Membangun Jembatan Budaya: Menjadi Relawan dalam Upaya Memperkenalkan Tinggalan Budaya pada Kegiatan Karst Heritage Festival 2024

Budaya
Dokumentasi oleh Gandhi.

Sulawesi Selatan – Karst Heritage Festival 2024 adalah festival budaya yang diadakan selama tiga hari (25-27 Agustus 2024) yang diselenggarakan oleh Bumi Toala Indonesia, bekerja sama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Makassar dan Pemkab Maros, di Rammang-Rammang, Maros, Sulawesi Selatan.

Saya berperan sebagai relawan di divisi pameran festival, yang memamerkan artefak, foto gambar cadas, dan badik dari berbagai daerah seperti Makassar, Bugis, dan Luwu. Bekerja sama dengan mahasiswa dari universitas lain untuk menjelaskan makna dan  nilai-nilai penting yang terkandung pada benda-benda tersebut.

Sebagai seorang mahasiswa yang telah memperoleh pengetahuan, saya sangat antusias untuk membagikan ilmu kepada orang lain, terutama yang berkaitan dengan budaya lokal, sesuai dengan bidang arkeologi yang saya pelajari.

Pengambilan foto dilakukan saat pameran dikunjungi oleh Profesor Adam Brumm, seorang arkeolog terkenal dari Griffith University di Australia, yang dikenal karena penelitian dan kontribusinya dalam bidang arkeologi, khususnya yang berkaitan dengan prasejarah dan warisan budaya.

Bacaan Lainnya

Beliau mengenakan pakaian adat Bugis Makassar lengkap dengan badik, yang mencerminkan nilai budaya masyarakat Bugis Makassar yang dijunjung tinggi.

Selama tiga hari acara, pengunjung, termasuk anak-anak, sangat antusias untuk bertanya dan belajar tentang peninggalan yang dipamerkan. 

Mereka mengaku tidak mengetahui sama sekali mengenai peninggalan budaya ini, khususnya artefak batu yang dipikirnya hanya batu biasa yang banyak berserakan di mana-mana, dan juga pecahan kulit kerang yang berjenis bivalve dan Gastropoda yang merupakan sisa-sisa dari makanan orang-orang purba.

Baca Juga: Menjembatani Masa Lalu dan Masa Depan dengan Melestarikan Budaya Lokal di Era Digital

Dengan semangat kami menjawab satu demi satu pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan, memberikan pemahaman yang tentunya mengingatkan tentang cara penanganan terhadap benda-benda peninggalan agar dapat terjaga dan tidak muda rusak.

Dokumentasi oleh Gandhi.

Adapun beberapa interaksi yang menarik, termasuk cerita seorang anak yang menghubungkan badik dengan aspek mistis, anak itu sangat pandai bercerita membuat kami semua takjub walaupun ada beberapa katanya yang masih sulit untuk kami mengerti. 

Meskipun singkat, pengalaman yang didapat sangat berkesan, dan saya serta relawan lainnya belajar banyak dari interaksi dengan pengunjung.

Baca Juga: Keindahan dan Kekayaan Budaya dalam Batik Indonesia

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pelestarian lingkungan dan warisan budaya, terutama mengingat potensi warisan budaya prasejarah yang ada di wilayah Maros-Pangkep yang perlu dilestarikan.

Penulis: Saifullah Maulana
Mahasiswa Prodi Arkeologi Universitas Hasanuddin

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses