Krisis di Palestina telah berlangsung selama beberapa dekade, menempatkan wilayah ini sebagai salah satu titik konflik paling sensitif di dunia. Dalam pandangan saya, konflik ini bukan sekadar pertarungan politik atau teritorial, melainkan sebuah tragedi kemanusiaan yang menuntut perhatian dan aksi dari komunitas internasional. Palestina-Israel merupakan konflik abadi yang terjadi di Timur Tengah yang menuntut keterlibatan PBB dalam proses perdamaian tersebut.
Konflik yang terjadi pada tahun 1967, dan 1973 terjadi perebutan wilayah. Seluruh wilayah Arab Palestina direbut oleh Israel.(Islamiyah, N., & Trilaksana, 2016). Peristiwa-peristiwa ini tidak hanya menciptakan ketidakstabilan regional tetapi juga meninggalkan luka mendalam pada kehidupan masyarakat Palestina. Mereka kehilangan tanah, rumah, dan hak-hak dasar mereka, menjadikan mereka pengungsi di tanah kelahiran mereka sendiri.
Kekerasan oleh pasukan Israel serta pemukim Yahudi dalam beberapa peristiwa, mempengaruhi akses ke lingkungan pendidikan yang aman dan hak bagi pendidikan yang berkualitas buat ribuan anak Palestina. Pada 2018, lima sekolah di Tepi Barat dibongkar atau disita oleh penguasa Yahudi, termasuk Sekolah Masyarakat Izbiq di sebelah utara Nablus, Sekolah As-Semeye di selatan Al- Khalil (Hebron), dan Sekolah Abu Nuwar serta Sekolah Jabel Baba di Al-Quds Timur. Selain itu, sejak pertengahan Oktober 2018, Sekolah Sawiya Al-Luban di selatan Nablus juga ditutup selama satu hari, dan Sekolah Desa Khal Al-Ahmar di selatan Al-Quds tetap menghadapi ancaman pembongkaran, bersama dengan bagian lain desa tersebut.(Rian Rifki Eliandy et al., 2023)
Lebih dari tujuh dekade kemudian, ketegangan ini belum juga mereda. Setiap kali terjadi eskalasi kekerasan, korban sipil selalu menjadi yang paling menderita. Kehidupan sehari-hari masyarakat Palestina, terutama di Jalur Gaza dan Tepi Barat, diwarnai oleh blokade, pembatasan mobilitas, dan kekurangan kebutuhan dasar. Kondisi ini diperparah oleh serangan udara dan bentrokan militer yang terus-menerus, yang tidak hanya menghancurkan infrastruktur tetapi juga merenggut nyawa orang-orang tak berdosa.
Baca Juga:Â Pentingnya Boikot dan Peduli Palestina
Dalam konteks global, krisis ini seharusnya menjadi tanggung jawab kita bersama. Komunitas internasional memiliki peran penting dalam mendorong perdamaian dan keadilan. Sayangnya, pendekatan yang diambil sering kali bersifat politis dan bias, lebih condong mendukung satu pihak daripada mendorong solusi yang adil dan berkelanjutan. Resolusi-resolusi PBB yang menuntut penghentian permukiman ilegal dan penghormatan terhadap hak-hak Palestina sering kali diabaikan oleh kekuatan-kekuatan besar ini juga diperparah dengan peran PBB dan OKI sebagai mediasi penyelesaian konflik antar bangsa yang tidak jelas. (Aswir F Badjodah et al., 2021)
Salah satu aspek yang paling memprihatinkan dari konflik ini adalah dampaknya terhadap generasi muda Palestina. Anak-anak yang lahir dan besar di tengah konflik ini tumbuh dengan trauma dan kehilangan. Mereka menghadapi gangguan pendidikan, kesehatan yang buruk, dan keterbatasan akses terhadap peluang yang seharusnya mereka miliki. Generasi yang seharusnya menjadi harapan masa depan kini terjebak dalam siklus kekerasan dan ketidakpastian.
Namun, di tengah kegelapan ini, ada secercah harapan. Banyak organisasi kemanusiaan yang bekerja tanpa lelah untuk memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak. Dari penyediaan makanan dan obat-obatan hingga program pendidikan dan dukungan psikologis, upaya-upaya ini penting untuk membantu memulihkan kehidupan masyarakat Palestina. Solidaritas internasional juga dapat dilihat dalam berbagai aksi protes dan kampanye yang menyerukan keadilan dan penghentian kekerasan.
Baca Juga:Â Instagram Diam-Diam Blokir Konten Palestina
Penting bagi kita untuk tidak kehilangan kemanusiaan dalam melihat konflik ini. Terlepas dari keyakinan politik atau agama, kita harus mengakui bahwa setiap manusia berhak hidup dalam damai dan bermartabat. Konflik Palestina bukanlah sekadar masalah regional, tetapi sebuah ujian bagi kemanusiaan kita. Bagaimana kita merespons penderitaan dan ketidakadilan ini mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kita pegang.
Solusi terhadap konflik ini memerlukan komitmen dan keberanian dari semua pihak yang terlibat. Dialog yang jujur dan inklusif harus menjadi dasar dari setiap upaya perdamaian. Selain itu, tekanan internasional yang konsisten dan berprinsip sangat penting untuk memastikan bahwa hak- hak asasi manusia dihormati dan dijunjung tinggi. Hanya dengan demikian kita dapat berharap untuk melihat akhir dari penderitaan yang telah berlangsung terlalu lama ini.
Pada akhirnya, perdamaian di Palestina bukanlah sesuatu yang mustahil. Ini adalah impian yang bisa dicapai jika kita semua bersedia untuk berdiri bersama demi keadilan dan kemanusiaan. Konflik ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap tragedi, selalu ada kesempatan untuk menemukan kembali kemanusiaan kita dan membangun masa depan yang lebih baik untuk semua.
Penulis: Dicky Kurniawan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Malikussaleh
Editor:Â Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News