Jagung Manis Bu Wulan dan Harapan Baru UMKM Lokal

UMKM Lokal
Jagung Manis Bu Wulan dan Harapan Baru UMKM Lokal.

Jagung manis Bu Wulan terkenal di Dusun Sumberingin, Mojokerto. Rasanya manis alami, segar, dan selalu laku di pasar.

Tapi siapa sangka, usaha ini belum punya label produk resmi. Konsumen yang sudah pernah beli, kadang kesulitan memesan ulang karena tidak tahu harus menghubungi siapa. Semua serba lisan, tidak terdokumentasi, tidak digital.

Masalah seperti ini bukan hal baru di desa. Banyak UMKM lokal sebenarnya punya kualitas produk bagus, tapi tidak memiliki identitas usaha yang jelas.

Branding, bagi sebagian pelaku usaha kecil, masih dianggap hal rumit atau hanya penting bagi perusahaan besar. Padahal, label sederhana dengan informasi kontak dan nama usaha bisa membuka banyak peluang.

Bacaan Lainnya

Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), kami merancang kegiatan pendampingan bagi usaha Jagung Manis Bu Wulan. Program ini fokus pada dua hal sederhana: membuat label produk dan mengajarkan penggunaan platform digital seperti WhatsApp Business dan Facebook Page.

Kenapa itu penting? Karena label adalah wajah produk. Dengan mencantumkan nama usaha, kontak, dan tanggal panen, produk menjadi lebih terpercaya. Sementara WhatsApp Business dan Facebook bukan hanya alat komunikasi, tapi bisa menjadi saluran pemesanan dan promosi murah meriah.

Tak sedikit UMKM enggan belajar hal baru karena menganggap teknologi terlalu ribet. Padahal, pelatihan bisa dilakukan dengan pendekatan yang sederhana dan disesuaikan. Dalam program ini, pelatihan menggunakan Canva, pembuatan akun WA Bisnis, dan simulasi pemesanan dibuat semudah mungkin.

Kita sering bicara soal transformasi digital, tapi lupa bahwa digitalisasi di desa harus dimulai dari yang paling dasar. Tidak semua pelaku usaha butuh e-commerce canggih. Kadang, cukup dengan label stiker dan akun WhatsApp saja, usaha mereka bisa naik kelas.

Kita tidak bisa terus menunggu pelaku UMKM desa mengejar dunia digital sendirian. Harus ada pendampingan yang nyata, langsung, dan ramah teknologi.

Dengan pendekatan sederhana seperti yang kami rancang di program ini, kami yakin pelaku usaha desa bisa lebih mandiri, lebih dikenal, dan lebih siap menghadapi pasar yang makin kompetitif.

Label bukan hanya tempelan. Ia adalah pintu masuk untuk dikenal, diingat, dan dipercaya.

Penulis: Sub Kelompok 2 KKN R33
Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

 

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses