Mengenal Lebih Dekat Konteks Wacana

Konteks Wacana

Segala sesuatu yang diujarkan oleh seseorang adalah sebuah wacana, baik ujaran tersebut dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Dalam sebuah wacana, selalu ada sesuatu yang menyertai ujaran tersebut, sesuatu itu biasa disebut dengan konteks wacana.

Konteks wacana merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan wacana yang dapat memengaruhi makna dari sebuah wacana. Konteks wacana meliputi dua hal, aspek internal dan aspek eksternal.

Artinya, setiap wacana pasti memiliki dan pasti dibangun oleh dua aspek, yaitu aspek  internal dan eksternal. Aspek internal berkaitan dengan kebahasaan dari wacana tersebut.

Kebahasaan wacana sendiri terdiri dari kata, frase, klausa, dan kalimat. Untuk memahami sebuah ujaran atau wacana, hal pertama yang diperhatikan oleh pendengar dan pembaca adalah kebahasaan dari wacana tersebut, pendengar dan pembaca akan memperhatikan penggunaan kata, frase, klausa, dan susunan kalimat dalam wacana tersebut.

Bacaan Lainnya

Kebahasaan wacana akan menunjukkan makna dari sebuah wacana. Akan tetapi, bukan hanya kebahasaan wacana yang menunjukkan makna dari sebuah wacana, ada hal lain yang dapat memengaruhi dan menentukan makna dari sebuah wacana, yaitu aspek eksternal yang meliputi situasi dan budaya.

Bahasa dan susunan kalimat yang sama namun dalam situasi dan budaya yang berbeda akan berbeda juga maknanya.

Konteks wacana bisa juga disebut dengan lingkungan wacana, karena konteks wacana meliputi segala hal yang berkaitan dengan wacana, yang menjadi penyebab adanya sebuah wacana, dan yang menjadi latar belakang dari sebuah wacana baik itu lingkungan fisik maupun nonfisik.

Secara garis besar, konteks wacana terbagi menjadi dua, yaitu konteks internal dan konteks eksternal. Konteks internal biasa disebut juga dengan konteks bahasa atau linguistik, artinya konteks ini berkaitan dengan kebahasaan dari wacana tersebut, baik itu pemilihan kata, frase, klausa, ataupun susunan kalimatnya.

Ada juga yang menyebut konteks internal ini dengan sebutan koteks (co-text), karena untuk memahaminya pendengar dan pembaca harus mengaitkan kalimat-kalimat yang ada di dalam teks tersebut, pendengar dan pembaca harus mengaitkan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya, antara teks satu dengan teks sebelumnya dan sesudahnya.

Tidak ada kalimat atau teks yang berdiri sendiri, sebuah teks pasti memiliki keterkaitan dengan teks sebelumnya dan teks sesudahnya, dan dari keterkaitan itulah pendengar dan pembaca akan memahami makna dari sebuah wacana.

Jenis konteks wacana yang kedua adalah konteks eksternal yang biasa disebut juga dengan konteks situasi dan budaya, yaitu konteks atau segala sesuatu di luar kebahasaan yang berkaitan dengan sebuah wacana, yang melatarbelakangi sebuah wacana, dan sesuatu tersebut dapat memengaruhi serta menentukan makna dari wacana tersebut.

Konteks eksternal dapat berupa latar baik tempat, waktu atau suasana, peserta yang terlibat dalam sebuah ujaran yaitu pembicara dan pendengar, pesan yang disampaikan, cara penyampaian pesan, sarana penyampaian pesan, jenis, dan lain sebagainya.

Semua itu dapat memengaruhi makna dari sebuah wacana. Contoh: ada seorang mahasiswa yang berkata kepada temannya bahwa “Perkuliahan wacana kritis besok libur”, kedua mahasiswa tersebut adalah teman dekat dan mereka suka sekali bercanda.

Dari wacana tersebut dapat dipahami bahwa kemungkinan besar makna dari wacana tersebut adalah mereka sedang bercanda, memang benar jika dilihat dari konteks bahasanya itu merupakan pemberitahuan bahwa perkuliahan besok diliburkan, tapi jika dilihat dari konteks eksternalnya maknanya berbeda.

Dari segi latar atau suasananya, mereka suka bercanda. Kemudian, dari segi peserta yang terlibat dalam ujaran mereka adalah teman dekat. Maka, kemungkinan besarnya adalah mereka hanya bercanda.

Berbeda dengan contoh kedua berikut ini: ada seorang dosen pengampu mata kuliah Wacana Kritis berkata kepada salah satu mahasiswa yang memang bertugas untuk memberikan informasi kepada teman-teman mahasiswa yang lain bahwa “Perkuliahan wacana kritis besok libur”, maka kemungkinan besar makna dari wacana tersebut adalah pemberitahuan bahwa perkuliahan wacana kritis besok diliburkan.

Alasannya, pertama jika dilihat dari konteks bahasanya kalimat tersebut memang menunjukkan sebuah pemberitahuan bahwa perkuliahan wacana kritis besok diliburkan. Kedua, jika dilihat dari konteks eksternalnya dari segi latar suasananya menunjukkan situasi atau suasana serius.

Dari segi peserta yang terlibat dalam ujaran tersebut, mereka adalah dosen dan mahasiswa, dosen tidak akan bercanda kepada mahasiswanya mengenai liburnya perkuliahan. Maka, sangat besar kemungkinannya bahwa makna dari wacana tersebut adalah pemberitahuan bahwa perkuliahan wacana kritis besok diliburkan.

Dari kedua contoh wacana di atas, dapat diketahui bahwa susunan kalimat yang sama bisa berbeda maknanya jika berada dalam situasi yang berbeda dan diucapkan oleh orang yang berbeda.

Artinya, yang menentukan makna sebuah wacana itu bukan hanya kebahasan dari wacana tersebut, tetapi banyak hal lain di luar kebahasaan yang dapat memengaruhi maknanya seperti latar atau suasana, peserta yang terlibat, pesan yang disampaikan, cara penyampaian pesan, sarana penyampaian pesan, jenis, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi pendengar dan pembaca untuk memahami wacana secara utuh, tidak hanya melihat dari segi atau konteks internal atau kebahasaannya saja, tetapi melihat dari konteks eksternalnya juga, sehingga pemahaman terhadap wacana tersebut menjadi utuh, benar, dan tidak salah paham.

Penulis: Hanan
Mahasiswa Jurusan Tadris Bahasa Indonesia Institut Agama Islam Al-Qolam Malang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses