Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Perilaku Bullying pada Anak Sekolah Dasar

Bullying Anak Sekolah
Sumber: shobukan.com.au

Bullying atau perundungan merupakan perilaku atau tindakan agresif yang menjadi masalah yang serius dalam lingkungan sosial, salah satunya di sekolah.

Bullying atau tindakan yang agresif ini bertujuan untuk menyakiti, merendahkan, atau mengintimidasi orang lain, bullying juga dapat terjadi dalam beberapa bentuk seperti fisik, verbal, sosial, dan juga bisa melalui media sosial.

Perilaku bullying ini tidak hanya merugikan korban secara fisik dan psikologis, tetapi juga dapat merugikan pelaku dalam segi perkembangan sosial dan emosional anak yang menjadi pelaku bullying.

Banyak faktor yang dapat memicu munculnya perilaku agresif atau bullying ini pada anak, salah satu faktor utama yang berperan penting dalam terbentuknya perilaku bullying adalah pola asuh yang diterima anak sejak dini oleh orang tuanya di rumah.

Bacaan Lainnya

Pola asuh yang tidak tepat atau tidak konsisten, seperti polah asuh otoriter, atau pola asuh yang menggunakan kekerasan serta kurangnya pengawasan pada anak juga dapat mengembangkan sikap agresif dalam diri anak terhadap orang disekitarnya seperti pada teman sebayanya dalam lingkungan sosial.

Oleh karena itu, penting untuk mengkaji lebih dalam bentuk-bentuk pola asuh yang dapat mempengaruhi kecenderungan perilaku agresif pada anak, serta mempelajari langkah-langkah pencegahan yang perlu dilakukan agar tidak memicu anak berperilaku agresif dan melakukan bullying di lingkungan sosial.

Perilaku bullying pada anak-anak di sekolah dasar sudah menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan dan isu ini mendapat banyak perhatian.

Sering kali perilaku bullying ini dikaitkan dengan interaksi antar teman sebaya atau pengaruh media sosial, tetapi sebenarnya faktor paling dasar yang mempengaruhi dan memicu perilaku agresif atau bullying ini adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dan diterima oleh anak di rumah.

Baca Juga: Pola Asuh Orang Tua dan Faktor Utama Pembentukan Karakter Anak

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua baik itu pola asuh otoriter, permisif atau otoritatif memiliki peran besar dalam membentuk karakter dan perilaku anak, termasuk dalam menentukan bagaimana anak berinteraksi dengan baik atau terlibat dalam perilaku bullying di lingkungan sosialnya.

Berikut merupakan bentuk-bentuk pola asuh yang memicu perilaku agresif pada anak.

Pola Asuh Otoriter (Authoritarian)

Pola asuh ini menerapkan perilaku yang sangat mengontrol dan membatasi kebebasan anak seperti penerapan aturan yang ketat, disiplin yang tinggi, dan pengawasan yang ketat dengan ketegasan berlebihan terhadap eksplorasi anak.

Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung menggunakan perintah dan hukuman tanpa memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaan atau berpendapat.

Anak-anak yang dibesarkan dengan lingkungan dan pola asuh ini cenderung merasa tertekan dan merasa kurang dihargai sebagai individu.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Lanford pada tahun 2011 menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter lebih cenderung mengalami masalah perilaku agresif, seperti kekerasan fisik atau emosional, baik di rumah maupun di sekolah.

Akibat dari pola asuh seperti ini dalam perkembangannya mungkin membuat anak tidak tahu bagaimana cara berinteraksi yang baik dan menyelesaikan konflik secara sehat, sehingga dapat membuat anak perilaku agresif sebagai bentuk perlawanan terhadap otoritas.

Dampak jangka panjang dari penerapan pola asuh ini adalah anak akan cenderung lebih sering melampiaskan kekesalan mereka melalui tindakan agresi atau kekerasan.

Mereka mungkin merasa bahwa dengan kekuatan dan melakukan kekerasan mereka akan mendapat perhatian dan dapat mengontrol situasi sesuai dengan kemauan mereka, sehingga pola pikir dan perilaku mereka yang seperti ini bisa berdampak pada terjadinya perilaku bullying di kemudian hari.

Baca Juga: Pola Asuh Permisif Orang Tua dan Kesehatan Mental Anak

Pola Asuh Permisif (Permissive)

Berbanding terbalik dengan pola asuh otoriter, pola asuh permisif ini cenderung memberikan kebebasan yang sangat luas kepada anak.

Orang tua cenderung menghindari peraturan yang ketat, lebih banyak memberikan kelonggaran, dan kurangnya menetapkan batasan dan pengawasan kepada anak, sehingga anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini mungkin merasa tidak ada konsekuensi untuk perilaku buruk yang mereka lakukan.

Pola asuh ini dapat memicu perilaku agresif atau bullying karena kurangnya kesadaran dan pemahaman anak terhadap perilaku agresif yang mereka lakukan.

Dampak jangka panjang dalam pola asuh ini adalah kemungkinan anak akan tumbuh dengan pemikiran bahwa mereka tidak perlu menghormati orang lain dan kurangnya memperhatikan perasaan orang lain, mereka akan cenderung lebih mudah untuk terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kuppens et al. pada tahun 2009, menunjukkan bahwa pola asuh permisif, yang cenderung mengabaikan batasan atau pengawasan, berkaitan dengan tingkat perilaku agresif yang lebih tinggi pada anak-anak, terutama dalam interaksi sosial mereka.

Pola Asuh yang Menggunakan Kekerasan atau Hukuman Fisik

Pada pola asuh ini orang tua menggunakan kekerasan untuk mendisiplinkan anak, tanpa disadari penerapan pola asuh ini dapat memicu dan memperburuk perilaku agresif yang ada pada anak.

Anak yang dibesarkan dengan kekerasan atau sering mendapatkan hukuman cenderung menganggap kekerasan adalah cara yang sah untuk menyelesaikan konflik serta masalah atau cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Sehingga, ketika mereka berada di lingkungan sosial mereka cenderung menggunakan kekerasan.

Baca Juga: Dampak Psikologis Bullying pada Remaja Indonesia

Anak yang diasuh menggunakan pola asuh ini dapat berperilaku bullying sebagai bentuk balas dendam terhadap ketidakadilan, dan untuk mengatasi perasaan frustasi dan ketidakberdayaan yang mereka rasakan.

Dalam penelitian Dodge et al. pada tahun 1990, menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan fisik di rumah lebih cenderung mengembangkan perilaku agresif di luar rumah, termasuk bullying terhadap teman sebaya.

Pola Asuh yang Tidak Konsisten

Yang dimaksud dari tidak konsisten ini adalah aturan atau respon orang tua yang sering berubah-berubah dalam menghadapi perilaku anak.

Ketidakkonsistenan ini dapat menciptakan rasa tidak aman pada anak, juga menciptakan kebingungan kepada anak dalam memahami cara yang tepat untuk berperilaku dalam lingkungan sosial.

Anak yang mengalami kebingungan akibat pola asuh ini cenderung akan mencoba mengontrol situasi dengan cara yang lebih agresif atau bahkan menjadi aggressor di lingkungan sosial mereka sehingga dapat menyebabkan perilaku bullying terhadap orang disekitarnya.

Kurangnya Pendidikan Empati dan Pengelolaan Emosi

Orang tua yang menerapkan pola asuh yang tidak mengajarkan atau memberikan pendidikan pada anak untuk mengenali, mengungkapkan atau mengelola emosi dengan cara yang sehat, dapat memicu dan membentuk perilaku agresif pada anak.

Ini juga dapat mengakibatkan anak menjadi kurang sensitif terhadap perasaan atau kondisi orang lain.

Anak yang dibesarkan dengan bentuk pola asuh ini akan cenderung kesusahan dalam mengelola emosi dan mengatasi masalah dengan cara yang sehat, sehingga mereka cenderung menggunakan cara yang lebih destruktif, seperti agresi atau bullying.

Baca Juga: Cases of Bullying that are Rampant on Indonesia

Dari penjelasan berbagai bentuk pola asuh yang dapat memicu dan mempengaruhi perilaku agresif pada anak, bisa disimpulkan bahwa pola asuh orang tua sangat berperan penting dalam membentuk perilaku anak

Oleh karena itu penting untuk orang tua menerapkan pola asuh yang sehat, konsisten dan penuh kasih sayang.

Penting juga untuk orang tua ataupun calon orang tua, atau yang sedang menjalankan peran orang tua untuk mempelajari langkah pencegahan perilaku agresif pada anak agar anak terhindar atau tidak terlibat dalam perilaku bullying.

Berikut merupakan langkah pencegahan perilaku agresif pada anak.

