Beberapa waktu yang lalu, penulis memperhatikan adanya soal menarik yang dikirimkan oleh wali siswa dari salah satu SD di Jakarta. Setelah ditelusuri, ternyata soal tersebut bersumber dari Buku Matematika Siswa Kelas 1 SD Kurikulum Merdeka.
Soal tersebut dapat dikatakan simpel. Akan tetapi, penulis sempat mengalami kebingungan dalam memahami pertanyaan dari soal tersebut. Untuk mengecek lebih lanjut, penulis juga menanyakan kepada rekan mahasiswa untuk menjelaskan penyelesaian soal tersebut.
Soal simpel tersebut bisa menjadi rumit pada tingkat pemikiran yang kompleks. Contoh seperti soal di atas dapat dijawab dengan meletakkan 1 kancing untuk menyatakan puluhan dan 3 kancing untuk menyatakan satuan, sehingga jumlahnya adalah 10+3=13.
Sedangkan, pada pemikiran yang lebih kompleks, soal tidak dapat dijawab karena 1 kancing berbentuk bunga memiliki 4 kelopak, yang mana kelipatan 4 tidak akan menghasilkan bilangan prima seperti 13.
Penulis kemudian merasakan bahwa tidak hanya anak SD, orang dewasa juga mendapat kebingungan dalam menyelesaikan soal sehingga soal menjadi menantang.
Selain itu, hal menarik lainnya adalah soal ini dapat dikaitkan dengan teori belajar kognitif sosial oleh Jerome Bruner yang mengadakan 3 tahapan belajar meliputi: enaktif, ikonik, dan simbolik.
Teori belajar kognitif sosial Jerome Bruner dan kaitannya dengan soal-soal pada buku Kurikulum Merdeka yang digunakan siswa dari tahun 2022 hingga 2024 M.
Oleh karena itu, penulis bertujuan menjelaskan teori belajar Jerome Bruner dan kaitannya dengan soal-soal pada Buku Kurikulum Merdeka. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan dapat membantu para pembaca khususnya wali murid dan calon guru untuk memahami soal terkait.
Baca Juga:Â Pentingnya Mempelajari Matematika dalam Kehidupan Sehari-hari
Teori Belajar Kognitif Sosial Jerome Bruner
Jerome Bruner merupakan seorang ahli psikologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat dan merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam pendidikan. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mengolah pengetahuan.
Bruner lebih peduli terhadap proses belajar daripada hasil belajar, metode yang digunakannya yaitu metode penemuan (discovery learning), metode ini juga sering dipakai oleh guru di sekolah. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia menemukan hal-hal baru.
Agar proses mempelajari sesuatu berlangsung secara optimal, seseorang dapat belajar dalam tiga tahapan, yaitu: 1) enaktif, 2) ikonik, dan 3) simbolik.
Tahapan enaktif mencakup penggunaan keterampilan motorik. Brunner percaya bahwa kegiatan motorik ini dapat menyimpan ingatan belajar (muscle memory). Pada tahap ini, anak akan diajak melaksanakan serangkaian aktivitas sehingga terlibat secara langsung untuk memanipulasi atau mengotak-atik suatu benda.
Tahapan ikonik berkaitan dengan gambar dan hal-hal yang dapat diubah. Dalam tahap ini pengetahuan disampaikan melalui gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
Pada tahap ini pengetahuan diwujudkan dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, ataupun diagram yang menggambarkan kegiatan/ kondisi pada tahap enaktif.
Tahapan simbolik menyiratkan penggunaan simbol untuk mengubah pengetahuan menjadi kode. Dalam tahap ini anak sudah bisa menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. Pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik itu simbol verbal, misalnya kata-kata, huruf, atau kalimat, lambang matematika, atau lambang abstrak yang lain.
Baca Juga:Â Alat Peraga Peningkat Minat Matematika
Soal Matematika
Soal yang dibahas di awal menjadi menarik karena ternyata telah memanfaatkan teori dari psikolog terkenal yaitu Jerome Bruner. Pada tahap enaktif, anak dapat diajarkan dengan mengajak mengotak atik objek berupa 5 kancing, terlepas dari apapun bentuknya.
Dengan demikian, anak menggunakan keterampilan motoriknya. Pada tahap ikonik, anak diajak membayangkan 1 kancing dapat berarti puluhan ataupun satuan tergantung di mana kita meletakkannya. Jika diletakkan pada kotak kanan maka kancing tersebut menyatakan satuan dan jika diletakkan di kotak kiri maka kancing tersebut menyatakan puluhan.
Pada tahap simbolik, anak dapat diajak untuk menggunakan simbol kancing tersebut menjadi bahasa matematika, 1 kancing puluhan berarti 10, 3 kancing satuan berarti 3. Jika dijumlahkan kancing kancing ini maka jumlahnya adalah 13.
Soal serupa juga ditemukan pada Buku Matematika Siswa Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka. Pada soal, terdapat tahapan belajar Jerome Bruner yang meliputi:
- Enaktif: anak diajak untuk belajar menggunakan benda fisik yaitu apel dan uang tunai. Anak dapat diajarkan dengan mengajak mengotak atik objek berupa 5 apel dan uang tunai sebesar Rp10.000. Uang Rp10.000Â ini dapat ditukarkan menjadi 5 lembar uang Rp2.000-an. karena nilainya sama, anak dapat menempatkan Rp2.000 pada setiap apel, yang dapat berarti harga 1 apel adalah Rp2.000.
- Ikonik: Pada tahap ikonik, anak diajak menggambarkan, bagaimana uang Rp10.000 dapat membeli 5 apel. Rp10.000 nilainya dibagi sama sebanyak 5.
- Simbolik: Pada tahap simbolik, Anak dikenalkan pada variabel  yang merupakan harga sebuah apel dan dapat berubah-ubah nilainya. Pada cerita yang diberikan, jika 5 apel dibayar dengan Rp10.000, maka harga 1 apel adalah 10.000/5 2.000. Jika harga sebuah apel adalah Rp2.000, maka nilai a=2000, sehingga pada pernyataan 1, 5a rupiah berarti 5×2.000=10.000 yang bisa diartikan uang yang dibayarkan. Sedangkan pernyataan 2, (10.000-5a) rupiah berarti 0 rupiah, hal ini dapat diartikan uang yang dimiliki setelah membayar. Jika nilai  ini berubah/ diubah, maka artinya dapat berbeda lagi.
Baca Juga:Â Menyingkap Fakta dan Fiksi dibalik Angka Matematika
Sesuai dengan teori Jerome Brunner, dengan belajar menggunakan 3 tahapan ini (enaktif, ikonik, simbolik), maka proses mempelajari sesuatu berlangsung secara optimal.
Jadi, jangan cepat menyerah ketika menjumpai soal serupa ya! Nyatanya, soal-soal yang dibuat bertujuan untuk hal yang baik. Jika kesulitan, penulis menyarankan untuk dapat meminta bantuan ahli. Mari tanamkan pemikiran Matematika itu ASYIK! Dan Soal-Soalnya MENARIK!
Penulis: Kurnia Setyanti
Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Negeri Semarang
Editor:Â Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Referensi
Brameld, T. (1971). Patterns of educational philosophy: Divergence and convergence in culturological perspective. New York, NY: Holt, Rinehart, and Winston, Inc.
Buku Matematika Kelas 1 SD: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2022). Buku Siswa Matematika Kelas 1 SD: Kurikulum Merdeka. Jakarta: Pusat Perbukuan, Balitbang, Kemendikbudristek.
Buku Matematika Kelas 7 SMP: Susanto, D., Sihombing, S., Radjawane, M. M., Wardani, A. K., Kurniawan, T., Candra, Y., & Mulyani, S. (2022). Buku Siswa Matematika Kelas 7 SMP/MTs: Kurikulum Merdeka. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek
Fuaidah, T. (2021). Teori Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner.
Gramedia. (n.d.). Teori belajar Bruner: Pengertian, tahapan, dan aplikasi di dunia pendidikan. Gramedia Literasi. Retrieved October 31, 2024,
Williams, R. T. (n.d.). Social Cognitive Theories of Jean Piaget and Jerome Bruner.