Dosen dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi UST Bantu Optimalisasi Pemasaran Digital melalui Facebook KWT Kencono Wungu: Terapkan Ajaran Tamansiswa dalam Usaha Ayam Petelur

UMKM
Optimalisasi Pemasaran Digital.

Sleman-Mahasiswa dan dosen Prodi Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat pada organisasi KWT dengan usaha ayam petelur. Kegiatan ini memiliki tema pemasaran digital melalui Facebook dengan ajaran Tamansiswa yaitu niteni, niroke, nambahi dan dilaksanakan di bawah bimbingan dosen Bapak Risal Rinofah.

KWT Kencono Wungu merupakan Kelompok Wanita Tani beranggota 20 orang yang memiliki usaha di bidang agribisnis, yaitu usaha ayam petelur. Usaha ini resmi dibentuk pada 24 September 2024. Usaha tersebut bertempat di Padukuhan Blambangan tepatnya di RT 03/ RW 05, Jogotirto, Berbah, Sleman.

Tujuan dari pendirian usaha ini adalah untuk meningkatkan pendapatan kelompok serta memberikan manfaat ekonomi bagi seluruh anggota KWT.

Bacaan Lainnya

KWT ini menghadapi tantangan besar di bidang pemasaran. Ibu Suharyati selaku ketua KWT, mengungkapkan bahwa teknik pemasaran masih menjadi masalah utama bagi kelompok tersebut. Hal ini terjadi karena usaha yang mereka jalankan masih tergolong baru, sehingga para anggota masih bingung dalam hal memasarkan produk mereka.

“Kalau di KWT ini yang bermasalah mungkin di bidang pemasaran, karena usaha ini baru ya mbak, jadi pemasarannya masih terbatas,” ujar Ibu Suharyati saat diwawancarai.

Saat ditanya lebih lanjut tentang bagaimana pemasaran yang dilakukan KWT saat ini, Ibu Suharyati menjelaskan bahwa pemasaran masih dilakukan secara terbatas di lingkungan sekitar.

“Yaa… masih terbatas to mbak, nek ini baru dari anggota-anggota, tetangga, dan teman-teman itu aja,” ungkapnya.

Sebagai upaya untuk meningkatkan pemasaran, KWT diberikan pilihan beberapa platform media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan Facebook. Ketiga platform ini dianggap mampu memperluas jangkauan pasar, mengingat tingginya penggunaan media sosial di masyarakat.

Namun, ketika ditanya mengenai platform media sosial yang paling sering digunakan oleh anggota KWT, Ibu Suharyati menjelaskan bahwa Facebook menjadi pilihan utama.

“Kalo ibu-ibu di KWT ini ada beberapa yang pake Facebook tapi belum pernah digunakan untuk memasarkan produk, soalnya gatau caranya mbak,” ungkapnya.

Baca Juga: Konsep Tri N “Niteni, Nirokake, Nambahi” Jadi Solusi CV Savita Indonesia dalam Menghadapi Tantangan di Era Pemasaran Digital

Sebagai bagian dari upaya ini, kami mahasiswa UST melakukan sosialisasi mengenai pemasaran digital di Desa Blambangan pada tanggal 20 Oktober. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada anggota KWT tentang cara memanfaatkan media sosial yaitu Facebook.

Selain menggunakan Facebook, pendekatan pemasaran ini akan diterapkan dengan metode ajaran Tamansiswa, yaitu niteni, niroke, nambahi. Melalui niteni (mengamati), anggota KWT akan mempelajari cara-cara efektif yang digunakan oleh pelaku bisnis lain di Facebook, seperti strategi konten, foto produk, dan cara berinteraksi dengan pelanggan.

Setelah mengamati, mereka akan niroke (meniru) teknik-teknik yang sukses tersebut, dan mulai mengimplementasikannya dalam pemasaran mereka.

Kemudian, tahap nambahi (menambahkan) akan dilakukan dengan cara menambahkan inovasi dan sentuhan personal khas KWT, seperti membagikan cerita unik di balik produk mereka atau menggunakan bahasa dan konten yang menarik untuk pelanggan lokal.

Dengan demikian, diharapkan KWT dapat mengatasi masalah pemasaran dan mengembangkan usaha mereka ke arah yang lebih baik.

KWT ini telah menunjukkan perkembangan positif dalam budidaya ayam petelur ini. Ibu Suharyati selaku Ketua KWT, mengungkapkan bahwa bantuan dari Dinas Peternakan telah memberikan dampak yang signifikan bagi kelompok tersebut.

Baca Juga: Strategi Pemasaran Digital pada Usaha Jasa Aplikasi Premium

Peningkatan produksi ayam petelur kini mulai terlihat, dengan jumlah telur yang dihasilkan setiap harinya mencapai angka 30 hingga 40 butir.

“Ya karena ini ada bantuan dari Dinas Peternakan untuk KWT, sudah ada peningkatan. Ayam petelur sudah mulai bertelur, satu harinya itu sudah mulai 30 butir, 40 butir begitu, mbak,” ujar Ibu Suharyati.

Selain capaian yang patut disyukuri, KWT juga memiliki impian besar untuk masa depan. Dalam wawancara terkait rencana pengembangan usaha ayam petelur, Ibu Suharyati mengungkapkan harapan untuk memperluas bisnis ini dengan pengelolaan hasil yang lebih baik.

“Yaa nanti, ayam-ayam yang sudah afkir akan kami jual. Hasil penjualannya itu nanti dipakai untuk beli ayam baru mbak, jadi usaha kami ini bisa terus berjalan. Terus kami juga berharap.”

Penulis:
1. Imam Prambada Kirsaputra
2. Anisyah Raharjo
3. Nadia Iga Pramesty
4. Neila Afivaturokhmah
5. Risal Rinofah, S.E., M.Sc. (Dosen)
Program Studi Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.