Menjelajahi Selective Mutism: Integrasi Psikologi dan Spiritualitas

Selective Mutism
Sumber: freepik.com

Selective Mutism (SM) adalah gangguan kecemasan langka yang menghalangi seorang anak untuk berbicara di sekolah atau lingkungan masyarakat lainnya, dan dapat merugikan perkembangan sosial anak.

Fenomena ini sering kali terjadi pada anak-anak yang memiliki kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial, memiliki kepribadian yang sangat pemalu, atau bahkan setelah mengalami perubahan lingkungan yang signifikan, seperti pindah ke daerah baru.

SM ditandai oleh kegagalan konsisten untuk berbicara dalam konteks sosial tertentu, berlangsung setidaknya satu bulan, dan tidak dapat dijelaskan oleh faktor-faktor selain kecemasan.

Anak dengan SM mungkin mampu berkomunikasi non-verbal, tetapi menghindari berbicara lisan dalam situasi yang memicu kecemasan.

Bacaan Lainnya

Dari perspektif Islam, kondisi ini dapat dilihat sebagai hambatan dalam menjalankan perintah Allah Swt. untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik.

Ketidakmampuan berbicara dapat menghambat proses pembelajaran, beribadah secara penuh misalnya, membaca Al-Quran dengan lantang, dan berinteraksi dengan masyarakat. Ini menghadirkan tantangan spiritual dan sosial bagi anak dan keluarganya.

Baca Juga: Pemanfaatan Teknologi sebagai Metode Distraksi untuk Mengatasi Kecemasan pada Anak di Lingkungan Medis

Selective mutism sering kali berakar dari kecemasan sosial yang mendalam, yang bisa disebabkan oleh pola asuh yang kurang mendukung atau pengalaman traumatis di masa lalu.

Anak-anak yang mengalami gangguan ini cenderung menunjukkan gejala seperti menghindari kontak mata, merasa canggung, dan menarik diri dari interaksi sosial.

Dalam Islam, penting untuk memahami bahwa setiap individu memiliki potensi dan keunikan masing-masing.

Oleh karena itu, pendekatan yang empatik dan penuh kasih sayang sangat diperlukan dalam membantu mereka.

Dari perspektif Islam, faktor lingkungan dapat dikaitkan dengan kurangnya dukungan emosional dan spiritual dalam keluarga, kurangnya pemahaman tentang pentingnya kesabaran dan kasih sayang dalam mendidik anak, atau tekanan sosial yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Doa, dzikir, dan keimanan yang kuat dapat menjadi faktor protektif.

Baca Juga: Menghadapi Kecemasan Sosial Melalui Nilai-Nilai Islam

Anak-anak dengan riwayat keluarga gangguan kecemasan, yang mengalami trauma, atau yang hidup dalam lingkungan yang penuh tekanan memiliki risiko lebih tinggi.

Dalam konteks Islam, prediksi ini dapat diintegrasikan dengan upaya pencegahan melalui pendidikan orang tua tentang pengasuhan anak yang Islami, menekankan pentingnya menciptakan lingkungan keluarga yang aman, harmonis, dan penuh kasih sayang.

Pendekatan ini selaras dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya keluarga sebagai pondasi masyarakat.

Modifikasi SM melibatkan berbagai pendekatan, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT), terapi bermain, dan desensitisasi sistematis. CBT membantu anak mengidentifikasi dan mengubah pikiran dan perilaku negatif yang memicu kecemasan.

Terapi bermain memberikan ruang aman bagi anak untuk mengekspresikan emosi. Desensitisasi sistematis secara bertahap membantu anak mengatasi kecemasan dalam situasi sosial.

Dari perspektif Islam, intervensi ini dapat diperkaya dengan pendekatan spiritual, seperti doa, dzikir, dan membaca Al-Quran. Dukungan keluarga dan komunitas yang kuat, berdasarkan nilai-nilai persaudaraan dan empati, sangat penting.

Baca Juga: Pola Asuh Orang Tua dan Faktor Utama Pembentukan Karakter Anak

Menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih sayang, sesuai dengan ajaran Islam, sangat krusial dalam proses penyembuhan.

Memahami SM membutuhkan pendekatan holistik yang mengintegrasikan pemahaman psikologis dengan perspektif Islam.

Dengan menggabungkan kedua perspektif ini, kita dapat memberikan intervensi yang lebih komprehensif dan efektif bagi anak-anak dengan SM, membantu mereka mengatasi hambatan komunikasi, dan mencapai potensi penuh mereka sebagai individu yang beriman dan bermasyarakat.

 

Penulis: Nazhifah Rajwa
Mahasiswi Prodi Psikologi Islam, Institut Islam Negeri Langsa

Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka

Erawati, E., & Juherna, E. (2020). Gangguan selective mutism pada anak usia dini. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 7(1), 45-55.

Ramadhan, M. I. (2021). Penyebab dan gejala selective mutism atau bisu selektif. KlikDokter.

Siloam Hospitals. (2021). Mengenal mutisme selektif – Penyebab, gejala, dan pengobatannya.

School of Parenting. (2020). Selective mutism bukan berarti tidak bisa bicara.

IbudanBalita. (2020). Mengenal apa itu selective mutism.

Generos.id. (2021). Selective mutism pada anak, ketahui tanda dan penanganannya.

Alodokter. (2021). Selective mutism, gangguan kecemasan yang ditandai dengan kesulitan berbicara.

KlikDokter. (2021). Penyebab dan gejala selective mutism atau bisu selektif.

Erawati, E., & Juherna, E. (2019). Gangguan selective mutism pada anak usia dini: Studi kasus di Desa Kalapagunung. Jurnal Pendidikan Anak, 6(2), 123-130.

Alodokter. (2020). Memahami selective mutism: Gejala dan penanganannya pada anak-anak.

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses