Kendala Pelajar di Daerah Terpencil selama Pembelajaran Daring

Kendala Pembelajaran Daring

Zaman yang makin modern dan perkembangan Iptek yang begitu pesat sangat membantu kegiatan manusia dalam segi apapun, contohnya adalah internet. Puluhan juta informasi dapat kita temukan dalam internet. Kita juga dapat terhubung satu sama lain meskipun terkendala jarak yang jauh, terutama di saat pandemi seperti sekarang. Keadaan tidak memungkinkan para siswa untuk belajar secara luring di sekolah seperti biasa. Semua siswa wajib untuk belajar dari rumah dengan sistem daring. Akan tetapi, dengan adanya perubahan untuk belajar secara daring, terdapat banyak sekali kendala yang dihadapi. Tidak hanya oleh pihak sekolah, namun juga siswa. Kendala-kendala tersebut antara lain adalah:

Baca Juga: Proses Pembelajaran Terganggu Akibat Pandemi Covid-19

1. Tidak memiliki smartphone atau masih menggunakan gawai dengan sistem lama

Tidak semua siswa mampu untuk memiliki smartphone yang dapat digunakan untuk kegiatan belajar daring karena faktor ekonomi. Ini tentu juga menjadi faktor kendala pembelajaran daring. Tidak hanya di daerah, namun masyarakat kota pun ada yang mengalami hal yang serupa.

Bacaan Lainnya

2. Kurangnya pengetahuan guru dan siswa dalam menggunakan fitur belajar daring

Perubahan yang mendadak untuk belajar daring mengakibatkan banyak sekolah yang belum siap akan perubahan ini, sehingga kurangnya pengetahuan untuk para guru mengajar secara daring dengan fitur aplikasi seperti Google Meet atau Zoom. Tak hanya guru, namun siswa juga masih banyak yang kurang paham akan hal ini.

Baca Juga: Ketidaksiapan Pembelajaran Jarak Jauh Mahasiswa Luar Kota

3. Terbatasnya akses internet di daerah

Permasalahan ini sudah ada sejak dulu jauh sebelum pandemi. dimana masyarakat daerah masih terbatas untuk mengakses internet karena sinyal di daerah juga kurang memadai. Banyak sekolah di daerah harus menumpang kepada sekolah lain yang memiliki akses internet yang lebih baik. Mereka cenderung menggunakan kuota untuk pembelajaran daring, padahal biaya yang dikeluarkan sekolah sangat besar jika menggunakan kuota terus menerus karena banyaknya pelajaran dalam satu kelas. Untuk penyedia wifi sendiri juga terbatas karena biasanya hanya ada satu penyedia saja di daerah tersebut dan sering terkendala bila cuaca buruk.

Baca Juga: Revitalisasi Pengajaran Guru dengan Teknologi di Era Modern

Tentu saja perubahan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah maupun universitas secara daring ini masih membingungkan. Banyak yang belum siap akan perubahan ini. Masyarakat masih kurang pengetahuannya akan internet dan pembelajaran daring, meskipun zaman sudah semakin modern. Dikutip dalam mediacenter.com, semenjak pandemi Covid-19 KBM juga dilakukan dengan mengumpulkan beberapa siswa dalam jumlah terbatas di satu titik lokasi. Hal tersebut dilakukan untuk belajar kelompok dan agar siswa juga dapat lebih mengerti. Tentu saja cara ini dilakukan dengan arahan dari Dinas Pendidikan.

Munadhil Munif
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Editor : Sitti Fathimah Herdarina Darsim

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI