Muhammad Hauzan Syafiq atau lebih dikenal dengan sebutan Hauzan adalah warga asal Cianjur yang berasal dari kelurga sederhana yang tinggal di pedalaman kota Cianjur berkesempatan untuk berkuliah di Bartin Universitesi Turki.
Beliau ini merupakan salah satu mahasiswa termuda yang lahir pada tahun 2004 dan sekarang baru berusia 18 tahun tetapi sudah melanjutkan pendidikannya di luar negeri yakni di kota Turki.
Perjuangan serta rintangan yang tidak begitu mudah beliau lalui untuk bisa berkuliah di Turki. Beliau mengatakan bisa sampai kuliah di sana itu merupakan suatu anugrah yang diberikan oleh Allah SWT setelah kesedihan dan perjuangan yang begitu hebat beliau lewati.
Karena pada saat itu beliau termasuk ke dalam siswa eligible yakni siswa pilihan yang berprestasi dan bisa masuk keperguruan tinggi melalui jalur nilai rapot atau kita kenal jalur SNMPTN yang sekarang berubah namanya menjadi SNBP.
Pada saat itu beliau menempatkan pilihan pertamanya ke UIN jurusan Menejemen Keuangan Syariah dan pilihan kedua ke UPI jurusan Pendidikan Olahgara.
Beliau ini sangat optimis untuk bisa masuk ke UPI karena beliau menyertakan berbagai sertifikat kejuaraan di bidang karate bahkan sampai diberi surat rekomendasi langsung dari pelatihnya tersebut.
Namun sayangnya beliau menempatkan UPI di pilihan kedua seharusnya ada di pilihan pertamanya sehingga hasil akhirnya beliau dinyatakan tidak lulus bukan hanya itu ternyata jawaban pilihan pertamanyapun sama dinyatakan tidak lulus melalui jalur nilai rapot tersebut.
Sempat merasa menyesal karena salah menempatkan pilihannya namun beliau tidak patah semangat dengan mencoba kembali melalui jalur mandiri dengan menyiapkan persyaratan yang sama dan dijadikan pilihan utamanya namun tetap saja Allah berkehendak lain masih tetap dengan jawaban yang sama dinyatakan tidak lulus.
Setelah itu beliau mencoba mendaftar kembali ke UIN dengan memilih tiga jurusan, pertama Menejemen Keuangan Syariah, kedua Akuntansi Syariah, dan ketiga Ekonomi Syariah melalui jalur tahfidz.
Singkat cerita setelah beliau mendaftar ke UIN tersebut beliau mendapatkan informasi untuk berkuliah diluar negeri niat awalnya hanya ingin coba-coba saja mencari tahu bagaimana untuk bisa berkuliah di luar negeri.
Dan ternyata biayanya pun tidak sedikit dengan harus menyiapkan uang sekitar puluhan juta hingga ratusan juta rupiah belum lagi untuk bayaran kuliah persemester dan kehidupan sehari-harinya.
Kebetulan ada teman kakaknya yang berkuliah di Turki juga dan beliau mencoba menghubungi dengan maksud ingin menanyakan bagaimana jika ingin berkuliah di Turki.
Ternyata biaya melalui jalur mandiri itu sedikit lebih murah dibandingkan yang pertama. Setelah beliau berpikir dengan matang dan menimbang-nimbang berbagai konsekuensinya sehingga memutuskan untuk mencoba mendaftar di luar negeri yaitu di Turki.
Pada saat itu beliau mendaftar di lima kampus Turki dengan dalih kemungkinan besar dapat keterima jika memiliki banyak pilihan. Persyaratan yang beliau siapkan itu mudah hanya “melalui berkas nilai rapot karena pada saat itu saya sudah cape jika harus jalur tes” ucapnya.
Berkat semangat, perjuangan yang membara tak lupa dukungan doa dan restu orang tua juga ternyata beliau diterima dan dinyatakan lulus disalah satu dari lima pilihannya tadi yakni di Bartin Universitesi.
Beliau mendapat kabar gembira ini tentunya sangat senang sekali dan tanpa menghiraukan apapun beliau langsung mencari tahu bagaimana untuk bisa melakukan daftar ulang dan ternyata syaratnya adalah harus memiliki paspor terlebih dahulu.
Tanpa berpikir panjang beliau langsung membuat paspor tersebut di perjalanan pembuatan paspor ternyata beliau mendapatkan informasi bahwa di UIN dinyatakan lulus tetapi pada pilihan keduanya sedangkan yang beliau inginkan adalah pilihan pertama disamping itu jika dibandingkan dari sisi biaya persemesternya di Turki lebih murah dibangdingkan UIN.
Maka beliau menetapkan pilihannya untuk mengambil kesempatan emas melanjutkan pendidikannya di Turki.
Setelah beliau menyiapkan persyaratan semuanya seperti paspor, asuransi, surat izin tinggal, tiket pesawat, langsung saja beliau terbang dan angkat kaki dari Cianjur yang merupakan kota kesayangannya sejak kecil, tetapi dengan berat hati beliau meninggalkannya demi menjemput impian dan cita-citanya itu.
Setelah sampai di Turki perasaan yang beliau rasakan adalah kebingungan karena benar-benar pada saat itu beliau belum mengetahui dan memahami bagaimana Bahasa Turki untung saja beliau dibantu oleh teman kakaknya tersebut dari awal beliau datang sampai bisa berkuliah semua itu tak lepas dari bantuannya.
Ternyata jika kita ingin berkuliah di Bartin Universitesi diharuskan memiliki sertifikat khursus Bahasa Turki selama satu tahun, sehingga beliau diharuskan mengikutinya terlebih dahulu.
Pada saat itu beliau mengatakan bahwa beliau terlambat untuk daftar ulang sehingga harus menunggu satu bulan setengah untuk mengikuti daftar ulang selanjutnya.
Maka selama menunggu satu bulan setengah beliau tidak bisa kemana-mana karena memang belum mengetahui bagaimana Bahasa Turki.
Singkat cerita setelah satu tahun berlalu akhirnya beliau dapat masuk dan belajar di Bartin Universitesi dengan jurursan Menegemen Bisnis.
Hingga sampai saat ini memasuki tahun ke dua beliau masih melanjutkan pendidikannya dan sekarang beliau sudah tingkat satu semester dua karena memang satu tahun sebelumnya beliau harus mengikuti pelatihan bahasa terlebih dahulu.
Beliau di sana mendapat banyak sekali teman-teman yang sangat baik, bertoleransi dan saling menolong satu sama lainnya. Di bawah ini adalah potret kebersamaan bersama teman-temannya di turki
Beliau juga bercerita bahwa sempat menjadi salah satu relawan gempa berkuatan magnitudo 7,8 di Turki yang menghancurkan 10 kota bagian bawah Turki yang dekat dengan perbatasan Suriah.
Sedangkan kota yang beliau tinggali itu selamat karena memang jarak yang sangat jauh dari lokasi titik terjadinya gempa tersebut maka dari itu bersama dengan komunitas PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) yang ada di Turki ikut menjadi relawan dan banyak sekali bantuan yang dikirimkan Indonesia sendiri khususnya yakni berasal dari pemerintahan Indonesia langsung dari Bapak Jokowi, menteri pertahanan, dan lembaga lainnya bahkan sampai ada warga Indonesia pula yang berdatangan untuk menjadi relawan. Di bawah ini merupakan gambar kebersamaan beliau bersama para korban.
Hikmah yang dapat kita pelajari adalah memang betul semua usaha yang kita lakukan itu tidak akan pernah bernilai sia-sia karena ada arti tersendiri dari semua takdir yang Allah SWT berikan kepada kita.
Jika memang kita harus melewati kesedihan, perjuangan, pengorbanan yang tak mudah tapi percaya lah akan ada hasil manis dari semuanya.
Bukti nyatanya adalah Hauzan ini beliau sudah berapa kali ditolak untuk masuk perguruan tinggi di Indonesia dengan kesalahan yang memang seharusnya masih bisa di toleransi tetapi kembali lagi jika memang bukan takdirnya pasti tidak akan bisa dan ternyata takdir Allah SWT itu sangat baik.
Beliau ditakdirkan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri semua itu di luar prediksi beliau tetapi memang jika sudah jalan takdirnya beliau yang Allah SWT berikan kepadanya.
Penulis: Siti Shofa Nurhidayah
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Suryakancana
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi