Menurut kalian apakah etika masih berlaku di zaman ini?
Di mana zaman yang sudah eranya digital atau bahkan kalian sendiri pun merasa bahwa zaman yang saat ini kalian perjuangkan sudah berkurang orang atau masyarakat yang peduli dengan adanya “etika” tersebut.
Pastinya itu semua akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita, contohnya seperti politik, pendidikan, kesehatan, atau bahkan ketika kita ingin membangun sebuah bisnis yang di mana pastinya tidak akan mudah perjalanannya dalam membangun bisnis tersebut.
Berbicara soal bisnis, siapa yang tidak ingin membangun bisnis sendiri? Menghasilkan pendapatan yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan kita bekerja dengan orang lain, bagaimana?
Tentunya membangun bisnis itu bukanlah suatu hal yang mudah seperti kita membalikkan telapak tangan, akan tetapi sebelum kalian memulai suatu bisnis, pastikan bahwa dirimu mempunyai sifat yang sangat penting, yaitu “Transparency, Fairness, Honesty, Accountability, Integrity”.
Ini karena sebagian pebisnis pasti tidak memiliki sifat tersebut, kenapa? Mereka memiliki ambisi yang kuat untuk mendapatkan uang dan menggandakan uang.
Sebab itulah mereka akan melakukan apapun demi memuaskan ambisi atau hasrat mereka dalam menginginkan uang yang banyak dengan waktu yang singkat.
Seperti yang kita tahu bahwa hari demi hari atau bahkan bertahun-tahun, kita melakukan interaksi dengan banyak orang.
Hanya sebagian kecil saja yang memiliki ambisi besar, tetapi melakukannya dengan jujur dan adil seiring berubahnya zaman, di mana semua perusahaan pastinya akan berlomba-lomba untuk mempertahankan keunggulannya masing-masing, masih adakah etika yang akan mereka pertahankan di bisnis tersebut?
“Dimakan atau memakan,” dua kata kunci yang sangat fatal sekali di dunia bisnis.
Misalnya, di saat kamu sedang merintis bisnis kecil, hari demi hari kamu memperjuangkan bisnis tersebut sampai akhirnya mencapai puncak, di mana itu adalah keinginan atau ambisi yang kau impikan.
Pastinya akan ada masa di mana setiap harinya kamu merasakan takut, takut akan kegagalan, takut akan pesaing, takut akan kehilangan semua pencapaian yang telah kau dapatkan.
Di saat itulah pemikiran dimakan atau memakan akan muncul juga, tidak percaya?
Hal seperti itu pastinya sudah sangat wajar ada di dunia bisnis atau bahkan dalam aspek kehidupan kita lainnya? Seperti politik atau pendidikan?
Kalian dapat melihatnya sendiri bukan? Zaman yang sudah benar-benar berubah, dan pastinya kalian akan sulit untuk menemukan seseorang yang memiliki sifat yang seperti itu, dan mulai dari diri sendirilah yang harus merubahnya, bagaimana caranya?
Bayangkan kamu ingin membangun rumah yang kuat dan bagus. Etika dalam bisnis itu seperti fondasi yang kokoh untuk rumah itu.
Jika fondasinya kuat, rumahnya pasti awet dan orang akan nyaman tinggal di dalamnya.
Bagaimana caranya membuat fondasi etika yang kuat untuk bisnis kamu dari awal?
Pikirkan nilai-nilai penting: kamu ingin bisnis kamu dikenal seperti apa? Jujur? Peduli dengan orang lain? Ramah lingkungan? Tulis saja semua nilai-nilai itu.
Buatlah “aturan main” (kode etik): anggap aja ini seperti buku panduan buat semua orang di bisnismu.
Di dalamnya ditulis, “Kita harus selalu jujur dengan pelanggan,” atau “Kita harus memperlakukan karyawan dengan baik.”
Jadi, semua orang tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Beri tahu semua orang: tidak hanya kita yang tahu aturan main ini. Beri tahu ke semua karyawan, bahkan jika memungkinkan ke pemasok dan teman-teman bisnismu juga. Agar semuanya memiliki satu suara.
Memulai bisnis bukan hanya tentang meraih keuntungan, namun juga tentang membangun fondasi yang kuat dan berkelanjutan.
Etika menjadi pilar utama dalam proses ini, membentuk karakter bisnis Anda dan memengaruhi setiap aspek operasional.
Lebih dari sekadar kepatuhan terhadap hukum, etika bisnis melibatkan nilai-nilai inti, seperti kejujuran, integritas, transparansi, keadilan, dan tanggung jawab.
Dengan mengedepankan etika sejak awal, kamu tidak hanya menciptakan produk dan layanan yang dapat dipercaya, tetapi juga membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, karyawan, pemasok, dan masyarakat luas.
Praktik bisnis yang etis tercermin dalam setiap interaksi, mulai dari pemasaran yang jujur, perlakuan yang adil terhadap karyawan, hingga pengelolaan keuangan yang transparan dan kontribusi positif terhadap lingkungan sosial.
Membangun bisnis dengan etika berarti menciptakan budaya perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, di mana setiap keputusan dan tindakan didasarkan pada prinsip-prinsip yang benar.
Ini melibatkan penetapan kode etik yang jelas, komunikasi yang terbuka, kepemimpinan yang memberikan contoh, serta mekanisme pelaporan dan penegakan yang adil.
Investasi dalam etika bukan hanya tindakan moral yang terpuji, tetapi juga strategi bisnis yang cerdas.
Bisnis yang beretika cenderung membangun reputasi yang baik, menarik dan mempertahankan talenta terbaik, meningkatkan loyalitas pelanggan, serta meminimalkan risiko hukum dan reputasi.
Pada akhirnya, bisnis yang berlandaskan etika memiliki potensi yang lebih besar untuk mencapai kesuksesan jangka panjang yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi dunia.
Singkatnya: memulai bisnis dengan etika adalah tentang membangun bisnis yang baik dari dalam ke luar, menciptakan nilai yang lebih dari sekadar materi, dan berkontribusi pada ekosistem bisnis yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Membangun bisnis yang beretika itu seperti membangun hubungan baik dengan semua orang yang terlibat.
Jika kita jujur, adil, dan bertanggung jawab, pasti orang lain akan percaya dan bisnis kita akan sukses dalam jangka panjang. Memang butuh waktu dan usaha, tapi hasilnya pasti manis!
Penulis: Aliyah Salsabila
Mahasiswa Prodi Manajemen Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Aktif juga di ELC dan Permai-Ayu
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News