Mempertahankan Ekstensi Karakter Bangsa Indonesia melalui Sentuhan Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an

Opini
Ilustrasi: istockphoto

Pendidikan sebagai ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan amanah konstitusi yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Isu tentang pendidikan selalu menarik, karena peran penting pendidikan dalam memajukan peradaban manusia. Kemajuan peradaban manusia selalu disertai dengan kualitas pendidikan yang baik, pada masanya. Generasi terdidik adalah aktor peradaban.

Refleksi saya atas topik yang diangkat “mempertahankan ekstensi karakter bangsa” yaitu tentang “Mempertahankan Ektensi Karakter Bangsa Indonesia melalui sentuhan ayat-ayat suci Al-Qur’an, sebagai Upaya mewujudkan Amanat Pancasila dan UUD 1945″. 

Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik serta memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri juga lingkungannya.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: SelfLove dari Sudut Pandang Al-Qur’an

Menurut T. Ramli, pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.

Karakter dan budaya suatu bangsa harus dipertahankan sehingga dapat dibedakan antara bangsa yang satu dengan yang lainnya. Untuk mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia perlu melakukan pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan pembukaan UUD 1945.

Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik (Kemdiknas, 2011).

Berdasarkan hal yang telah diungkapkan di atas, maka masalah pendidikan karakter bukan hanya sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, namun lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadian baik sebagai warga negara maupun individu.

Oleh karenaitu, maka permasalahan yang akan diungkapkan adalah: “Bagaimana menanamkan nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945?”

Pembentukan Karakter melalui Al-Qur’an

Belajar Al-Qur’an berarti belajar mencintai Al-Qur’an. Diawali dari belajar membaca dan menulis huruf-huruf Al-Qur’an, membiasakan bertadarus dan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian mendalaminya dengan mengartikan dan memahami isi kandungan yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.

Bulan suci Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Wahyu pertama-Nya tentang perintah “Iqra’” adalah sinyal bagi kita betapa pentingnya kemampuan membaca Al-Qur’an. Sehingga digambarkan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bahwa jika kita membaca satu huruf saja dari huruf Al-Qur’an, maka pahalanya sama dengan kita melakukan sepuluh kali kebaikan.

Baca Juga: Cara Mengatasi Insecure dalam Perspektif Al-Qur’an

Bahkan dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW menyatakan bahwa orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya sebagai umat terbaiknya.

Al-Qur’an telah memberikan konsep-konsep tentang pendidikan karakter. Salah satu ayat yang menerangkan tentang pendidikan karakter adalah Q.S. Luqman ayat 12-24, walaupun terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang memiliki keterkaitan dengan pendidikan karakter, namun Q.S. Luqman ayat 12-14 ini mewakili pembahasan ayat yang memiliki keterkaitan makna paling dekat dengan konsep pendidikan karakter.

Adapun nilai karakter yang termaktub dalam Q.S. Luqman ayat 12-14 tadi, yang pertama, dari seorang Luqman, pendidik hendaknya mempunyai karakter hikmah, yakni berpengetahuan dan berilmu. Artinya, selain mempunyai pengetahuan, pendidik juga dituntut untuk mengamalkan pengetahuannya. 

Kedua, pendidikan karakter yang terdapat dalam Q.S. Luqman di atas adalah anjuran untuk menjadikan individu-individu yang bersyukur, syukur dalam artian tidak hanya mengucapkan Alhamdulillah, melainkan menikmati segala karunia Allah untuk pemicu dalam meningkatkan prestasi. 

Ketiga, nilai karakter yang ada pada ayat ini adalah menjadikan tauhid atau akidah sebagai pondasi awal bagi anak sebelum anak mengenal disiplin ilmu pengetahuan yang lain. 

Keempat, Luqman memanggil anaknya dengan sebutan Ya Bunayya, padahal bahasa Arab yang biasa digunakan adalah Ya Ibnii, Ya Bunayaa adalah bahasa yang sangat halus yang digunakan oleh orang tua kepada anaknya, nilai karakter yang ada pada ayat ini adalah hendaknya bagi para pendidik untuk bertutur halus kepada anak didiknya.

Kelima, pada ayat di atas juga diperintahkan untuk merenungi penderitaan seorang ibu yang mengandung anaknya dalam keadaan wahnan ‘ala wahnin, nilai karakter pada ayat ini adalah nilai bakti seorang anak kepada orang tuanya, khususnya kepada ibu.

Keenam, penutup ayat ini Ilayyal Mashiir semua akan kembali kepada Allah, nilai karakter darinya adalah siapapun kita sebagai manusia pasti akan kembali kepada Allah, dan ini melahirkan nilai-nilai ketakwaan, karena hanya takwalah yang akan menjadikan manusia berbeda di hadapan Allah ketika kembali keharibaannya.

Baca Juga: Manuskrip Al-Qur’an Batusangkar Warisan Dunia Islam

Motivasi inilah yang sebaiknya menjadi landasan kita dalam mendidik dan membimbing generasi bangsa untuk belajar Al-Qur’an. Semoga momentum Ramadhan sebagai bulan literasi Al-Qur’an menjadi suluh penyemangat bagi para pendidik untuk menguatkan pendidikan karakter melalui sentuhan ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Penulis: 

Jumadil
Mahasiswa PJJ PAI IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI