Kekurangan Tenaga Pendidik dan Fasilitas Pendidikan di Daerah Pelosok

Pendidikan di Daerah Pelosok Indonesia
Sumber: pixabay.com

Indonesia adalah sebuah negara besar yang terdiri atas ribuan pulau tersebar di seantero negeri. Dengan kondisi serta letak geografis yang begitu luas, maka tak heran jika Indonesia memiliki beragam suku dan budaya. Dengan demikian SDA yang telah ada perlu diimbangi dengan kualitas SDM yang ada, bagaimana jadinya jika SDA terpenuhi akan tetapi SDM buruk?

Akan tetapi dalam pemenuhan pendidikan di Indonesia dimana pendidikan sendiri sudah pasti memerlukan seorang guru atau pengajar. Namun faktanya di daerah pelosok tanpa kalian ketahui, kuantitas akan pengajar atau guru sangatlah terbatas atau bisa dibilang jumlah guru pengajar masih kurang.

Sungguh miris, haru bagaikan hati terasa tercabik-cabik karena pada zaman modern ini melihat masih ada sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil belum bisa mendapat bantuan dan uluran tangan dari pemerintah padahal Indonesia sudah merdeka 74 tahun.

Bahkan banyak anak-anak di daerah terpencil yang belum bisa merasakan manfaat jaringan internet, alat komunikasi seperti telepon genggam (gadget), maupun televisi, terkadang di daerah terpencil listrik pun tidak ada sehingga anak-anak kesulitan mendapatkan informasi yang ada di kota-kota, juga bukan rahasia lagi bila anak yang tinggal di daerah terpencil ini sangat sulit mendapatkan kehidupan yang layak seperti pada anak-anak pada umumnya.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Pendidikan di Ujung Tanduk: Sorotan yang Mendalam pada Rendahnya Kualitas Peserta Didik dalam Mengekspresikan Diri

Sementara, disisi lain masih banyak sekolah di daerah terpencil yang belum dilihat oleh pemerintah. Seolah-olah pemerintah hanya memfokuskan pendidikan yang ada di kota saja, sungguh menyedihkan bila kita semua melihat di berbagai media online baik di televisi, maupun di gadget tentang kondisi pendidikan dan keadaan sekolah yang tak layak pakai, yang bisa membahayakan guru maupun murid yang berada di dalam ruangan kelas tersebut, sehingga guru dan murid tidak merasa nyaman berada dalam kelas tersebut.

Lalu kurangnya tenaga pengajar di desa pedalaman karena sulitnya mencari tenaga pengajar yang mau mengajar di daerah tersebut dikarenakan ada sebagian tenaga pengajar menganggap bahwa mengajar di daerah terpencil gajinya lebih kecil, jauh berbeda dengan gaji di ibu kota.

Kemudian ada juga tenaga pengajar yang beralasan bahwa di desa tersebut fasilitasnya tidak memadai akibatnya tenaga pengajar tidak merasa nyaman dan mengajukan pindah ke sekolah yang berada di kota-kota kemudian kurangnya infrastruktur baik itu alat sarana dan prasarana seperti meja, kursi, papan tulis, spidol, buku paket, pulpen, buku tulis dan lain sebagainya.

Kualitas Pendidikan di Indonesia ini sangat minim, miris, dan bahkan memprihatinkan sekali. Oleh karena itu, Pemerintah seharusnya berpikir penuh dan matang mengenai betapa pentingnya pemerataan pendidikan, terlebih pada anak-anak dan pada anak-anak di golongan masyarakat yang kurang mampu atau miskin dan anak-anak yang berada di daerah terpencil. Memang biasanya yang sering merasakan dampak dari tidak meratanya pendidikan yaitu dari anak-anak yang kurang mampu. 

Baca Juga: Dari Desa ke Kota: Menjembatani Kesenjangan Pendidikan di Indonesia

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahkan terlihat sangat jelas bahwa banyak guru yang enggan atau tidak mau mengajar di daerah pelosok, mungkin ada yang sebagai yang mau namun secara terpaksa, dan ada yang melakukan secara ikhlas karena kemauan sendiri untuk mengajar di daerah yang sangat amat pelosok.

Salah satu yang menjadi kan alasan guru tidak mau atau tidak nyaman mengajar di daerah pelosok biasanya karena tempat sekolah yang sangat sulit di jangkau.

Di Indonesia biasanya tenaga pendidik merasa tidak betah karena kurang nya fasilitas yang sama sekali tidak memadai, selain jauh dari pusat keramaian, biasanya fasilitas tempat tinggal untuk tidur juga tidak dipenuhi oleh pemerintah.

Sehingga banyak guru yang tidak mau bahkan mengajukan untuk pindah sekolah yang untuk diajar, biasanya lebih memilih di daerah perkotaan. Namun, ada beberapa tenaga pendidik dengan ikhlas mengajar ke pelosok.

Ada satu hal yang menjadi alasan tenaga pendidik tidak mau untuk mengajar di daerah pelosok, yaitu karena gaji upah minimum regional (UMR) yang didapatkan bisa dibilang kecil. Bahkan sampai ada yang tidak digaji.

Sistem pendidikan di sana tidak seperti di kota-kota yang menggunakan buku-buku paket, biasanya di sana hanya menggunakan satu buku tulis untuk semua yang dipelajari.

 

Penulis: Rahel Aura Siburian
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum, Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses