besar penguapan. Jika Kamu ingin memiliki pekarangan dan tanaman hijau, Kamu harus menginvestasikan banyak uang dan tenaga untuk melindungi pertumbuhan dan vegetasi. Dalam beberapa taman bunga lokal, rumput, taman, atau sabuk hijau sering melihat jauh ke dalam tanah ada sedikit tabung hitam, yang merupakan tabung referensi.

Bacaan Lainnya
DONASI

Pekerja yang Teriming-iming Janji

Para pekerja biasanya datang dari wilayah yang miskin seperti India, Pakistan, Bangladesh, dan China. Mereka datang dengan iming-iming gaji yang sangat besar. Dengan syarat yaitu membayar sejumlah uang modal untuk biaya berangkat ke Dubai yang terkadang didapat dengan cara berhutang atau menjual tanah, mereka dijanjikan akan bisa membayar kembali hutang tersebut hanya dalam waktu 18 bulan. Meski begitu, setibanya di sana, mereka tidak akan mendapatkan tempat tinggal yang layak di kota Dubai. Sebaliknya mereka akan langsung digiring ke Sonapur (tempat tinggal bagi buruh). Beberapa pekerja bahkan mengaku bahwa pasport mereka disita begitu mereka tiba di Dubai.

Upah dan Kondisi Kerja yang Sangat Memprihatinkan

Yang lebih mirisnya lagi, mereka hanya mendapatkan gaji sebesar 800 AED atau setara dengan 2,6 juta rupiah. Standar gaji tersebut sangatlah kecil bahkan untuk bisa bertahan hidup di kota seperti Dubai tersebut. Tidak jarang mereka harus bekerja sambilan di malam hari agar bisa mendapatkan tambahan uang dan menyisihkannya untuk kebutuhan lainnya. Para pekerja harus bekerja 6 hari dalam seminggu dan sering kali harus bekerja hingga 12 jam per hari. Bahkan di saat suhu cuaca sedang sangat ekstrim hingga di atas 50 derajat Celcius, mereka harus tetap bekerja. Padahal orang lain dianjurkan untuk tidak keluar ruangan saat suhu sedang tinggi, sedangkan mereka tetap bekerja membangun gedung pencakar langit yang ada di Dubai.

Tempat Tinggal yang Tidak Layak

Akomodasi atau tempat tinggal mereka sudah disediakan oleh perusahaan yang memperkerjakan mereka. Namun tempat tinggal mereka begitu padat dipenuhi oleh pekerja, hingga mereka harus tidur dengan berdesak-desakkan. Bahkan karena saking padatnya, ada juga yang harus rela tidur di kamar mandi karena sudah tidak ada lagi tempat yang tersisa. Tidak hanya itu saja, toilet juga begitu kotor sehingga mereka sendiri begitu jijik untuk menggunakannya. Jalanan juga penuh dengan sampah dan saluran pembuangan juga tidak lancar sehingga menyebarkan bau yang tidak sedap.

Muhammad Rifqi Al Farrel
Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya

Baca juga:
Kejutan Terindah dari Kehendak Allah
Analisa Pemindahan Ibu Kota
Keindahan Sastra Hanya Bisa Dinikmati oleh Penikmat Sastra Sejati.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI