Kreativitas Mahasiswa PKM-RSH UGM: Ciptakan Media Intervensi Baru lewat Permainan Tradisional Dakdokkonkan dan Teliti Dinamika Konsentrasi yang Terjadi pada Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Kreativitas Mahasiswa
Kreativitas Mahasiswa PKM-RSH UGM.

Periode penting dalam perkembangan manusia terjadi pada masa kanak-kanak. Namun, bagi anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), hal ini bisa menjadi sebuah tantangan besar. Masalah utama yang perlu mereka hadapi, yaitu kesulitan dalam mempertahankan konsentrasi sehingga dapat memengaruhi proses pembelajaran mereka.

ADHD adalah gangguan neurodevelopmental yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi, bertindak impulsif, dan mengendalikan gerakan tubuh. Jumlah anak penderita ADHD terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Di Indonesia, jumlah angka ADHD terus meningkat seiring berjalannya waktu. Data statistik menunjukkan bahwa pada populasi anak usia sekolah, sekitar 2-4% dari mereka mengalami gangguan ADHD. Saat ini, angka tersebut meningkat menjadi 15%, artinya 1 dari 20 anak mengalami ADHD (Abdullah et al., 2019).

Bacaan Lainnya
DONASI

Menghadapi tantangan tersebut, sekelompok mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengambil inisiatif untuk menciptakan solusi inovatif dengan mengembangkan sebuah media intervensi baru yang diberi nama “Dakdokkonkan.”

Dakdokkonkan adalah sebuah permainan tradisional dakon yang kami modifikasi sedemikian rupa dengan tujuan untuk memenuhi kriteria sebagai media intervensi bagi anak ADHD. Dakdokkonkan diinisiasi oleh lima mahasiswa UGM.

Mereka adalah Syafira Dyah Setyowati (Psikologi 2021), Najla Ega Amalia (Psikologi 2021), Regan Alim Tsaqif (Psikologi 2022), Sayyida Nafisa Fairoza (Psikologi 2021), dan Umar Abdul Aziz Susilo Rahmad Wibowo (Psikologi 2022) di bawah bimbingan Ibu Elga Andriana, S.Psi, M.Ed, Ph.D..

Permainan Dakdokkonkan dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan strategi dan aturan bermain yang berbeda dari dakon biasanya. Permainan ini melibatkan alur cerita yang harus didengarkan oleh setiap pemain untuk melanjutkan permainan.

Terdapat empat cerita yang berbeda dalam permainan ini. Penggunaan elemen cerita dalam intervensi ini bertujuan untuk merangsang dan menstimulasi konsentrasi, karena anak-anak dengan ADHD lebih cenderung mendengarkan dan mengikuti alur cerita yang diberikan (Budiyarti et al., 2020).

Selain itu, Dakdokkonkan memiliki ciri khas warna dan gambar yang menarik. Hal ini didasarkan pada studi Evivani dan Renti (2020) bahwa permainan dengan berbagai bentuk dan warna dapat meningkatkan tiga aspek perkembangan yaitu motorik kasar, motorik halus, serta kognitif.

Melalui komponen-komponen dalam permainan ini, perilaku anak ADHD berdasarkan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak akan dapat dianalisis untuk mengetahui perubahan konsentrasi selama pemberian intervensi.

Dakdokkonkan muncul sebagai terapi bermain yang menarik dan efektif untuk meningkatkan konsentrasi anak dengan ADHD. Selain dapat meningkatkan kualitas hidup anak ADHD, permainan tradisional modifikasi ini juga berperan dalam memperkenalkan dan melestarikan warisan budaya Indonesia melalui penggunaan permainan tradisional.

Dengan upaya ini, kami berharap dapat memberikan perhatian yang lebih baik dan dukungan kepada anak-anak dengan ADHD dalam proses pembelajaran mereka serta dapat membuka peluang untuk pengembangan metode terapi yang lebih menyenangkan dan efektif bagi anak-anak dengan ADHD.

Penulis: Tim PKM-RSH UGM Dakdokkonkan
Mahasiswa Psikologi UGM

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI