Hikayat merupakan bentuk karya sastra masa klasik. Hikayat berisi kumpulan cerita atau dongeng terkait kehidupan orang-orang zaman dahulu yang erat kaitannya dengan kesaktian, mukjizat, dan keanehan. Dalam menceritakan, hikayat tidak selalu menggunakan manusia sebagai tokoh utama, penokohan melalui binatang sering ditemui sebagai alternatif dalam sebuah cerita.
Hikayat mengandung banyak nilai–nilai moral, dan nilai kehidupan yang dapat manusia ambil. Kalilah wa Dimnahmerupakan hikayat yang cukup terkenal dan sering digunakan dalam bidang keilmuan sastra. Kalilah wa Dimnah berisi fabel yang menggambarkan sifat dan penokohan manusia melalui hewan.
Hikayat ini biasa digunakan untuk menjadi pembelajaran orang tua kepada anak–anak terkait moral dan kehidupan. Hikayat “Kalilah wa Dimnah” merupakan hasil karangan seorang alim Hindu yang bernama Baidaba, kemudian diterjemahkan oleh Ibnu Al Muqaffa.
Baca Juga: Pentingnya Doa dalam Manuskrip
Selain menerjemahkan, Ibnu Al Muqaffa memasukkan cerita karangannya yang terkandung pesan moral di dalamnya. Dalam manuskrip “Hikayat Kalilah dan Diminah” pada website Royal Asiatic Society (RAS), menceritakan sebuah fabel terkait seekor serigala bernama Dimnah yang ingin mengadu domba singa dengan lembu Syatrabah.
Dimnah menaruh rasa iri dan ketidaksenangan akan eratnya persahabatan antara raja hutan yaitu singa dengan lembu Syatrabah. Karakter Dimnah yang digambarkan sebagai hewan serigala, memiliki kejeniusan, tekad, dan hasrat untuk mengadu domba singa dengan lembu.
Tujuan Dimnah mengadu domba ialah untuk merusak tali persahabatan dan hubungan politik yang terjalin antara singa dengan lembu, dan rasa hausnya akan kekuasaan membuatnya gelap mata. Berbagai fitnah dan tipu muslihat yang Dimnah lontarkan dan sebarkan demi rusaknya hubungan singa dan lembu.
Saat bersama singa, Dimnah akan memfitnah lembu Syatrabah, bahwa lembu memiliki ketidaksenangan terhadap singa dan memiliki taktik untuk merebut kekuasaan singa. Begitupun yang Dimnah lakukan saat bersama lembu, Dimnah memfitnah singa bahwa Ia (singa) memiliki ambisi jahat dalam politiknya.
Melalui tipu muslihat dan fitnah, Dimnah berhasil membuat hubungan singa dan lembu menjadi rusak, api amarah telah membakar singa dan lembu untuk saling bermusuhan. Antara singa dan lembu saling mengumpulkan pasukan masing–masing dan menyusun strategi penyerangan.
Baca Juga: Kajian Manuskrip: Lantunan Dalailul Khairat di Negeri Syariat
Mereka yang dulunya bersanding sebagai sahabat, mulai saat itu bermusuhan dan bersiap untuk saling menyerang satu sama lain. Dimnah memperparah keadaan dengan membocorkan rencana lembu Syatrabah yang membuatnya berhasil ditangkap oleh kubu singa.
Penangkapan yang dialami lembu, membuatnya dijatuhi hukuman mati. Namun kedustaan yang Dimnah lakukan terdengar sampai ke telinga singa, mengetahui itu singa memberi perintah untuk menangkap Dimnah.
Singa menghukum Dimnah dengan hukuman mati karena telah membuatnya bertikai dan membunuh sahabat baiknya yaitu lembu Syatrabah. Sejak kejadian tersebut, hari–hari singa diisi dengan kesepian selepas ditinggal lembu Syatrabah.
Penulis: Muhammad Bilal Rizki Haq
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Arab Universitas Al Azhar Indonesia
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi