Menumbuhkan Sikap Toleransi Beragama bagi Seorang Muslim Menjelang Hari Raya Natal

Sikap Toleransi
Ilustrasi Sikap Toleransi Beragama bagi Seorang Muslim (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Kerukunan hidup umat beragama merupakan suatu sarana yang penting dalam menjamin integrasi nasional, sekaligus merupakan kebutuhan dalam rangka menciptakan stabilitas yang diperlukan bagi proses pencapaian masyarakat Indonesia yang bersatu dan damai.

Kerjasama yang rukun dapat terjadi apabila diantara para pemeluk agama merasa saling membutuhkan, saling menghargai perbedaan, saling tolong menolong, saling membantu dan mampu menyatukan pendapat atau istilah lainnya memiliki sikap toleransi.

Agama Islam dikenal sebagai agama yang paling toleran baik. Sesama umat Islam maupun dengan penganut agama lain.

Bacaan Lainnya
DONASI

Toleransi (tasammuh) dalam Islam adalah sikap yang menunjukkan rasa saling menyodorkan pengertian, pemahaman dan dengan didasari kerendahan hati terhadap sesama manusia.

Kata “sesama manusia” tersebut yang seringkali kita lalaikan dalam hubungan sosial. Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad dielaskan:

حَدَّثَنِي يَزِيدُ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ

Telah menceritakan kepada kami Yazid berkata: telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata:

Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al Hanifiyyah As Samhah (yang lurus lagi toleran) “

Makna agama toleran disini adalah agama Islam mengajarkan kebebasan menganut paham yang sesuai dengan keyakinannya.

Paham merupakan hasil ijtihad dan ini tidak boleh dipaksakan, karena paham yang dianut adalah paham yang menurut akal dan keyakinannya benar.

Seseorang tidak akan mematuhi ajaran yang tidak ia yakini kebenarannya. Adapun persoalan benar atau salah diserahkan sepenuhnya kepada otoritas Allah yang Maha Mengetahui.

Sudah menjadi topik hangat setiap tahun tentang mengucapkan selamat natal bagi seorang muslim kepada umat nasrani.

Dalih toleransi sering dijadikan alasan sebagian kaum Muslimin untuk turut berpartisipasi dalam perayaan hari-hari besar agama lain.

Padahal, hari raya adalah masalah agama dan akidah, bukan masalah keduniaan, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam sabda beliau kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu pada hari Idul Fitri.

”Setiap kaum memiliki hari raya, dan ini (Idul Fitri) adalah hari raya kita.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, turut merayakannya berarti ikut serta dalam ritual ibadah mereka. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR.  Abu Dawud, dan dinyatakan hasan shahih oleh Al-Albani).

Sikap toleransi yang tepat bagi umat Muslim terhadap hari raya Natal umat Nasrani merupakan isu yang menjadi perhatian dalam masyarakat multirelasi.

Dalam Islam, konsep toleransi antar umat beragama telah ditetapkan oleh Allah dalam Al Qur’an Surat Al Kaafiruun ayat 6.

Namun, ada perbedaan dalam pemahaman dan sikap terhadap hari raya Natal antara umat Islam dan umat Nasrani.

Para umat Islam mengucapkan selamat Natal kepada umat Nasrani dengan dua versi, yaitu versi Islam dan versi Nasrani.

Umat Nasrani menganggap bahwa Isa AS adalah anak Tuhan bukan sebagai Nabi seperti dalam keyakinan umat Islam.

Dalam konteks ini, mengucapkan selamat Natal kepada umat Nasrani dapat menyoroti kesaksian palsu dan pembenaran keyakinan umat kristiani tentang kebenaran peristiwa natal.

Meskipun ada perbedaan dalam pemahaman dan sikap terhadap hari raya Natal, beberapa umat Islam dan Nasrani telah berkoalisi untuk menunjukkan toleransi dan menghormati satu sama lain.

Misalnya, di Cirebon, sejumlah pemuda beragama Islam dan Kristen berkolaborasi untuk membantu perayaan Maulid Nabi dan Natal.

Selain itu, beberapa masjid dan gereja di Indonesia juga memang selalu saling toleransi dan bekerja sama dalam berbagai kegiatan.

Meskipun ada kasus yang menunjukkan toleransi dan menghormati antara umat Islam dan umat Nasrani, penting untuk menjaga aqidah dan keyakinan masing-masing pada usaha tersebut.

Oleh karena itu, sikap toleransi yang tepat bagi umat Muslim terhadap hari raya Natal umat Nasrani harus menjaga kerahasiaan agama dan menghormati perbedaan dalam pemahaman dan sikap terhadap peristiwa natal.

Penulis: Maulana Rahman Shaleh
Mahasiswa Ilmu Hadis, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI