“Di balik cobaan pasti ada hikmahnya.”
Inilah pepatah bijak yang dapat mencerminkan kondisi dunia saat ini. Wabah Covid-19 yang sejatinya membawa dampak buruk bagi perekonomian di seluruh dunia malah menunjukkan pengaruh positif terhadap lingkungan secara global.
Dampak Covid-19 yang melemahkan perekonomian mulai terasa pada sektor-sektor ekonomi seperti UMKM, perdagangan, perbankan, perbelanjaan, hingga bursa saham. Sehingga dapat memicu resesi ekonomi Indonesia. Pada situasi ini, beberapa negara menyatakan lockdown atau sekadar membatasi aktifitas warganya dan menghimbau untuk beraktifitas di rumah. Namun, bukan berarti peristiwa ini selalu berdampak negatif.
Ketika banyak negara menyatakan lockdown sebagai salah satu solusi untuk memperlambat penyebaran Covid-19, mobil-mobil yang tadinya berlalu lalang sampai menyebabkan kemacetan justru terlihat terparkir di rumah. Maskapai-maskapai besar memberhentikan armada mereka dan bisnis pun banyak yang menutup pintu mereka. Ini merupakan skenario semi-apokaliptik yang tidak dapat diperkirakan oleh siapa pun hanya tiga bulan yang lalu.
Jakarta yang merupakan peringkat satu indeks kualitas udara terburuk di antara kota-kota besar lainnya di dunia justru turun menjadi peringkat 22 menurut Air Quality Index (AQI) Amerika. Video yang diliput oleh masyakarat yang tersebar luas di media sosial baru-baru ini juga memperlihatkan kanal-kanal di Italia yang mulai menunjukkan warna aslinya kembali sampai ikan-ikan berenang terlihat. Di Cina, konsumsi batu bara turun drastis dan kualitas udaranya semakin membaik.
Tingkat Polusi
NASA melaporkan bahwa penurunan volume lalu lintas di negara-negara lockdown turut menurunkan tingkat nitrogen oksida dan karbon monoksida di udara. Sependapat dengan NASA, Scott Collis, seorang ilmuwan atmosfer di Laboratorium Nasional Argonne, mengatakan gambar satelit dan gambar atmosfer lainnya menunjukkan pengurangan polusi yang sangat drastis.
Sampah
Selain perubahan udara, sampah-sampah yang seringkali menjadi masalah dan atensi bagi orang banyak juga mengalami penurunan. Contohnya seperti data yang disampaikan Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Bogor yang mengatakan bahwa penurunan sampah di Bogor bisa mencapai 100 ton per hari.
Minimnya aktivitas masyarakat di tengah pandemi COVID-19 ini juga menyebabkan sampah di Cirebon menurun dari yang sebelumnya volume dapat mencapai 800 sampai 1000 meter persegi per hari, sekarang hanya 600 meter persegi per hari. Hal ini sangatlah melegakan mengingat banjir di awal tahun yang melanda banyak kota di Indonesia dan salah satu penyebabnya adalah sampah.
Binatang
Elemen lain dari lingkungan yang mendapat keuntungan dari pandemi ini adalah binatang. Para peneliti menyebutkan bahwa binatang khususnya kelelawar dan trenggiling berperan sebagai sumber virus baru Corona tersebut. Binatang-binatang semacam kelelawar dan trenggiling merupakan mamalia paling diperdagangkan di dunia.
Semenjak diketahui bahwa binatang ini merupakan perantara virus COVID-19, China dan negara-negara lain mengeluarkan aturan larangan terhadap perdagangan satwa liar. Tujuannya adalah agar virus ini tidak menyebar lebih cepat lagi. Fenomena ini harusnya menjadi momentum kesadaran manusia bahwa satwa liar bukan untuk dikonsumsi dan diperdagangkan melainkan dilindungi dan dibiarkan berkembang biak di habitat aslinya. Dengan begitu, ekosistem dapat terjaga karena rantai makanan juga terjaga.
Kawasan Konservasi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga menutup 56 kawasan konservasi di Indonesia sebagai upaya antisipasi dan pencegahan penyebaran COVID-19. Hal ini menambah daftar dampak positif COVID-19 terhadap lingkungan.
Seorang jurnalis dari media Mongabay juga mengunjungi kawasan wisata alam Bantimurung di Maros baru-baru ini untuk meliput kawasan wisata alam yang ditutup selama pandemi ini. Walaupun penutupan itu berdampak pada penurunan pendapatan, sang jurnalis melihat Bantimurung tanpa pengunjung seperti menyaksikan system pemulihan diri oleh alam sendiri.
Penutupan kawasan konservasi di Indonesia menjadi kesempatan bagi kawasan untuk bernafas dan beristirahat. Dengan begitu, lumut-lumut dan jamur-jamur dapat berkembang sebagaimana mestinya juga dengan kupu-kupu yang dapat terbang bebas tanpa halangan di sekitar air terjun dan pepohonan. Kondisi ini memberikan alam waktu untuk membangun dirinya kembali.
Wabah Covid-19 ini bagaikan imunitas bumi yang sedang bereaksi ketika kita manusia mulai merusak “badannya”. Bumi sedang diistirahatkan dari pekerjaan-pekerjaan beratnya, seperti isi perutnya yang diambil tiada henti selama 24 jam bertahun-tahun lamanya. Hal ini adalah pengingat bahwa dunia yang kita pijak ini merupakan titipan dan harus dijaga. Kita mendapatkan hidup dari Bumi, merupakan suatu kewajiban kita untuk tidak menyakitinya.
Kita tahu bahwa banyak hal-hal yang tidak dapat menebus kehancuran pandemi COVID-19. Tetapi bukti-bukti ini menunjukkan bahwa bencana kesehatan global ini adalah kesempatan untuk menilai aspek mana dari kehidupan modern yang diperlukan dan perubahan positif apa yang mungkin terjadi jika kita mengubah kebiasaan kita dalam skala global.
Semoga nanti ketika manusia kembali beraktivitas, mereka semua dapat mengingat kembali betapa indahnya dunia ini bila kita dapat menjaga satu sama lain. Keuntungan yang kita dapatkan dari pandemi COVID-19 ini menjadi keuntungan yang sangat berharga bagi kehidupan di Bumi. Pengalaman pandemi ini patut dijadikan refleksi bagi semua orang untuk menjaga titipanNya. Karena sejujurnya, apa yang kau tanam itulah yang kau tuai.
Suresity May
Mahasiswa Sampoerna University