Fakta dan Angka Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) pada Remaja
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI KRR) 2017, sebanyak 17,1% remaja berpacaran mengaku pernah mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).
Hal tersebut diakibatkan oleh perilaku berpacaran yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis, seperti saling memberikan perhatian, semangat, dan kebutuhan emosional.
Namun perilaku berpacaran yang awalnya hanya untuk berbagi kebutuhan sosial dan psikologis dapat berpotensi menjadi kesempatan untuk memenuhi hasrat seksual yang dilakukan secara bertahap seperti sentuhan, berpegangan tangan, berciuman, berpelukan, meraba bagian sensitif hingga akhirnya berhubungan seksual layaknya pasangan suami istri.
Penyebab dan Risiko Perilaku Seksual Remaja
Perilaku seksual pada remaja sebenarnya lebih dipengaruhi oleh beberapa alasan seperti saling mencintai, rasa penasaran/ingin tahu, terjadi begitu saja dan beberapa remaja wanita mengaku dipaksa. Sayangnya beberapa perilaku seksual pada remaja dilakukan dengan tidak aman.
Data SDKI KRR 2017 menunjukan 12% remaja wanita dan 7% remaja pria melaporkan pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan. Angka tersebut memang kecil namun dapat diibaratkan seperti sebuah gunung es, dimana hanya terlihat sebagian kasus tapi nyatanya masih banyak kasus yang belum terungkap.
Kehamilan tidak diinginkan pada remaja masih menjadi isu sosial yang mengkhawatirkan saat ini. Fenomena ini sering kali berakar pada tren berpacaran yang marak di kalangan remaja, di mana hubungan romantis sering dijalani tanpa pemahaman yang memadai tentang konsekuensi fisik maupun emosional.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mukminun, ditemukan bahwasannya berpacaran memiliki peluang terhadap perilaku seks yang tidak aman, sehingga akan berujung pada kehamilan remaja.
Baca Juga: Pengaruh Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia
Dampak Kesehatan dan Sosial Kehamilan Tidak Diinginkan
Dampak kehamilan tidak diinginkan pada remaja dapat meningkatkan risiko aborsi yang tidak aman dan kematian ibu, yang sering dianggap sebagai bukti adanya diskriminasi dalam pelayanan kesehatan reproduksi seperti akses terhadap kontrasepsi dan aborsi legal bagi remaja perempuan yang mengalami kehamilan tidak diinginkan diluar nikah. Secara global, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa tren kehamilan remaja berkaitan dengan peningkatan risiko kesehatan bagi ibu dan bayi.
Penelitian Bernett, juga menunjukkan bahwa kehamilan tidak diinginkan pada remaja seringkali terjadi akibat aktivitas seksual berisiko, yang berdampak buruk pada kualitas kesehatan, menambah beban ekonomi bagi negara, serta berpotensi meningkatkan kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak perempuan.
Pengaruh KTD pada Kesehatan Mental dan Fisik Remaja
Kehamilan tidak diinginkan di kalangan remaja bukan hanya menjadi masalah individu, tetapi juga tantangan kesehatan masyarakat yang kompleks. Fenomena ini memiliki dampak luas, baik pada kesehatan reproduksi maupun kesehatan fisik dan mental remaja yang mengalaminya.
Secara fisik, risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan lebih tinggi pada tubuh yang belum matang sepenuhnya. Selain itu, anak yang dilahirkan dari KTD berpotensi mengalami keterbatasan akses kesehatan dan gizi, yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang mereka.
Dari segi psikologis, remaja yang mengalami KTD rentan terhadap stres, kecemasan, hingga depresi akibat stigma sosial, tekanan ekonomi, dan perubahan drastis dalam kehidupan mereka. Penyesalan serta trauma juga sering dirasakan, terlebih jika pengalaman ini melibatkan hubungan tidak sehat atau tekanan untuk menikah dini.
Secara langsung, KTD berkaitan erat dengan kurangnya edukasi kesehatan reproduksi, rendahnya akses terhadap layanan kontrasepsi, dan budaya yang tabu membahas hal ini.
Selain itu, tekanan sosial, rasa bersalah, dan ketakutan menghadapi masa depan seringkali menyebabkan trauma mendalam. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat memicu keputusan aborsi yang tidak aman, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan remaja tersebut.
Baca Juga: Pengaruh Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
Alternatif Solusi untuk Mencegah KTD pada Remaja
Salah satu alternatif solusi yaitu dengan menjauhkan diri dari pacaran. Menjauhkan diri dari pacaran bukan berarti menahan diri dari perasaan, tetapi lebih kepada menyalurkan energi tersebut ke kegiatan yang lebih positif dan produktif, seperti mengembangkan hobi, berprestasi di bidang akademik, atau membangun jaringan pertemanan yang lebih luas.
Sehingga, remaja dapat lebih fokus pada pengembangan diri dan menjaga keseimbangan emosional tanpa harus terbebani oleh dinamika hubungan romantis yang sering kali kompleks.
Peran orang tua juga sangat penting dalam membimbing remaja untuk memahami bahwa berpacaran bukanlah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan atau kedewasaan. Orang tua bisa memberikan arahan yang bijaksana, serta menciptakan suasana keluarga yang mendukung bagi perkembangan remaja.
Selain itu, kebijakan dari sekolah dan pemerintah juga turut berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang remaja yang sehat.
Misalnya, dengan menyediakan program edukasi yang berfokus pada keterampilan mengenal diri sendiri, regulasi emosi dan pengembangan diri. Dengan langkah-langkah tersebut, kita dapat menciptakan masa remaja yang lebih positif, produktif, dan penuh potensi.
Penulis:
1. Segarnis Dhiasy Bidari
2. Shania Ayunda M.K.S
3. Reynatha Kusumaningtyas
4. Vivian Chelsy
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Referensi
Mukminun, Annur. 2022. Pengaruh Perilaku Berpacaran Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Perempuan Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. http://jurnal.fkm.untad.ac.id/index.php/preventif
Benett, Linda Rae. 2016. Young Sasak Mothers—“Tidak Manja Lagi”: Transitioning from Single Daughter to Young Married Mother in Lombok, Eastern Indonesia. Brill. https://doi.org/10.1163/9789004307445_013
Badan Pusat Statistik. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 Kesehatan Reproduksi Remaja
Mukminun, Annur. 2022. Pengaruh Perilaku Berpacaran Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Perempuan Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. http://jurnal.fkm.untad.ac.id/index.php/preventif
Ismarwati, I., & Utami, I. (2017). Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian kehamilan tidak diinginkan pada remaja. JHeS (Journal of Health Studies), 1(2), 168-177