1. Menciptakan Lingkungan yang Aman dan Penuh Kasih

Dengan menunjukkan kasih sayang yang teratur dan konsisten. Memberi ungkapan cinta, seperti memeluk, mencium, atau dengan mengatakan “ibu/ayah sayang kamu, juga menghindari konflik di depan anak.

Jika terjadi konflik, usahakan untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang damai dan terbuka, juga hindari menunjukan ekspresi marah secara berlebihan di depan anak.

Perasaan anak yang merasa aman ini akan mengurangi rasa takut dan cemas yang dapat memicu perilaku agresif.

2. Mengajarkan Cara Mengelola Emosi dan Menumbuhkan Empati dan Kasih Sayang

Mengajarkan anak mengelola emosi dengan baik dengan membantu anak mengenali emosi yang mereka rasakan, dan mengajarkan anak mengungkapkan perasaan dengan kata-kata yang tepat dan baik.

3. Penerapan Disiplin yang Positif dan Konsisten juga Menetapkan Rutinitas yang Stabil dan Jelas

Penerapan disiplin yang konsisten sangat baik dalam pembentukan perilaku anak, agar anak dapat memahami batasan dan konsekuensi dari tindakan mereka.

Namun, orang tua harus menggunakan cara disiplin yang bersifat positif dan tidak mengandalkan hukuman fisik atau verbal yang keras, juga konsisten dalam menetapkan aturan agar anak memahami dan tidak bingung dalam mengembangkan perilaku mereka.

Baca Juga: Bagaimana Pola Asuh Single Parent Terhadap Perkembangan Perilaku Anak

4. Menanamkan Nilai-nilai Positif dan Memberikan Contoh yang Baik

Menanamkan nilai-nilai positif pada anak seperti nilai empati, toleransi, kerja sama, dan tanggung jawab, juga memberikan contoh yang baik di depan anak seperti menjadi teladan dalam mengelola emosi.

Hindari perilaku agresif karena anak banyak belajar dari pengamatan terhadap perilaku orang tua dan cenderung meniru perilaku orang tuanya.

5. Mencegah Stress yang Berlebihan pada Anak

Stress atau perasaan tertekan yang berlebihan memicu perilaku agresif pada anak, anak cenderung akan meledak atau mengekspresikan diri dengan cara yang kasar, sehingga sebagai orang tua mencegah stress yang berlebihan sangat penting untuk pembentukan perilaku pada anak.

Mencegah stress yang berlebihan dengan cara hindari memberikan tuntutan yang tidak realistis pada anak, baik dalam hal akademik, perilaku atau harapan sosial, juga berikan ruang pribadi untuk anak berkembang sesuai kecepatan mereka, serta memberikan anak waktu bersantai dan bermain juga berinteraksi dengan teman-temannya dalam suasana yang nyaman.

6. Mencari Bantuan Profesional jika Diperlukan

Jika perilaku agresif pada anak terus berlanjut meskipun sudah dilakukan berbagai upaya, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog anak atau konselor keluarga.

Dengan bantuan profesional, orang tua dapat dibantu memahami lebih dalam akar penyebab perilaku agresif dan professional akan memberikan intervensi yang lebih spesifik sesuai kebutuhan anak.

Dengan menerapkan langkah-langkah di atas secara konsisten dan penuh perhatian, orang tua dapat membantu anak membentuk emosi yang sehat dan perilaku yang baik, sehingga anak dapat terhindar dari berperilaku agresif dan tindakan bullying di lingkungan sosial seperti di sekolah.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh sangat berpengaruh penting bagi pembentukan perilaku anak, pola asuh yang cenderung keras, dan penuh tekanan sangat bisa meningkatkan perilaku agresif dalam diri anak.

Baca Juga: Mahasiswa Undip Kenalkan Pola Asuh Hoikuen dan Youchien

Maka, penting bagi orang tua agar menerapkan pola asuh yang demokratis dengan menerapkan komunikasi yang terbuka dan sehat juga pemahaman dari orang tua terhadap psikologis anak, agar perilaku agresif pada anak tidak muncul atau meningkat.

Dengan demikian, pemahaman tentang bentuk-bentuk pola asuh juga cara mencegah perilaku agresif yang menghasilkan bullying pada anak sangat membantu orang tua untuk membentuk perilaku anak yang baik.

 

Penulis: Syahidah Roihana
Mahasiswa Prodi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses