Dalam suatu kerja tim diperlukan kolaborasi dari tiap-tiap anggotanya. Kolaborasi ini yang akhirnya akan menjadikan buah dari kerja tim dirasa maksimal. Kolaborasi pemikiran ini dimulai dari kelancaran komunikasi dari tiap anggota tim. Kelancaran komunikasi ini dapat didasari oleh kesamaan kerangka berpikir dan tujuan.
Namun tidak jarang juga dalam kerja tim ini banyak drama-drama yang muncul, mulai dari adanya anggota tim yang terlalu dominan, ataupun anggota yang marah karena idenya selalu disangkal.
Terkadang drama ini muncul tanpa anggota tim sadari, hal ini mungkin muncul dimulai dari alur komunikasi yang buruk hingga perbedaan kerangka berpikir. Kerangka berpikir merupakan hal krusial dalam suatu kerja tim, hal ini yang akhirnya akan membuat alur kerja berjalan dengan seharusnya dan meminimalisir adanya ketidaksepahaman.
Untuk terhindar dari adanya drama dalam kerja tim, maka kita perlu mengenal macam-macam sesat pikir yang menjadi penghambat dalam memberikan hasil yang maksimal dalam kerja tim.
Logical Fallacy
Menurut Şahin (2016), sesat berpikir atau yang lebih dikenal sebagai logical fallacy adalah kesalahan dalam bernalar yang menyebabkan suatu argumen salah secara logika dan melemahkan validitasnya.
Dalam kerja tim logical fallacy perlu dihindari karena dapat menyebabkan suatu argumen tampak masuk akal namun malah menyesatkan.
Logical fallacy sering muncul dalam kerja tim tanpa kita sadari, hal ini mungkin timbul saat emosi ikut campur. Terdapat banyak logical fallacy, namun pada kesempatan kali ini kita akan membahas 5 logical fallacy umum.
1. Ad Hominem
Ini merupakan sesat pikir umum yang pertama, dalam sesat pikir ini kita cenderung menolak argumen karena fakta subjektif yang tidak relevan terkait dengan orang yang memberikan argumen. Jika kita terjebak dengan sesat pikir ini maka value dari argumen tidak bisa tersampaikan karena telah terdistorsi pandangan subjektif.
Contoh Ad Hominem:
- “Idenya dia mah jelek, karena dia bukan lulusan universitas top!”
- “Pendapat anak itu ga usah didengar, dia kan cuman anak magang.”
2. Hasty Generalization
Logical fallacy ini merupakan sesat berpikir karena menarik kesimpulan umum hanya berdasarkan sampel yang terlalu kecil atau kekurangan bukti. Hasty generalization dapat berdampak fatal pada kinerja tim, hal ini mengakibatkan kita salah menginterpretasikan target.
Contoh hasty generalization:
- “Saat saya pergi ke Belanda dua orang menyapa saya, ini berarti semua orang Belanda ramah.”
- “Saya baru saja melihat sekumpulan anak kecil bermain kelereng, tandanya kelereng mainan paling diminati anak-anak.”
Baca Juga: Memahami Tim Kerja: Strategi Efektif dalam Meningkatkan Kolaborasi di Era Digital
3. False Dilemma
False dilemma merupakan sesat pikir yang memaksakan suatu kesimpulan dengan membatasi pilihannya. Dalam fallacy ini kita cenderung mempersuasi orang dengan memberikan pilihan terbatas padahal terdapat banyak opsi.
Hal ini dapat berdampak fatal pada kerja tim dikarenakan pembatasan opsi yang ada sehingga output tidak maksimal.
Contoh False Dilemma:
- “Kalau kamu nggak setuju sama ideku, berarti kamu nggak mau tim ini sukses.”
- “Kalau kamu tidak mau lembur berarti kamu mau perusahaan kita hancur.”
4. Appeal to Emotion
Appeal to Emotion merupakan sesat pikir yang cenderung menggunakan rasa kasihan, empati, atau rasa takut untuk memanipulasi. Dibanding dengan menggunakan dasar yang valid, kita cenderung menekankan pada emosi dalam cacat pikir ini. Penalaran akan terganggu dengan adanya faktor subjektif seperti emosi ini.
Contoh Appeal to Emotion:
- “Aku sudah terlalu banyak kerjaan minggu ini, tolong setujui saja proposalku untuk kegiatan minggu depan.”
- “Aku sudah capek-capek memikirkan ide acara kantor kita seminggu penuh, kita harus pakai ide yang aku rancang,”
5. Appeal to Popularity
Mirip dengan appeal to emotion, logical fallacy ini menekankan kebenaran pada popularitas. Dalam cacat pikir ini suatu kebenaran dapat dilihat dari banyaknya orang yang melakukan atau menggunakan sesuatu. Cacat pikir ini dapat berdampak signifikan juga dalam kerja tim, terutama dalam pengambilan keputusan.
Contoh Appeal to Popularity:
- “Semua kelompok pergi ke kolam renang, kita juga harus mengikuti mereka.”
- “Kebanyakan anggota kelompok setuju, jadi pasti ini pilihan yang paling bagus.”
Baca Juga: Penerapan Nilai ‘Ing Madya Mangun Karsa’ dalam Kolaborasi dan Sinergi Tim Kerja
Di balik dinamika kerja kelompok yang terjadi, tanpa disadari kita dapat terjerumus dalam Logical Fallacy. Lima contoh sesat pikir di atas merupakan hal yang sering terlewat atau disadari oleh anggota tim.
Walaupun terdengar sepele, jika tidak disadari, logical fallacy di atas dapat berdampak pada buruknya komunikasi antar anggota, menurunnya motivasi anggota, hingga perpecahan di dalam tim. Dengan lebih memperhatikan kepada detail, maka kerja tim akan maksimal dan output yang didapatkan pun memuaskan.
Selain di dalam kerja tim, mengenali logical fallacy juga dapat membantu kehidupan sehari-hari kita. Dalam ruang organisasi, menghindari logical fallacy dapat membangun lingkungan komunitas yang sehat. Lingkungan yang sehat dapat dibangun dari budaya diskusi yang tepat.
Dalam lingkup sosial, dengan mengenali beberapa logical fallacy kita dapat meminimalisir perselisihan antar individu. Kehidupan sosial kita juga akan lebih tentram dengan meminimalisir perselisihan. Mengenal logical fallacy juga dapat menjadi panduan bagi kita dalam mempelajari hal baru.
Di era modern ini informasi bergerak dengan sangat cepat, untuk menjawab hal ini manusia memerlukan alat yang tangguh untuk menghadapi kecepatan itu.
Salah satu jawaban untuk isu ini adalah dengan mengenali logical fallacy. Dengan mengenali sesat berpikir ini kita dapat memfilter berbagai macam informasi yang masuk khususnya di era digital ini.
Penulis: Rakha Nur Izza Prabowo
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi
- Petric, D. (2020). Logical fallacies [Preprint]. ResearchGate. https://www.researchgate.net/publication/339288684_Logical_Fallacies
- Prinz, A. (2018). Logical fallacies in business decision-making. North East Journal of Legal Studies, 36(1), Article 6. https://digitalcommons.fairfield.edu/nealsb/vol36/iss1/6
- Şahin, E. Y. (2016). Logical fallacies. In E. Şahin & T. Başaranoğlu (Eds.), Current topics in social sciences (pp. 125–133). IKSAD Publishing House. https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/50590156/Current_Topics_in_Social_Sciences-Book.p.pdf
- Syamsuri, R., & Sucipto, A. (n.d.). Modul dasar logika matematika [Textbook]. Universitas Pembangunan Jaya. https://www.ocw.upj.ac.id/files/Textbook-CPS105-Modul-Dasar-Logika-Matematika.pdf
Ikuti berita terbaru di Google News