Influencer Bilang Bagus, Auto Beli?

Analisis mendalam tentang pengaruh influencer terhadap keputusan pembelian. Ketahui cara mereka membentuk preferensi dan perilaku konsumen saat ini.
Gambar dibuat dengan AI.

Di era media sosial saat ini membeli suatu barang tidak hanya bisa dibeli di toko offline saja yang di mana konsumen perlu mendatangi toko yang menjual barang yang dibutuhkan oleh konsumen melainkan bisa melalui toko online seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dan lain-lain yang di mana konsumen tidak perlu mendatangi toko secara langsung hanya dengan menggunakan gadget konsumen sudah bisa membeli barang tertentu.

Kemudahan ini tidak hanya mengubah cara konsumen untuk berbelanja tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana keputusan pembelian terbentuk.

Salah satu faktor yang kini banyak mempengaruhi keputusan pembelian adalah Influencer. Menurut Kadekova & Holiencinova, pengertian influencer adalah individu yang memiliki jumlah pengikut di media sosial dalam jumlah yang signifikan.

Kemudian individu tersebut mendapatkan tawaran untuk mempromosikan produk dari perusahaan tertentu ke pengikut mereka.

Bacaan Lainnya

Apakah kamu pernah membeli sesuatu karena melihat influencer memakainya di Instagram atau TikTok? Kalau iya, kamu tidak sendiri. Dari survei kecil yang dilakukan penulis terhadap 50 responden berusia 17-33 tahun, sebagian besar mengaku pernah membeli produk karena melihatnya di konten dari influencer.

Dan menariknya, keputusan itu sering kali dibuat bukan karena kebutuhan mendesak, tapi karena merasa “tertarik aja”.Sebagai konsumen digital, kita sering kali tidak sadar bahwa pengaruh influencer terhadap keputusan belanja online sangat besar.

Berdasarkan survei tersebut, 88% responden mengaku pernah membeli produk karena melihat influencer menggunakannya. Hal ini menguatkan gagasan bahwa influencer bukan sekadar pembuat konten, tapi sudah menjadi figur yang mampu membentuk preferensi konsumen.

Fenomena ini dapat dijelaskan melalui teori Source Credibility Theory (Hovland, Janis, & Kelley, 1953), yang menjelaskan bahwa orang akan lebih mungkin dipersuasi ketika komunikator atau orang yang menyampaikan pesan komunikasi menunjukkan dirinya sebagai orang yang kredibel atau dengan kata lain sumber komunikasi yang memiliki kredibilitas tinggi akan lebih efektif dalam mengubah opini seseorang dibandingkan dengan sumber komunikasi yang sumber kredibilitasnya rendah.

Influencer yang konsisten menunjukkan pemahaman terhadap produk, serta menyampaikan konten secara jujur dan transparan, cenderung mendapatkan kepercayaan audiens. Tak heran jika sebagian besar responden menilai bahwa influencer yang mereka ikuti memiliki keahlian dan pengetahuan terhadap produk yang mereka promosikan.

Teori ini sejalan dengan teori oleh Deges (2018) yang mengkategorisasikan kredibilitas influencer ke dalam empat dimensi utama yaitu credibility, trust, authenticity, dan charisma.

1. Credibility

Dimensi pertama, credibility, mengacu pada persepsi keahlian dan konsistensi influencer. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hasil survei menunjukkan 88% responden mengaku pernah membeli produk setelah melihat konten influencer, dan 68% menjadi tertarik mencari tahu produk lebih jauh setelah melihat produk dari konten influencer.

Ini dapat disimpulkan bahwa responden memandang influencer sebagai pihak yang memiliki otoritas dan pengetahuan atas produk yang mereka promosikan.

Baca Juga: Fenomena Influencer dan Krisis Etika Normatif dalam Komunikasi Publik Digital

2. Trust

Dimensi trust atau kepercayaan muncul ketika audiens percaya bahwa influencer bersikap netral dan jujur. Dalam survei ini, 84% responden mengikuti influencer tersebut karena responden percaya pada pilihannya, dan juga 80% responden percaya terhadap informasi produk yang disampaikan oleh influencer.

Hal ini mencerminkan bahwa kepercayaan terhadap influencer cukup tinggi, asalkan mereka tetap transparan dan tidak memberikan kesan bahwa semua konten bersifat komersial.

3. Authenticity

Keaslian atau authenticity menjadi dimensi berikutnya. Menurut Deges, audiens lebih menghargai influencer yang tampil jujur, terbuka, dan benar-benar terlihat percaya pada produk yang mereka promosikan.

Dalam survei, lebih dari 60% responden menilai bahwa konten influencer menarik untuk ditonton ini bisa diartikan bahwa gaya penyampaian mereka dianggap otentik, tidak terkesan dipaksakan, dan menyenangkan untuk diikuti.

4. Charisma

Tak kalah penting, charisma atau daya tarik kepribadian juga menjadi faktor yang membuat influencer disukai. Sebanyak 62% responden menyatakan bahwa influencer yang mereka ikuti memiliki kepribadian yang menyenangkan.

Kharisma ini menciptakan kedekatan emosional antara influencer dan audiens, yang membuat pesan promosi terasa lebih personal dan meyakinkan.

Audiens merasa bahwa mereka “mengenal” influencer seperti teman sendiri karena konsumen dan influencer dapat berinteraksi dua arah tidak seperti iklan yang dimana konsumen tidak dapat/ sulit berinteraksi dua arah dengan produsen.

Hal penting yang bisa disimpulkan adalah bahwa menjadi konsumen cerdas di era digital bukan berarti harus menolak keberadaan influencer. Justru, mereka bisa menjadi sumber referensi yang informatif dan inspiratif, selama kita menyadari bahwa keputusan akhir tetap di tangan sendiri.

Sebelum mengklik tombol “beli”, penting untuk bertanya: Apakah ini memang saya butuhkan? Ataukah hanya ingin karena tren atau rasa takut ketinggalan (FOMO)?

Baca Juga: Pengaruh Media Sosial Seorang Influencer dalam Meningkatkan Penjualan melalui E-Commerce

Influencer telah menjadi bagian dari keseharian kita sebagai pengguna media sosial. Mereka bukan hanya figur publik, tapi juga pembentuk opini dan pemicu tren.

Namun, seperti semua konten di dunia digital, pengaruh itu perlu disikapi dengan kesadaran agar kita tidak menjadi korban dari algoritma, tetapi tetap menjadi konsumen yang bijak.

Penulis:
1. Muhammad Dava
2. Alvin Eryandra
Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

 

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka

Yusuf Abdhul. (2022). “Pengertian Influencer Menurut Para Ahli”, (10 Desember 2022), diakses dari: https://bukunesia.com/pengertian-influencer/#Pengertian_Influencer_Menurut_Para_Ahli.

Halim, A., & Tyra, M. J. (2020). PENGARUH ONLINE CONSUMER REVIEW DAN INFLUENCER TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK DI MARKETPLACE SHOPEE. https://doi.org/10.31315/be.v18i1.5630

Shadrina, R. N., & Sulistyanto, Y. (2022). ANALISIS PENGARUH CONTENT MARKETING, INFLUENCER, DAN MEDIA SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi pada Pengguna Instagram dan Tiktok di Kota Magelang). DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT, 11(1). http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbr

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses