Merenungi Waktu dan Keabadian dalam Puisi ‘Yang Fana Adalah Waktu’ Karya Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono
Sumber: Gramedia.

Puisi Yang Fana Adalah Waktu karya Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu karya yang menggugah kesadaran kita akan makna waktu dan keabadian.

Untuk memahami puisi ini secara lebih mendalam, kita akan menganalisis unsur-unsur intrinsik yang membangun puisi tersebut, yaitu tema, diksi, gaya bahasa, rima, irama, dan makna.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kefanaan waktu dan keabadian manusia. Sapardi mengangkat isu yang universal dan relevan bagi setiap individu, yaitu bagaimana manusia memaknai keberadaan mereka dalam arus waktu yang terus bergerak.

Bacaan Lainnya
DONASI

Melalui tema ini, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai kehidupan yang abadi di tengah kefanaan waktu.

Diksi

Sapardi menggunakan diksi yang sederhana namun penuh makna. Kata-kata seperti “fana“, “waktu”, “abadi”, “memungut”, “merangkai”, dan “bunga” dipilih dengan cermat untuk menggambarkan konsep waktu dan keabadian.

Diksi yang digunakan mudah dipahami, namun tetap mengandung kedalaman filosofis yang mengundang pembaca untuk merenung lebih jauh.

Gaya Bahasa

Puisi ini menggunakan beberapa gaya bahasa yang memperkaya maknanya:

  1. Metafora: “Merangkainya seperti bunga” adalah metafora yang menggambarkan bagaimana manusia mencoba merangkai momen-momen dalam hidup mereka menjadi sesuatu yang indah dan bermakna.
  2. Personifikasi: Penggunaan kata “memungut detik demi detik” memberikan kesan bahwa detik-detik waktu bisa diperlakukan seperti benda fisik yang dapat dipungut dan dirangkai.
  3. Dialog: Bagian “tanyamu” memberikan elemen dialog, seolah-olah ada percakapan antara penyair dan pembaca atau antara dua orang yang sedang merenungkan konsep waktu.

Rima dan Irama

Puisi ini tidak mengikuti pola rima yang ketat, tetapi lebih bebas dalam strukturnya. Irama puisi ini cenderung tenang dan reflektif, sejalan dengan tema yang diangkat. Irama yang demikian mendukung suasana kontemplatif dan memperkuat kesan mendalam yang ingin disampaikan oleh penyair.

Baca Juga: Eksplorasi Keindahan Puisi Sapardi Djoko Damono: Hujan Bulan Juni

Makna

  1. Baris Pertama: “Yang fana adalah waktu” menegaskan bahwa waktu bersifat segala sesuatu yang terikat oleh waktu akan berlalu dan tidak kekal.
  2. Baris Kedua: “Kita Abadi” adalah kontras dari baris pertama, menyiratkan bahwa ada sesuatu dalam diri manusia yang tidak terikat oleh waktu, mungkin berupa jiwa, kenangan, atau nilai-nilai yang kita tinggalkan.
  3. Baris Ketiga hingga Kelima: “Memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa” menggambarkan usaha manusia untuk membuat setiap momen hidupnya bermakna, meskipun kadang tujuan dari usaha tersebut terlupakan dalam kesibukan sehari-hari.
  4. Baris Keenam hingga Ketujuh: “Tapi, yang fana adalah waktu, bukan? tanyamu. Kita.” Menutup puisi dengan penguatan kembali bahwa meskipun waktu terus berjalan dan bersifat sementara, ada sesuatu yang abadi dalam diri manusia.

Kesimpulan

Puisi Yang Fana Adalah Waktu karya Sapardi Djoko Damono merupakan karya yang kaya akan unsur intrinsik yang mendukung tema dan makna yang ingin disampaikan.

Melalui diksi yang sederhana namun bermakna, penggunaan gaya bahasa yang tepat, serta irama yang tenang dan reflektif, puisi ini berhasil menyampaikan pesan tentang kefanaan waktu dan keabadian manusia.

Sapardi mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita memaknai setiap detik dalam hidup kita dan apa yang kita tinggalkan sebagai warisan abadi.

Penulis: Djeje
Mahasiswa S2 Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Suryakencana Cianjur

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI