Ekonomi kreatif telah menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di banyak negara termasuk Indonesia. Indonesia memiliki masa depan dan pertumbuhan ekonomi kreatif yang menjanjikan. Meskipun tingkat adopsi setiap sub sektor bervariasi, hanya dua sub sektor yang memiliki tingkat adopsi e-commerce lebih dari 75%. Penggunaan Internet yang rendah dan tingkat adopsi e–commerce yang rendah dapat menunjukkan bahwa banyak bisnis masih mengandalkan metode transaksi offline mereka.
Selain itu, faktor kompatibilitas dari segi teknologi juga menjadi penyebab sulitnya proses adopsi e-commerce. Faktor kesesuaian sering kali menjadi kendala karena tidak semua jenis dan produk dapat dipasarkan melalui e-commerce. Kendala lokasi dan domisili masing-masing usaha UKM tidak semuanya tercakup oleh akses teknologi jaringan komunikasi dengan ketersediaan infrastruktur e-commerce.
Baca Juga: Perkembangan Teknologi E-Commerce pada Dunia Bisnis di Era Pandemi
Adopsi e-commerce telah menjadi bagian inti dari persaingan setiap bisnis UKM saat ini, meskipun belum dapat sepenuhnya meningkatkan kelincahan organisasi dalam menangkap target pangsa pasar. Keberhasilan adopsi e-commerce dalam menumbuhkan pasar ekonomi kreatif tidak lepas dari kesiapan infrastruktur, struktur, dan budaya organisasi lokal dalam membentuk perspektif sosial melalui dukungan manajemen puncak.
Menumbuhkan pasar ekonomi kreatif merupakan tantangan ke depan dalam memperkuat fondasi ekonomi sosial. Selain itu harus mempererat hubungan dengan vendor, menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap belanja online, menjamin transaksi pemesanan dan pembayaran online, serta selalu meningkatkan keterampilan teknologi informasi.
Baca Juga: E-Commerce untuk UMKM di Masa Pandemi? Mengapa Tidak!
Disimpulkan bahwa kesiapan e-commerce sangat penting selama masa ketidakpastian seperti pandemi COVID-19. Tingkat kesiapan akan menentukan kelangsungan dan keberlanjutan suatu perusahaan atau bisnis dalam lingkungan bisnis yang bergejolak. Kesiapan e-commerce dapat dievaluasi berdasarkan Kesiapan Teknologi, Kesiapan Organisasi, dan Kesiapan Lingkungan.
Tidak semua perspektif menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan tentang penerapan atau peningkatan e-commerce di masa pandemi. Kesiapan Teknologi dipandang sebagai dampak paling signifikan pada kemampuan perusahaan untuk mengatasi volatilitas sementara Kendala Lingkungan mendorong bisnis untuk mengadopsi e-commerce dan membawanya ke tingkat berikutnya. Di sisi lain, Kesiapan Organisasi tidak berdampak pada kesiapan e-commerce perusahaan karena perusahaan atau organisasi tidak mempertimbangkan aspek ini.
Sheny Nur Auliani
Mahasiswa Universitas Pamulang
Fakultas Ekonomi Bisnis Akuntansi S1
Editor: Diana Pratiwi