Secara umum, menstruasi dalam bahasa awam sering disebut sebagai “haid” atau “datang bulan.” Ini adalah periode bulanan di mana wanita mengalami pembersihan alami dari dinding rahim yang tidak dibutuhkan, yang biasanya disertai dengan perdarahan vaginal.
Siklus ini secara teratur berlangsung jika seorang remaja telah menginjak usia remaja. Pola menstruasi normal berlangsung setiap 21 – 35 hari sekali, adapun lama hari menstruasi dapat berlangsung selama 3 – 7 hari.
Haid sering kali menimbulkan rasa nyeri sehingga menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Nyeri menstruasi sering kali menjadi keluhan yang sering muncul di kalangan remaja, terutama dalam bagian bawah perut. Hal ini mengakibatkan gangguan pada aktivitas normal dan memerlukan obat.
Kondisi tersebut dapat mengurangi kualitas hidup perempuan, seperti mahasiswi yang mengalami nyeri haid sehingga tidak dapat fokus saat belajar, dan motivasi belajarnya menurun karena sensasi nyeri yang dialami.
Sebanyak 55% dari perempuan usia produktif di Indonesia diperkirakan mengalami nyeri selama menstruasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Santoso, prevalensi nyeri menstruasi di Indonesia mencapai 64,25%. Dari jumlah tersebut, 54,89% mengalami nyeri haid primer dan 9,36% mengalami nyeri haid sekunder.
Sekitar 60-75% perempuan muda mengalami nyeri haid primer, dengan tiga perempat di antaranya mengalami nyeri ringan hingga sedang, sementara seperempatnya mengalami nyeri berat.
Baca juga:Â Taklukan Nyeri Haid dengan Jahe (Zingiber Officinale): Rahasia Meredakan Keluhan Remaja
Nyeri haid primer adalah jenis nyeri menstruasi yang terjadi sebagai bagian dari siklus menstruasi normal, tanpa adanya kondisi medis yang mendasarinya. Ini adalah jenis nyeri haid yang paling umum dialami oleh wanita.
Sedangkan nyeri haid sekunder adalah jenis nyeri menstruasi yang disebabkan oleh kondisi medis atau penyakit tertentu, seperti endometriosis, fibroid rahim, atau infeksi panggul. Nyeri haid sekunder dapat lebih parah daripada nyeri haid primer dan memerlukan perhatian medis tambahan untuk diagnosis dan pengelolaan yang tepat.
Dalam menghadapi keparahan dan kerentanan yang dirasakan, penderita sering kali melakukan tindakan untuk melindungi diri, salah satunya dengan terapi. Terapi untuk nyeri haid dibagi menjadi dua kategori, yaitu pendekatan dengan obat dan tanpa obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17,89% dari responden memilih tindakan tanpa obat, sementara 82,14% memilih tindakan dengan obat untuk mengatasi nyeri haid.
Pada umumnya, perempuan yang mengalami nyeri haid sering memilih Obat Non Steroid Anti-Inflamasi (NSAID) sebagai pengobatan utama. Jenis obat NSAID yang berfungsi sebagai penurun rasa nyeri meliputi aspirin, asam mefenamat, dan ibuprofen.
Namun, efek samping umum dari penggunaan analgetik ini adalah gangguan pada saluran pencernaan, seperti mual, muntah, gangguan pencernaan, diare, serta iritasi pada lambung, disertai dengan kemungkinan eritema kulit dan nyeri kepala.
Dikarenakan banyaknya efek samping yang terdapat pada terapi dengan menggunakan obat, kini makin banyak masyarakat yang memilih penggunaan bahan alam atau tanaman herbal untuk digunakan sebagai pengobatan atau pereda rasa nyeri yang di akibatkan oleh haid. Contohnya adalah tanaman jahe dan rosella yang digunakan sebagai pereda nyeri haid.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Anggi Reto Wilis (2011) didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat nyeri menstruasi sebelum dan sesudah pemberian perebusan jahe dalam dua percobaan pertama.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian perebusan jahe tidak mengurangi nyeri menstruasi secara signifikan. Namun, hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata nyeri menstruasi mengalami penurunan setelah pemberian air perebusan jahe, meskipun efeknya masih terbatas dalam perbandingan yang kecil.
Karena jahe memiliki sifat antiinflamasi alami yang efektif mengurangi rasa sakit. Maka dari itu, bahan alami yang satu ini disebut cocok untuk mengatasi nyeri perut saat datang bulan.
Hasil penelitian tahun (2001) menunjukkan bahwa salisilat yang terdapat dalam jahe segar dapat mengurangi rasa nyeri serta memiliki efek anti-peradangan, yang berguna untuk mengobati gangguan otot halus. Selain itu, pemberian jahe juga disimpulkan dapat mengurangi nyeri selama menstruasi.
Baca juga:Â Atasi Nyeri Haid dengan Akupuntur/Akupresure
Cara penggolahan jahe agar dapat digunakan sebagai pereda nyeri haid adalah dengan cara pembuatan ramuan jahe sebagai berikut 15 gram jahe merah direbus dengan 2 gelas air (400 ml) ditambahkan 2 sendok makan gula merah. Air rebusan akhir sebanyak 200 ml lalu seduhan air jehe pun dapat di minum.
Lalu selain jahe, ada juga tanaman rosella yang dapat juga digunakan sebagai pereda nyeri haid. Hasil penelitian dari Nurlaili Ramli (2017) menyatakan bahwa teh rosella juga dapat mengurangi nyeri saat haid. Teh rosella berasal dari bunga rosella yang diminum seperti menyeduh teh. Kandungan dari rosella dipercaya dapat menurunkan nyeri saat haid. Pemberian teh rosella dapat menurunkan nyeri haid responden pada 24, 48 dan 72 jam.
Penelitian serupa yang dilakukan di Iran membandingkan efek kapsul bunga rosella dengan asam mefenamat dan menemukan bahwa kapsul bunga rosella memiliki efek yang sama dalam mengurangi nyeri haid seperti asam mefenamat.
Cara pengolahan rosela sebagai pereda nyeri haid yaitu teh rosella dibuat dengan cara menyeduh 4 kuntum bunga rosella dalam 200 ml air panas, lalu hasil seduhan bisa langsung di konsumsi.
Dari banyaknya hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap efektifitas penurun rasa nyeri haid dari tanaman jahe dan rosella, maka dapat di simpulkan bahwasannya seduhan dari kedua tanaman tersebut dapat digunakan sebagai terapi alternatif yang lebih minim akan efek samping.
Penulis: Dewi Rizki Amelia
Mahasiswa S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi Â
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News