Korean Wave sebagai Inspirasi: Membangun Citra Positif Papua melalui Diploma Budaya

Korean Wave
Korean Wave (Sumber: Penulis)

Korean Wave atau Hallyu telah menjelma menjadi kekuatan budaya global. K-Pop (Korean Pop), K-Drama (Korean Drama), gaya berpakaian dan fashion, hingga gaya hidup ala Negeri Ginseng kini merasuk ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Di balik itu semua, ada strategi diplomasi budaya yang cerdas dari pemerintah Korea Selatan dalam memanfaatkan budaya sebagai instrumen soft power. Pertanyaannya: Bisakah Indonesia, khususnya Papua melakukan hal serupa?

Papua yang dibagi menjadi 7 wilayah adat menyimpan banyak sekali kekayaan budaya mulai dari makanan, tarian, hasil kerajinan tangan, hingga cara-cara hidup yang unik. Namun hingga kini, narasi Papua di mata publik internasional sering kali terbatas pada isu konflik dan politik.

Tak perlu jauh melihat ke luar, bahkan di dalam negeri pun masih banyak orang-orang yang hanya mengenal Papua sebagai daerah yang tertinggal dan miskin, bahkan penuh masalah konflik kekerasan. Sangat disayangkan jika kekayaan budayanya tidak diangkat secara maksimal sebagai kekuatan soft power untuk membangun citra positif Papua dan Indonesia.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Perkembangan Korean Wave Hampir Tak Terbendung: Budaya Lokal Ditinggalkan?

Konsep soft power, sebagaimana dikemukakan oleh Joseph Nye, adalah kemampuan suatu negara untuk memengaruhi pihak lain lewat daya tarik budaya dan nilai-nilai, tanpa paksaan.

Korea Selatan berhasil mempraktikkan konsep ini melalui gelombang budayanya. Dampaknya nyata: peningkatan pariwisata, ekspor produk budaya, serta citra negara yang positif di mata global.

Belajar dari Korea Selatan, Indonesia seharusnya tidak hanya fokus pada diplomasi politik dan ekonomi, tetapi juga mengembangkan diplomasi budaya. Papua bisa menjadi ujung tombak dalam strategi ini. Dukungan terhadap seniman lokal, produksi konten digital berkualitas, festival budaya bertaraf internasional, serta program pertukaran budaya adalah beberapa langkah yang bisa ditempuh.

Hal ini sebenarnya menjadi harapan dari semua masyarakat terlebih lagi dengan berdirinya Kementerian Kebudayaan secara independen yang terlepas dari sistem kementerian yang dahulu, sehingga proses diplomasi budaya Indonesia diharapkan dapat berjalan lebih optimal.

Indonesia tidak perlu meniru Korea Selatan sepenuhnya, tetapi bisa mengambil semangat yang sama yakni memperkenalkan budaya sendiri ke dunia dengan bangga dan strategis.

Papuan Wave bukan mimpi, melainkan peluang. Sudah saatnya Indonesia melihat Papua bukan hanya sebagai daerah penuh konflik, tetapi sebagai pusat baru diplomasi budaya Indonesia di panggung internasional.

 

Penulis: Immanuel Richard Ayorbaba
Mahasiswa Hubungan International, Universitas Cenderawasih

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

2 Komentar